Daerah

Pelaku Teror Bom Bunuh Diri Bawa Anak Istri Karena Dijanjikan Masuk Surga

BeritaNasional.ID Jakarta – Aksi terorisme belakangan ini mulai melibatkan wanita dan anak-anak. Seperti aksi teror bom di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) lalu yang melibatkan satu keluarga. Menurut mantan terpidana teroris Yudi Zulfachri hal ini disebabkan keinginan diri untuk membuktikan keimanan dari teroris tersebut.

Yudi mengatakan, jika sebelumnya aksi terorisme dilakukan oleh laki-laki saja, beda halnya dengan sekarang. Hal ini menurutnya karena kebencian dan permusuhan terhadap pemerintah telah dijadikan syarat sebagai pembuktian keimanan. Oleh sebab itu, wanita ini dengan mudahnya turut serta dalam aksi teror bom tersebut.

“Sehingga masing-masing orang berlomba membuktikan keimanannya baik itu laki-laki, maupun wanita. Sisi lainnya dengan keterlibatan wanita itu akan memompa semangat laki-laki untuk beraksi,” ujar Yudi pada Sabtu (19/5/2018) di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat.

Lebih lanjut ia menjelaskan, lain halnya dengan anak-anak yang ikut terlibat dalam aksi teror bom kemarin. Ia menilai anak-anak yang masih di bawah 18 tahun tersebut bukan karena didoktrin, melainkan hanya ikut saja ajakan dari orang tuanya. Tetapi anak yang sudah cukup umur, seperti dua pengendara motor pada aksi teror bom di Surabaya tempo lalu, kata Yudi, bisa jadi karena sudah didoktrin.

Ia mengungkapkan, sekali waktu ia pernah berdialog dengab seorang anak berumur 16 tahun yang sudah terdoktrin selama sekitar 1-2 jam. Anak tersebut, kata mahasiswa Pertahanan Negara ini, kebencian dan kekerasannya sudah sangat terasa. Maka bukan tidak mungkin pelaku aksi teror bom di Surabaya kemarin sudah sangat masuk doktrinnya. Hal ini menurut Yudi, karena orang tuanya ingin bisa masuk surga bersama.

“Artinya kalo orang tuanya melakukan aksi, anak ditinggal dalam kondisi negara kafir, nah mereka mikir anaknya jadi kafir. Maka lebih baik diikut-sertakan agar sama-sama masuk surga,” seru Yudi.

Ia juga menerangkan terkait perempuan bercadar. Ia berharap agar masyarakat tidak menaruh curiga pada tiap perempuan bercadar, karena hal ini bisa saja dimanfaatkan oleh teroris dengan mencari strategi lain. Seperti menurunkan perempuan tidak bercadar dalam aksinya.

“Kalo masyarakat melakukan hal itu, intimidasi atau diskriminasi wanita bercadar berarti sudah menyukseskan kampanye pelaku-pelaku terorisme. Kalau nggak mau mendukung terorisme maka jangan pernah melakukan itu,” tandasnya. (dki1/bn.id)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button