NasionalSulawesi

Ahmad Kohawan: “Membincang Eyang Habibie di Momen Sumpah Pemuda”

Penulis adalah Warga Kota dan Belajar Menyimak di Parepare Menulis

BERITANASIONAL.ID, Parepare_Dua delapan Oktober diperingati setiap tahun sebagai hari sumpah pemuda. Hari dimana para pemuda dengan latar belakang berbeda-beda mengucap sumpah: satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan yaitu Indonesia. Sebuah momentum pra kemerdekaan Ibu Pertiwi keluar dari kolonialisme dan penyatuan tekad meniadakan identitas keakuan menjadi kekitaan. Tiada pribumi dan non pribumi hanya rakyat Indonesia.

Memeringati sumpah pemuda, penulis teringat dengan sosok inspirasi dan kesahajaannya, Prof. DR (hc). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie, mantan Presiden RI ke-3, akrab disapa Eyang patut ditinggikan. Selain jejak kenegarawanan, cendekiaan, dan sumbangsihnya, di usia yang bisa dibilang tak lagi muda senantiasa konsisten berdampak bagi Negara dan yang terhangat ialah pesawat terbang jenis R80 untuk penerbangan perintis jarak pendek dan menengah bagi Ibu Pertiwi.

Uniknya, pembuatan prototipe R80, mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana atau crowdfunding melalui platform Kitabisa.com. Kesadaran publik sewajarnya dibangun sejak lama dalam rangka partisipatif khususnya pesawat buatanEyang untuk Ibu Pertiwi.

Eyang Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Eyang yang berzodiac Cancer, menikahi Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Momentum sumpah pemuda menjadi relevan menerjemahkan kembali sosok Eyang sebagai ilmuwan dan teknokrat sekaligus yang sulit ditemui penerusnya di masa-masa mendatang. Dwi Hartanto disebut sebagai orang yang digadang-gadang sebagai the next Habibie, namun berakhir memalukan. Mahasiswa doktoral Belanda itu ternyata berbohong. Berikutnya, Parepare pernah atau masih menggagas sebuah kampus untuk melahirkan the next Habibie. Betulkah?

Are you the next Habibie adalah tantangan semua orang termasuk di kota kelahiran. Entah kita pernah berpikir sampai ke arah itu, atau sekedar bangga sebab sekampung, sebatas bangga tapi tak kuasa menjadikannya teladan. Dunia mengagumi karena karya dan gagasannya, tapi di sini, Eyang hanya berdiri bersama Istri tercinta ramai dijadikan tempat swafoto, objek wisata atau sekedar sebagai titik aksi demonstrasi.

Masyarakat (dan mungkin pemerintah kota) tidak pernah menyuguhi dan disuguhi peluang bertanya, bagaimana pemuda Parepare menjadikan Eyang sebagai role model(dan bukan retorika belaka) di sikap dan tindakan. Masyarakat (dan mungkin pemerintah kota) belum menemukan ruang optimal mengeksplorasi instrumen tepat membina penerus Eyang. Seolah patung dan balai sebagai icon kota cukup menjawab meski melahirkan bias makna: cinta sejatikah, teknokratkah, mantan Presiden RI, dan atau hanya seorang jenius yang kebetulan lahir di Parepare.

Keberadaan ITH (Institut Teknologi Habibie) sempat disebut sebagai starting point menjawab who is the next Eyang namun sepertinya hanya mengambarkan kegagalan menyerap energi positif dan inspiratif Eyang. Diketahui ITH sebagai gagasan kampus negeri yang direncanakan berdiri di Kota Parepare yang tak kunjung terealisasi, dan entah berapa banyak uang rakyat yang telah dihabiskan.

Alih-alih mengajak duduk elemen masyarakat sembari, gagasan hebat ITH timbul tenggelam, muncul lalu hilang, sekonyong-konyong dan menyisakan kening mengkerut, jangan-jangan?! Padahal, ITH dapat dijadikan ruang ekplorasi terakhir, sejak sajak cinta sejati dijadikan sambalado pencitraan. ITH dapat disebut visi dan mercusuar pendidikan kota, jika tidak terpenjara elektabilitas memengaruhi kebijakan, wibawa dan citra.

Pernahkah kita melihat utuh ITH sebagai sebuah mimpi bersama? Pernahkah kita membincang seluruh ITH sebagai sebuah visi masyarakat kota? Kita, Nyaris tidak pernah mendengarnya, sebab sedari awal, jangan-jangan ITH hanya sebatas program ujug-ujug, project main mata uang rakyat atas nama besar seorang Eyang.

Di momen menyejarah Sumpah Pemuda Republik Indonesia dan sosok Eyang yang begitu hidup di kota ini, tak salah jika penulis bertanya, yang tahu kabar terbaru ITH, tolong infonya ya. (*)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button