ArtikelCitizenLiterasiOpiniRagam

Tokoh Poskolonialisme Dalam Sejarah

Oleh : Rizky Ramadhani Putra *)

BeritaNasional.ID — Poskolonialisme muncul pada tahun 1960, didasari atas penelitian sejarah yang pernah terjadi di suatu negara. Poskolonialisme dianggap teori yang sudah sering diperbincangkan, namun masih tergolong teori yang sensitif karena dianggap mengandung SARA. Poskolonialisme fokus terhadap perilaku bangsa barat (kolonial) yang melampaui batas normal kehidupan manusia selayaknya yang menyebabkan suatu negara mengalami penindasan. Menurut bangsa barat, kolonialisme menghasilkan dominitas karena perasaan bahagia telah menduduki negara orang lain. Poskolonialisme membahas atas tiga cakupan teratas, yaitu kekuasaan, identitas, dan bentuk perlawanan.

Poskolonialisme, secara inti membahas dampak dari era kolonialisme dalam kehidupan. Tujuan dari adanya teori poskolonialisme ini adalah untuk melawan segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh kolonail dalam realitas kehidupan, termasuk pada sisi kultur budaya karena kolonial menyebabkan individu untuk saling mendominasi sehingga membuat suatu wilayah akan kacau. Poskolonialisme mendapatkan kritik negatif yang dianggap tidak konsisten karena terlalu berfokus pada satu blok. Kritik semakin muncul karena poskolonialisme menilai nilai budaya barat dari sejarah. Padahal, penilaian seperti ini muncul berdasarkan ilmu sejarah dari barat. Kritik ini didasari karena merasa kurang menggambarkan secara detail sudut pandang penderita dari negara terjajah karena merasa tidak berhadapan secara langsung dari bentuk penindasannya. Akan tetapi, poskolonialisme memberikan ilmu positif terhadap kemajuan dunia. Poskolonialisme hadir sebagai bentuk penentangan dampak yang dihasilkan oleh bangsa kolonialisme yang dinilai terlalu bersikap hegemoni atas diskriminasi yang dilakukan.

Tentu, tujuan ini telah didasari atas beberapa tokoh dari teori poskolonialisme. Karena mereka, poskolonialisme dinilai menjadi studi kajian yang perlu ditingkatkan kehadirannya. Berikut tokoh-tokoh poskolonialisme dunia:

1. Edward W. Said

Edward adalah tokoh poskolonialisme yang paling dikenal. Ia dilahirkan di Palestina, kemudian mengembangkan karirnya di Amerika Seritkat. Karena Riwayat hidupnya yang berpindah negara, ia menghasilkan sebuah karya yang bertemakan orientalisme. Ia menggambarkan tentang perpisahan, marginalisme, hibriditas dan ciri diskriminasi lainnya. Menurut Edward, gejala kultural awal mula dinilai dari masyarakat bangsa timur akibat dominasi dari bangsa barat.

Edward menyatakan, masyarakat barat mempunyai tujuan tersembunyi dalam merealisasikan hegemoni kepada bangsa lain sehingga sejarah kelam dianggap telah disetujui oleh bangsa barat. Hal ini dikenal dengan Imperialisme, dan terwujud sudah atas perlakuan bangsa barat kepada bangsa terjajah.

Oleh karena itu, lewat poskolonialisme, masa penjajahan yang dibuat adalah sebuah perbedaan, sehingga masalah bangsa kolonial dengan bangsa pribumi semakin kompleks. Untuk mempertahankan sebuah perbedaan, bangsa pribumi harus bertindak rendah, bodoh, dan mengikuti segala arahan bangsa kolonial. Bahasa yang digunakan pribumi dianggap sebagai bahasa kuno. Sebaliknya, bahasa kolonial khususnya bahasa Belanda dianggap sebagai bahasa yang memiliki kemajuan dan lebih modern.


2. Bill Aschroft

Menurut Bill, teori poskolonialisme lahir setelah banyaknya negara yang terjajah memperoleh kemerdekaannya. Poskolonialisme dalam pengertian pertama menurut Bill ialah semata-mata wakil dari masa paskakolonial. Pengertia kedua, meliputi semua tulisan sejak kedatangan bangsa kolonial ke Indonesia untuk pertama kalinya. Pengertian ketiga, dimulai dari kehadiran bangsa barat secara detail, tetapi memiliki suatu citra kepada bangsa timur.


3. Frantz Fanon

Frantz mengawali teori poskolonialismenya saata menulis buku yang berjudul Black Skin, White Masks, dan The Wretched of The Earth (1967). Frantz merupakan seorang psikiater yang menghasilkan teori poskolonialisme yang sangat cermat. Menurut Frantz, poskolonialisme dimulai dari diktomi kolonial, penjajah dan terjajah. Wacana oritentalisme menghasilkan aliensi dan analisa psikologis yang sangat besar.

 Itulah ketiga tokoh yang berhasil mengembangkan studi poskolonialisme. Poskolonialisme hadir sebagai bentuk nyata dari situasi kondisi yang terjadi antara bangsa barat dengan bangsa timur pada saat masa penjajahan. Poskolonialisme dianalisis berdasarkan bentuk mimikri atau gambaran yang dibuat oleh pengarang dalam sebuah tulisannya. Poskolonialisme objek akan selalu berupa teks yang berkaitan dengan wilayah jajahan atas imperium eropa, khususnya seperti Indonesia yang harus menghadapi penjajahan selama tiga abad. (*)

*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Pamulang, Sastra Indonesia

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button