Disdik Mamuju Tengah Luncurkan Program Siola Kuat Dan Taki Massikola

BeritaNasional.ID.Mamuju Tengah Sulbar —Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) menluncurkan Program Siola Kuat (Sistem Informasi Layanan Pendidikan) dan Taki Massikola.
Kedua program ini diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi masalah anak putus sekolah sekaligus meningkatkan transparansi informasi pendidikan di Bumi Lalla Tassisara
Siola Kuat, sebuah platform informasi pendidikan, akan menjadi jendela bagi masyarakat untuk mengakses data lengkap tentang sekolah-sekolah di Mateng. Mulai dari profil sekolah, kondisi sarana prasarana, data guru, hingga kebutuhan sekolah, semua bisa diakses dengan mudah oleh publik.
Tak hanya itu, sistem ini juga akan memetakan Anak Tidak Sekolah (ATS) berdasarkan tiga kategori yaitu, anak usia sekolah yang tidak bersekolah, anak yang putus sekolah, dan anak yang tidak melanjutkan pendidikan.
“Melalui Siola Kuat, kami ingin membuka akses informasi seluas-luasnya kepada masyarakat. Ini adalah langkah awal untuk meningkatkan akuntabilitas dan kualitas layanan pendidikan,” jelas Marhuding Plt Kadis Pendidikan Mateng, Ruang kerjanya, Jumat. 14 Februari
Sementara itu, Taki Massikola hadir sebagai program pendampingan bagi anak-anak yang teridentifikasi sebagai ATS. Program ini tidak hanya memberikan beasiswa bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, tetapi juga menyediakan sarana dan prasarana sekolah yang memadai.
“Kami ingin memastikan tidak ada anak di Mateng yang tertinggal dalam mendapatkan pendidikan. Kami akan mendampingi mereka hingga kembali ke bangku sekolah,” ujar Mantan Kepsek SD Tobadak itu.
Program ini rencananya akan segera diluncurkan setelah pelantikan Bupati terpilih pada 20 Februari mendatang, sebagai bagian dari komitmen 100 hari kerja pertama Bupati Mateng.
Untuk mendukung pelaksanaannya, Disdik telah berjalan membentuk tim kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas-dinas terkait, Dewan Pendidikan, mahasiswa, Kepolisian, TNI, LSM, dan wartawan.
Data terbaru menunjukkan, ada lebih dari 3.000 anak di Mateng yang teridentifikasi sebagai ATS. Tim akan bekerja keras untuk memverifikasi ulang data tersebut dengan melibatkan perangkat Desa, Dusun, dan RT.
Setelah pendaftaran, langkah selanjutnya adalah melakukan sosialisasi dan pendampingan intensif agar anak-anak tersebut dapat kembali bersekolah.
Tak hanya itu, Marhuding juga menggagas inovasi menarik berupa pembentukan Kampung Belajar. Kampung Belajar ini ditujukan bagi anak-anak ATS yang kesulitan mengakses sekolah formal.
“Kami akan menyediakan sekolah nonformal di beberapa titik strategis. Ini adalah solusi bagi mereka yang tidak bisa menjangkau sekolah konvensional,” tuturnya.
Dengan dua program ini, Disdik Mateng bertekad untuk menekan angka putus sekolah dan meningkatkan kualitas pendidikan secara merata. Langkah ini diharapkan tidak hanya membawa perubahan bagi anak-anak ATS, tetapi juga membuka mata masyarakat akan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam dunia pendidikan.
“Kami yakin, dengan kolaborasi semua pihak, program ini akan membawa dampak positif bagi masa depan pendidikan di Bumi Lalla Tassisara,” pungkas Marhuding.