Makin Akrab Dengan Alam, 56 Siswa Sekolah Alam Camping dan Snorkeling di Pantai Beach Forest Situbondo

BeritaNasional.id, SITUBONDO – Sekitar 56 siswa dari Sekolah Alam Insan Cendekia Bondowoso, Jawa Timur, mengikuti kegiatan edukasi laut dengan snorkeling di Pantai Wisata Beach Forest, Kecamatan Kendit, Situbondo, Selasa (27/5/2025).
Tak hanya bermain, para siswa ini berkemah, menyatu dengan alam, hingga melakukan snorkeling sambil mengenal ekosistem bawah laut secara langsung. Inilah bentuk pembelajaran luar ruang yang mendalam dan menyentuh batin: mempelajari kehidupan bukan hanya dari buku, tapi dari alam itu sendiri.
Kegiatan dimulai sejak Senin sore ketika para siswa tiba dan mendirikan tenda di area camping Pantai Beach Forest. Dengan penuh semangat, anak-anak mendirikan tenda, menata barang-barang, dan menikmati makan malam sederhana di bawah langit penuh bintang.
“Tidur di pinggir laut, dengar suara ombak, lalu bangun dengan matahari muncul di laut—itu pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup,” ujar Salsa, siswa kelas 6, dengan mata berbinar.
Esok paginya, usai menikmati panorama sunrise, anak-anak dibagi dalam kelompok kecil untuk kegiatan utama: snorkeling. Menggunakan perahu kecil, mereka dibawa ke lokasi snorkeling yang berjarak sekitar 100–300 meter dari bibir pantai, di perairan jernih berkedalaman sekitar 3 meter
Dibimbing oleh tiga instruktur profesional yang disiapkan pengelola pantai, anak-anak diajari teknik dasar snorkeling, mulai dari penggunaan alat hingga cara bernapas di dalam air. Wajah-wajah yang awalnya cemas perlahan berubah menjadi riang saat mereka mulai menyelam dan melihat langsung biota laut—ikan kecil berwarna-warni, karang-karang yang cantik, dan tumbuhan laut yang melambai tenang di dasar laut.
“Saya lihat ikan warna biru dan kuning, terus ada bintang laut juga. Rasanya seperti masuk dunia lain,” tutur Aisyah salah siswi sekolah alam.
Menurut Kepala Sekolah Alam Insan Cendekia Bondowoso, Sri Nurjannah, kegiatan ini bukan sekadar rekreasi, tetapi bagian dari kurikulum pendidikan berbasis alam yang mereka kembangkan.
“Anak-anak zaman sekarang banyak yang jauh dari alam. Padahal, cinta terhadap bumi dan lingkungan tumbuh dari pengalaman langsung, dari rasa kagum, dan keterhubungan dengan alam. Karena itu kami ajak mereka ke sini, untuk mencintai laut, menghargai ekosistem, dan belajar menjaga lingkungan,” jelasnya.
Sri Nurjannah menambahkan bahwa Beach Forest dipilih karena selain memiliki panorama yang indah, juga relatif aman untuk anak-anak. “Airnya jernih, ombaknya landai, tersedia area camping, dan yang paling penting: masyarakat serta pengelolanya sangat ramah dan suportif,” ungkapnya.
Pengelola Pantai Wisata Beach Forest, Haji Sulaiman, menyambut baik inisiatif sekolah-sekolah yang ingin membawa anak-anak lebih dekat dengan alam. Ia menyebut kegiatan ini sebagai bagian dari edukasi wisata berbasis konservasi.
“Kami tawarkan beberapa paket kegiatan seperti outbound, camping, dan snorkeling. Tapi yang paling disukai anak-anak adalah camping dengan momen sunrise dan snorkeling. Kami siapkan pendamping profesional agar semuanya aman dan menyenangkan,” terang Sulaiman.
Ia berharap kegiatan seperti ini bisa rutin dilakukan karena memberikan dampak positif, tidak hanya bagi anak-anak, tapi juga bagi masyarakat sekitar yang turut terlibat sebagai pemandu, penjaga keamanan laut, dan penyedia konsumsi lokal.
Kegiatan ini bukan hanya meninggalkan kenangan manis, tetapi juga menanam benih tanggung jawab lingkungan dalam diri anak-anak. Mereka pulang bukan hanya membawa cerita tentang pasir dan laut, tetapi juga membawa kesadaran bahwa laut bukan tempat membuang sampah, melainkan rumah bagi makhluk hidup yang harus dijaga.
Beach Forest Kendit kini tak hanya jadi destinasi wisata biasa. Ia menjadi ruang belajar terbuka tempat anak-anak mengenal bumi, menyelami samudra, dan memupuk cinta terhadap kehidupan yang lebih luas.