Bupati Falent Kebo: Kalau KIP Tak Cukup, Kita Tetap Kuliahkan Anak-anak TTU

BeritaNasional.ID, KEFAMENANU – Dari balik bentangan ladang jagung dan perbukitan kering di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), sebuah harapan baru tumbuh. Ratusan anak muda asal TTU bersiap meninggalkan kampung halamannya menuju Kupang — bukan untuk mencari kerja, melainkan untuk menuntut ilmu di bangku kuliah.
Mereka adalah mahasiswa asal TTU yang diterima di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Nusantara Kupang. Bagi sebagian besar keluarga mereka, momen ini terasa seperti keajaiban. Sebab, di tengah keterbatasan ekonomi dan minimnya akses, kuliah sering kali dianggap sebagai impian yang mustahil dijangkau.
Namun, Bupati TTU Yoseph Falentinus Delasalle Kebo, menegaskan bahwa impian anak-anak TTU untuk menempuh pendidikan tinggi tidak boleh kandas hanya karena biaya.
“Kita tidak boleh menyerah hanya karena kuota KIP terbatas. Kalau jalur itu tidak cukup, kita cari jalan lain. Anak-anak TTU tetap harus kuliah sampai jadi sarjana,” tegas Bupati Falent kepada Bernas, Rabu 8 Oktober 2025.
Data yang diterima Bernas menunjukkan, sebanyak 988 mahasiswa asal TTU telah dinyatakan lolos administrasi sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah di Stikes Nusantara Kupang.
Jumlah tersebut merupakan bagian dari lebih dari 2.000 calon mahasiswa yang diajukan oleh Pemerintah Kabupaten TTU melalui kerja sama strategis dengan pihak kampus.
Dari angka itu, ratusan mahasiswa telah memilih tiga program studi utama, yakni Gizi, Keperawatan, dan Kebidanan — jurusan yang memang disiapkan untuk menjawab persoalan stunting dan kesehatan masyarakat TTU.
“Kita dorong anak-anak masuk ke bidang yang langsung bisa bantu daerah. Kalau mereka belajar gizi dan keperawatan, nanti mereka kembali jadi tenaga ahli yang bisa bantu masyarakat di desa-desa,” jelas pendiri Ormas Beta Timor itu.
Bupati Falent menilai, pendidikan bukan hanya tanggung jawab negara, tetapi juga tanggung jawab moral dan kemanusiaan setiap pemimpin. Ia menyebut bahwa investasi terbesar sebuah daerah bukan pada infrastruktur, tetapi pada sumber daya manusianya.
Namun ia juga menyadari, keterbatasan kuota dan proses administrasi sering kali menjadi hambatan yang membuat banyak keluarga cemas. Karena itu, ia memastikan tidak ada satu pun anak TTU yang akan berhenti kuliah karena biaya.
“APBD kita terbatas, tapi bukan berarti kita biarkan anak-anak berhenti kuliah. Pendidikan mereka tetap tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.
Bupati Falent menambahkan, Pemkab TTU telah menyiapkan mekanisme pembiayaan alternatif tanpa harus membebani anggaran daerah. Ia menekankan bahwa fokus APBD tetap diarahkan pada pembangunan lain, sementara pendidikan dicari lewat jalur kreatif dan kolaboratif.
Langkah Pemkab TTU bekerja sama dengan Stikes Nusantara Kupang tidak hanya bertujuan membuka akses pendidikan tinggi, tetapi juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang melawan stunting di TTU — salah satu kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi di NTT.
Bupati Falent berharap, para mahasiswa yang kini belajar di bidang gizi dan keperawatan kelak akan kembali ke daerah asal mereka dengan membawa ilmu, kesadaran, dan solusi praktis bagi masyarakat.
“Setelah jadi sarjana, mereka tidak hanya membawa gelar, tapi juga membawa ilmu untuk membantu masyarakat. Kita butuh tenaga gizi dan perawat di desa-desa,” tuturnya.
Bupati Falent menyebut pendidikan sebagai jalan keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini menjerat banyak keluarga di TTU. Dengan memberi kesempatan kuliah bagi generasi muda, ia yakin TTU akan memiliki masa depan yang lebih cerah.
“Kalau kita tidak berkorban untuk pendidikan hari ini, daerah ini akan sulit maju besok. Kalau ada mahasiswa yang ragu, silakan mundur. Tapi yang lain, tetap kita kuliahkan sampai sarjana,” imbuhnya.
Bupati Falent juga menyerukan agar perjuangan mencerdaskan anak-anak TTU tidak hanya ditanggung pemerintah daerah. Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan — mulai dari anggota DPR RI dapil NTT, DPRD Provinsi, hingga DPRD Kabupaten — untuk ikut berperan aktif.
“Jangan hanya duduk memberi komentar, apalagi jadi pahlawan kesiangan. Kalau memang peduli, mari bersama-sama pikirkan jalan keluar untuk anak-anak ini,” tandasnya.*
Alberto