Politik

Peringatan Hut Ke 46 PDI Perjuangan, Megawati Ceritakan Perjuangan Partainya

BeritaNasional.ID Jakarta – Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menceritakan soal perjalanan partai dari awalnya dibentuk tahun 1973 hingga saat ini. Khususnya mengenai kenapa PDI berubah menjadi PDI Perjuangan. Dirinya sempat meneteskan air mata saat menceritakan kisah ini.

Kata Presiden RI Kelima itu, dulu partainya bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Fusi dari PNI, Parkindo, Partai Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, dan Murba.

Pada Pemilu 1997, beberapa hari sebelum pencoblosan, dirinya didatangi beberapa orang pemerintahan. Megawati dipaksa untuk tak boleh memiliki hak untuk dipilih sebagai wakil rakyat. Hak yang boleh digunakannya hanyalah hak memilih.

Kepada para anggota PDI saat itu, dirinya tetap berniat memilih di pemilu. Diapun meminta kader PDI untuk menggunakan haknya dan tetap memberikan hak pilih. Sikap itu disampaikannya melalui sebuah surat terbuka.

“Saya pikir saat itu mereka akan menurut. Saya waktu itu ditunggu ke tempat pencoblosan. Tetapi mungkin sudah jalannya ya. Saat pencoblosan, keluarga saya di Blitar ada yang meninggal,” kata Megawati dalam pidatonya di perayaan HUT ke-46 dan Rakornas PDIP di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/01/2019).

“Selama menunggu penguburan, saya tetap ditunggui oleh KPU, dulu namanya LPU, meminta saya menggunakan hak coblos saya. Saya katakan, tentu tak mungkin karena harus membawa jenazah ke pemakaman. Mungkin sudah begitu jalannya. Saya sendiri menjadi sedih, karena warga PDI saat itu tak banyak memilih,” beber Putri Bung Karno, Proklamator RI itu.

Akibatnya, suara PDI turun drastis. Sehingga pada pemilu 1999, PDI dibolehkan mengikuti pemilu, namun wajib mengganti namanya.

“Waktu itu, sering disebut kata ‘perjuangan’. Pada saat mendaftarkan nama partai, jadi PDI Perjuangan. Dan disahkan 1 Februari 1999, saat Kongres V. Itulah Pak Presiden, kenapa menjadi PDI Perjuangan,” kata Megawati.

Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Cawapres KH Ma’ruf Amin hadir bersama petinggi negara dan para duta besar negara sahabat di acara itu.

Kisah itu selalu ditanamkan kepada para kader, bersama pengajaran tentang ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Tujuannya, untuk memastikan kader tak lupa, bahwa partai bukanlah untuk kekuasaan personal atau golongan. Namun alat perjuangan Indonesia mewujudkan cita-cita yang terpatri di Pancasila. “Yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tukas Megawati.

Buktinya, pada periode 2004-2014, PDIP ikut pemilu dua kali. Dan dua-duanya kalah. Namun PDIP memilih untuk tak mengambil jalan pintas untuk berkuasa. PDIP tak menerapkan asal comot calon anggota legislatif (caleg).

“Tak asal rekrut caleg asal bisa mendongkrak elektabilitas, asal lolos parliamentary dan electoral threshold, atau asal jadi pemenang pemilu. PDIP adalah parpol yang terbuka pada siapa saja. Namun pertama kali harus berideologi Pancasila 1 Juni 1945. Pintu PDI Perjuangan selalu terbuka bagi siapapun yang siap dan berani ditugaskan menjaga Pancasila, I Pancasila,” ujar Megawati.

“Meskipun terbuka, saya tak mau partai ini diisi kader karbitan, yang mendadak kader saat jelang pemilu,” kata Megawati yang disambut sorakan keras belasan ribu peserta acara.

“Parpol bagi kami bukan kendaraan loncatan untuk kekuasaan.”

Kata Megawati, seringkali PDIP punya kader yang setelah terpilih, lompat ke parpol lain demi naik pangkat atau menjaga keamanan dirinya.

“Kami tak sakit hati kehilangan politisi pragmatis seperti itu. Saya ibaratkan itu seleksi alam ideologi. Dia akan pisahkan mana kader dan mana yang bukan. Secara alamiah ideologis, mereka akan menyingkir atau tersingkirkan dari PDIP,” kata Megawati. (dki1/bn) 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button