ACEHOlahragaOpini

Ulasan Stadion Aceh Tamiang Bersama CSO Le’Bam

Direktur Civil Society Organisasi (CSO) Lembaga Bina Arsitektur Madani (Le’Bam), Zulkarnain Is, ST, merasa prihatin dengan kondisi Stadion Aceh Tamiang. Betapa tidak, bangunan yang dibangun pada Tahun 2010 lalu terkesan tidak ada yang dapat dibanggakan.

Padahal ketika sebuah Stadion dibangun dengan perencanaan yang mantang dapat menjadi kebanggaan daerah.

” Semua harus dilakukan dengan mantang, dari perencanaan, pembangunan dan pengelolaan. Dan ketika itu terjadi, maka itu sebuah aset yang cukup mengiurkan untuk PAD,” sebut Direktur Civil Society Organisasi (CSO) Lembaga Bina Arsitektur Madani (Le’Bam), Zulkarnain Is, ST.

Sebuah aset sambungnya karena ketika stadion dapat dilengkapi dan difungsikan dapat menunjang beragam kegiatan. Kegiatan utama yang dapat dilakukan di stadion bisa dibedakan menjadi beberapa aktifitas.

Zulkarnain Is yang akrab disapa Zul Lebam ini menjelaskan disana ada aktifitas olahraga yang mencakup latihan dan pertandingan olahraga yang dilakukan oleh atlit olahraga seperti sepakbola dan atletik.

Kemudian ada aktifitas menonton olahraga, ada aktifitas  servis, yaitu kegiatan yang berupa pelayanan operasional bangunan stadion, ketika kegiatan olahraga sedang berlangsung atau tidak.

“Ada  keamanan, perawatan bangunan stadion beserta semua fasilitasnya, dan mehanical electrical engineering,” urainya serta menambahkan ada aktifitas manajerial, yaitu kegiatan pengeloaan manajemen stadion, yang biasanya dilakukan oleh pengelola stadion.

Kemudian aktifitas bisnis yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan cara menyewakan ruang-ruang untuk perdagangan dan aktifitas pendukung lainnya serta ada aktifitas rekreasi, yaitu kegiatan santai yang tidak terjadwal.

“Ada aktifitas olahraga, aktifitas nonton, ada aktifitas servis, aktifitas bisnis serta ada aktifitas rekreasi,” rincinya.

Padahal menurut Zul Lebam, saat ini Aceh Tamiang sendiri sangat dibutuh dari enam point tersebut diatas.

“Masyarakat kita pencinta olah raga dan masyarakat kita yang butuh tempat santai ada disana. Tapi harus dengan perencanaan yang mantang dan pasti disana ada perputaran ekonomi yang baik,” ulasnya lagi.

Peningkatan minat masyarakat terhadap olahraga dan pencinta olah raga ini sendiri tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas fasilitas olahraga. Bahkan terjadi kecenderungan menurunnya  kualitas fasilitas olahraga karena kurangnya perawatan.

“Banyak kelompok-kelompok olahraga yang tidak tertampung kegiatannya, sehingga mereka berlatih dengan fasilitas seadanya atau berlatih di tempat-tempat yang kurang representative,” jelasnya.

Dan itu menurutnya dapat menghambat perkembangan olahraga di Kabupaten Aceh Tamiang , baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Menghadapi fenomena tersebut, atlit, klub maupun penggemar olahraga memerlukan wadah yang representative dimana dapat melakukan aktifitas-aktifitasnya seperti berlatih untuk meningkatkan prestasi, meningkatkan kebugaran fisiknya sekaligus berekreasi dengan fasilitas umum yang tersedia dalam memenuhi kriteria kelayakan humanis.

Dalam analisa Civil Society Organisasi (CSO) Lembaga Bina Arsitektur Madani (Le’Bam) yang dilakukan di Stadion Aceh Tamiang dalam durasi waktu tertentu tercatat jumlah pengunjung mencapai  ± 31.530 jiwa, diberbagai aktifitas yang dilaksanakan seperti even, turnamen perntas seni, wahana bermain dan aktifitas olah raga lainya.

Dari objektif tersebut diatas CSO Le’Bam memiliki suatu pemikiran bagaimana untuk menyediakan sebuah fasilitas yang mampu mewadahi kegiatan-kegiatan seperti Ada aktifitas olahraga, aktifitas nonton, ada aktifitas servis, aktifitas bisnis serta ada aktifitas rekreasi yang direncanakan secara mantang dalam satu kawasan olahraga rekreasi pada ruang terbuka hijau di Aceh Tamiang tepatnya dikawasan Stadion.

” Masyarakat kita butuh suatu kawasan olahraga – rekreasi yang belokasi di ruang terbuka hijau sehingga kedua fungsi utama tersebut saling bersinergi satu sama lain,” uraianya.

Menurutnya kawasan tersebut  menggunakan konsep ekologis sebagai konsep utama sehingga alam menjadi penting sebagai basis desainnya.

“Dan tentu fasilitas didalam kawasan ini diharapkan dapat mengakomodir minat masyarakat Aceh Tamiang,” ungkapnya mengakhiri.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button