Opini

Membumikan Arsip di Bumi Nusantara, (Refleksi 51 Tahun Kearsipan Indonesia)

Oleh: IRZAL NATSIR*

Beritanasional.Id — Dalam arsip kuno yang termaktub dalam Kitab Pararaton  menceritakan saat dilantiknya  Gajahmada menjadi Mangkubumi di Kerajaan Majapahit iapun pernah berikrar yang dikenal dengan Amukti Palapa atau Sumpah Palapa bahwa ia tak akan memakan buah Palapa sebelum menyatukan Nusantara. Dalam pemahaman palapa, ada yang menggambarkan palapa itu adalah sejenis buah dan ada pula yang mengartikan palapa itu sebuah ritual puasa yang dilakukan oleh Maha Patih Gajahmada dalam misinya melakukan penaklukan terhadap kerajaan kerajaan potensial yang ada dan juga meredam terjadinya pemberontakan serta kudeta internal terhadap kerajaan Majapahit.  Gajahmada pun akan mengakhiri puasanya tatkala keamanan dalam negeri telah tercipta dan kerajaan kerajaan  yang ditaklukkannya  telah dipersatukan dalam otoritas kekuasaan besar yang dinamakan  Nusantara. Para ahli pun sepakat  dari mulut seorang Gajahmada menyebut nusantara ribuan tahun lalu yang menjadi cikal bakal  kata Nusantara yang familiar  hingga zaman millenial ini bahkan Ibukota Republik yang baru nantinya bernama NUSANTARA (IKN). Entah apa yang menyebabkan kata Nusantara ini begitu spesifik memiliki daya yang kuat dan daya majis  di seantero negeri ini tapi bukan tanpa alasan karena nusantara memberikan gambaran kisah kisah heroik nenek moyang terdahulu yang menunjukkan bahwa persatuan itu memberi kekuatan dan keteguhan.

Ribuan tahun pun telah berlalu seiring  berlalunya zaman keemasan kerajaan Majapahit dan kerajaan kerajaan besar lainnya di Nusantara, pun tulang belulang Gajahmada telah menyatu dengan bumi, bercampur menjadi tanah hilang tak berjasad tanpa bekas berlalu tertinggal semakin jauh oleh waktu dan masa. Sebagai generasi yang hidup saat ini patutlah bersyukur karena deretan tinta emas  telah terpampang dan  tercatat dalam lembar demi lembar arsip menjadi saksi bisu yang bercerita secara gamblang dari generasi ke generasi bahwa evolusi kebangsaan itu telah berumur lebih dari puluhan abad dan telah membentuk karakter karakter heroik dan memberi legacy nilai nilai luhur nusantara yang menunjukkan jati diri bangsa yang berwawasan nusantara. Sebagai rekaman kegiatan, peristiwa dan sumber informasi  tanpa kita sadari  arsip telah menciptakan sebuah nuansa masa dan khasanah informasi kebesaran bangsa ini  bahkan telah membentuk diorama sejarah perjalanan bangsa raksasa yang saat ini bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Semenjak kemerdekaan di tahun 1945 proses berbangsa, bernegara dan berkepemerintahan bangsa ini telah menghampiri  usia 77 tahun dan telah dipimpin oleh 7 (Tujuh) orang Pemimpin Bangsa mulai Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarno Puteri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Arsip pun mencatat dengan jelas bahwa masing masing periode kepemimpinan pasti memiliki tantangan, pasti mempunyai aral rintangan dan  pastinya pula onak dan duri senantiasa menghantui disetiap jalan yang dilalui. Tak ada gading yang tak retak karena para mereka Kepala Negara juga adalah manusia biasa  tak mungkin sekelas malaikat yang sempurna dalam pelaksanaan tugas dan dharma baktinya. Bisa dibayangkan jika alur perjalanan bangsa ini berjalan monoton tanpa membekas dalam sebuah arsip, hampir dipastikan memori kolektif bangsa ini tidak akan diingat bahkan akan hilang berlalu bersama zaman dan peradaban yang melahirkannya.

ARSIP SIMPUL PEMERSATU BANGSA

Sebagai pusat ingatan bangsa, arsip pun bukan hanya  mengandung nilai guna kesejarahan (Arsip Statis) yang tersimpan lestari pada Lembaga Kearsipan Negara/Daerah tapi lebih dari itu arsip pun berperan dalam menciptakan pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean and Clear Government) karena arsip tersebut menjadi bahan akuntabilitas pemerintahan (Arsip Dinamis) yang mengawal berjalannya pemerintahan serta menjadi bahan bukti pertanggungjawaban administrasi pemerintahan. Dengan terkelolanya arsip memberikan bukti bahwa benar adanya roda pemerintahan sedang berjalan dan pastinya terukur, arsip pun menjadi sebuah value untuk melihat apakah negara dalam kondisi baik baik saja atau sedang tak baik baik saja.

Begitu banyak kejadian buruk yang terjadi di negara kita akhir akhir ini yang bahkan melibatkan pemimpin dan orang orang hebat dan cerdas di negara ini. Ini menunjukkan bahwa telah merosotnya nilai-nilai luhur bangsa dan berkurangnya karakter nasionalisme sebagai bangsa pejuang, yang keduanya ini telah berakumulasi menggelinding dengan cepatnya laksana bola salju bergerak tuk menghancurkan fondasi fondasi jati diri bangsa  yang terkenal dengan Bhineka Tunggal Ika nya. Arsip pun berkontribusi untuk menunjukkan bukti dan membuka tabir tabiat dari para koruptor, penjilat dan kemunafikan dari orang orang yang bersembunyi dibalik elok perangai dan tutur kata ternyata ingin menghancurkan bangsa elok nan permai ini.

Berarti tanpa kita sadari bersama ternyata arsip adalah alat dan juga lokomotif dalam menuntun dan menjaga negeri ini dari kerusakan kerusakan yang direncanakan oleh orang orang  yang telah terkontaminasi karakter tak berkeTuhanan dan bersikap individualism. Yang lebih parah lagi di era metaverse ini masih banyak yang  tidak care dengan pengelolaan arsip yang  baik dan tertib padahal jika disadari tidak tertibnya arsip akan bermuara pada ketidakseimbangan negara bahkan dapat berujung pada chaosnya negara. Tak keliru jika jargonpun mengatakan “Arsip Hilang Aset Melayang, Tertib Arsip Tertib Administrasi”.

Di penghujung tulisan ini, dapatlah dipetik suatu kesimpulan bahwa ternyata selain unik, arsip pun mulia karena memberikan informasi dan gambaran secara obyektif tentang aktivitas  dan proses administrasi dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan itu pemerintah pun mulai menunjukkan keseriusan dan kepedulian terhadap kearsipan dengan dukungan regulasi, perbaikan sumber daya manusia dan diharapkan terhadap anggaran dan sarana prasarana lebih ditingkatkan lagi untuk mendukung terwujudnya tertib arsip secara permanen di bumi Nusantara ini. Bukan hanya itu gayung bersambut pula di Era Tanpa Batas yang bermetaverse ini, di usia 51 Tahun Kearsipan Nasional ,  pemerintah telah memberikan kado terindah  dengan lahirnya SRIKANDI (Sistem Informasi Kearsipan Dinamis Terintegrasi) yang akan digunakan oleh seluruh organisasi dan lembaga pemerintahan baik pusat maupun daerah sebagai penyatuan sistem pengelolaan arsip yang terintegrasi dalam satu sistem kearsipan nasional yang berimplikasi pada tertib arsip secara bersama dan tanpa ketimpangan. Dan pada akhirnya SRIKANDI pun membawa amanah SANG PATIH GAJAHMADA untuk menyatukan NUSANTARA dengan menjadikan ARSIP SEBAGAI SIMPUL PEMERSATU BANGSA.
DIRGAHAYU KEARSIPAN NASIONAL KE 51, 18 MEI 2022
SINERGI KEARSIPAN TUK KEMAJUAN BANGSA: TERTIB ARSIP, TRANSFORMASI DIGITAL KEARSIPAN, MEMORI KOLEKTIF BANGSA.

*PENULIS:
IRZAL NATSIR
ARSIPARIS AHLI MADYA
PEMPROV. SULAWESI SELATAN

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button