Rektor IAKN Kupang Nilai Pidato Menag Relevan dengan Semangat Budaya dan Kerukunan di NTT

BeritaNasional.ID, KUPANG – Rektor Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, I Made Suardana, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, atas pidato kebudayaan yang dinilainya sarat makna dan sangat relevan dengan realitas sosial-budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepada Bernas, Rabu (24/12/2025), I Made Suardana menegaskan bahwa pesan kebudayaan Menteri Agama sejalan dengan semangat kultural masyarakat NTT yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, kekerabatan, serta penghormatan terhadap perbedaan sebagai fondasi harmoni sosial.
Menurutnya, pidato tersebut tidak hanya menyapa keberagaman Indonesia secara umum, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai luhur budaya lokal yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat NTT dalam membangun kehidupan bersama yang damai, indah, dan bermartabat.
“Pesan kebudayaan Pak Menteri sangat relevan dengan karakter masyarakat NTT. Ia menegaskan bahwa NTT merupakan bagian integral dari semangat keindonesiaan, yang selama ini telah membuktikan pengabdian nilai-nilai luhur budaya dalam membangun kerukunan dan penghargaan terhadap perbedaan,” ujar Suardana.
Rektor menambahkan, nilai kekerabatan dan kekeluargaan yang mengakar kuat di NTT merupakan modal sosial yang sangat penting dalam merawat persatuan bangsa di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya.
Karena itu, pesan kebudayaan Menag dinilai mampu memperkuat kesadaran kolektif masyarakat untuk terus memaknai perbedaan sebagai kekayaan, bukan sumber perpecahan.
Dalam konteks pendidikan tinggi keagamaan, I Made Suardana menegaskan komitmen IAKN Kupang untuk menjadi ruang edukasi yang inklusif dan transformatif.
Kampus, menurut Rektor IAKN Kupang, memiliki tanggung jawab moral dan akademik dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan keimanan sebagai dasar pembentukan karakter generasi muda.
“IAKN Kupang berkomitmen mempertanggungjawabkan penanaman nilai-nilai luhur budaya dan iman, baik dalam kehidupan akademik maupun nonakademik. Dari proses ini akan lahir lulusan yang memiliki mentalitas kuat, kapasitas unggul, serta identitas diri yang inovatif dan produktif,” tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan pidato kebudayaan pada acara Reflection 2025 Projection 2026 (Repro) yang digelar oleh Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI di Hotel Millennium Jakarta, Senin (23/12).
Dalam pidatonya, Menag menegaskan bahwa budaya Indonesia bukanlah budaya yang baru tumbuh, melainkan sebuah peradaban yang telah matang dan berakar kuat sejak ribuan tahun lalu.
Ia menyebut Indonesia layak disebut sebagai “ummul bilad” atau induk peradaban bangsa.
Pernyataan tersebut didasarkan pada berbagai temuan arkeologis yang menunjukkan tingginya peradaban manusia di Nusantara, salah satunya Situs Gunung Padang.
Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai bangsa maritim yang sejak dahulu telah menjalin hubungan peradaban dengan dunia internasional.
Menag mencontohkan ekspor barus dari Nusantara ke Mesir yang digunakan untuk mengawetkan mumi keluarga Firaun sebagai bukti keterhubungan peradaban Indonesia dengan peradaban besar dunia.
Fakta ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah memainkan peran penting dalam sejarah global sejak masa lampau.
Lebih lanjut, Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa Indonesia memiliki dua entitas budaya utama, yakni budaya kekerabatan dan budaya kewilayahan.
Kedua entitas tersebut membentuk geo-emosional masyarakat Indonesia dan turut memengaruhi corak keberagamaan yang khas, moderat, dan berorientasi pada harmoni.
“Kondisi ini harus disadari oleh umat beragama agar mampu hidup rukun di tengah kebinekaan masyarakat Indonesia,” pesan Menag kepada para pejabat Kementerian Agama, pimpinan PTKIN, serta para tamu undangan.
Sementara itu, Kepala BMBPSDM Kemenag RI, Muhammad Ali Ramdhani, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Repro tahun ini mengusung tema “Towards a Loving Future Umma” sebagai landasan penguatan moderasi beragama menuju masa depan umat yang penuh kasih, toleransi, dan harmoni sosial.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan Repro tidak hanya menjadi forum refleksi, tetapi juga sarana untuk mengukur capaian berbagai indeks strategis, seperti indeks kerukunan umat beragama, indeks kesalehan umat beragama, indeks layanan keagamaan, serta indeks literasi kitab suci.
Ramdhani juga mengungkapkan bahwa indeks kerukunan umat beragama dalam rentang 2020–2025 menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Pada tahun 2025, indeks tersebut bahkan telah melampaui angka 80, menjadi capaian tertinggi sepanjang sejarah pengukuran kerukunan umat beragama di Indonesia.
“Ini adalah capaian besar yang harus kita jaga dan pertahankan bersama,” tegasnya.
Kegiatan Repro BMBPSDM tersebut turut dihadiri sejumlah pejabat Kementerian Agama, pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), serta para tamu undangan dari berbagai elemen strategis, menegaskan komitmen bersama dalam membangun masa depan keberagamaan Indonesia yang rukun dan penuh kasih.*
Alberto



