Nasional

Aliran Dana Aksi Teroris Diperkirakan Tidak Cukup Besar

BeritaNasional.ID Jakarta – Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) belum bisa memastikan seberapa besar alir‎an dana yang diterima kalangan terorisme dalam beraksi di Tanah Air. PPATK hanya menyatakan angkanya tidak begitu besar.

“Mudah-mudahan tidak banyak dana transfer atau tunai yang didapatkan oleh kalangan teroris di Tanah Air,” kata Kepala PPATK Kiagus Ahmad Badaruddin kepada wartawan di Jakarta, Jumat (25/5/2018).

Kiagus meminta kalangan media untuk bersabar untuk k‎epastian angka dana teroris. Pasalnya, tidak hanya PPATK saja yang melakukan pengembangan dan penelitian, tapi merangkul juga pihak Densus 88.

“Belum bisa kita pastikan 100 persen. Ini masih pengembangan. Kita teliti dan kembangkan ini bersama pihak Densus 88. Kita harapkan tidak terlalu banyak,” sebut dia.

Sebelumnya, Kiagus enggan menyebutkan asal dan pihak mana yang mengaliri dana ke terduga teroris di Indonesia. Pasalnya, itu masih dalam penyelidikan dan pengembangan Densus 88 Antiteror. “Kami tidak bisa bicara banyak,” ucapnya.

PPATK terus menjalin komunikasi dengan aparat keamanan untuk berbagi informasi, terkait aliran dana kepada terduga teroris. Para terduga teroris ini disinyalir menerima uang dalam bentuk transfer dan tunai. “Macam-macam, ada yang cash, pokoknya kami sedang telusuri,” ujar dia.

Mantan Komandan Negara Islam Indonesia (NII) yang sekarang mendirikan Crisis Center NII, Ken Setiawan mengatakan, siapapun bisa direkrut oleh kelompok radikal. Oleh karena itu bukan hanya anak orang kaya saja yang menjadi target. Bahkan yang tidak sekolah dan tidak bekerja pun bisa menjadi target perekrutan. Hal tersebut dilakukan karena kelompok radikal membuat oraganisasi yang legal berupa LSM, yayasan yatim piatu, duafa dan lain-lain.

Mereka akan diminta menjadi relawan pencari dana untuk mendukung kelompok radikal. Mereka nongkrong di ATM, pom bensin, halte bus way, parkiran, food court, masjid bila hari Jumat. Bahkan jika ada bencana mereka turun dari rumah ke rumah sebagai relawan kemanusian. Mereka menurunkan ribuan personil dan hasilnya di luar dugaan, satu orang relawan saja yang di tempatkan di satu ATM sehari bisa mendapat jutaan rupiah.

“Kalau kita ambil uang jutaan dan nyisihkan Rp 10 ribu kan nggak sayang, anggap itu infak, tapi sepuluh ribu, dia dari pagi sampai malam ternyata hasilnya besar sekali dan tidak beresiko, paling hanya ribut dengan security karena tidak semua atm dan tempat umum dibolehkan. Saya kebetulan pernah ikut kelompok radikal, saya merasa bersalah dan berdosa, setelah sadar, saya merasa bertanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat supaya tidak menjadi korban, cukup saya dan kawan – kawan di NII Crisis Center, Jangan ada lagi korban seperti saya,” pungkasnya. (dki1/bn.id)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button