Sumatera

Gempa Tektonik Guncang Pulau Siberut, Pengungsi Terancam Kelaparan, Bantuan Logistik Terhambat Cuaca Buruk

BeritaNasional.ID, Lubuk Sikaping, — Pengungsi masyarakat Sikerei, kabupaten Mentawai, provinsi Sumatera Barat, mulai terancam kelaparan. Menurut keterangan resmi Kepala BNPB kabupaten Mentawai, Novriadi, Selasa (30/8),  ketersediaan logistik,  hanya mampu mencukupi untuk dua hari saja dan sudah dibagikan. Sementara, lonjakan jumlah pengungsi semakin meningkat setiap hari, dan pasokan dukungan logistik dari luar lokasi gempa  masih terkendala cuaca buruk.

“Upaya pengiriman dukungan dari PNPB Provinsi Sumatera Barat, dari Padang, dan dari Pemda Kabupaten Kepulauan Mentawai,  hanya dapat melalui penyeberangan laut dengan  menggunakan kapal.

Dijelaskan Noviardi,  bantuan dari Pemkab saja, membutuhkan waktu tempuh sekitar delapan jam. Itupun kalau cuaca mendukung. Sedangkan sekarang, cuaca mengancam pula”, kata Noviardi dengan nada cemas.

Sampai pagi ini, Rabu (31/8), Noviardi menginformasikan melalui telepon cellulernya, bahwa tentang <span;>logistik dan peralatan kebutuhan pengungsi, dia telah berkoordinasi dengan Camat Siberut Barat dan Kepala Desa setempat sekaitan upaya pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi. Novriadi meminta pihak terkait memaksimalkan potensi yang ada. Seperti,  memanfaatkan stok pertokoan yang tersedia guna memenuhi kebutuhan logistik, terutama kebutuhan makanan di pengungsian.

Upaya tersebut, untuk mengatasi kebutuhan makanan  sambil menunggu kiriman bantuan dari kabupaten dan provinsi yang masih terkendala cuaca buruk.

Menurut Noviardi, hingga saat ini, yang dibutuhkan mendesak,  meliputi: bahan makanan siap saji, alat penerangan, tenda, tikar, selimut.

Sebagaimana informasi yang telah beredar luas, gempa magnitudo 6, 4 Skala Righter, mengguncang Pulau Siberut,  Senin (29/8). Siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Selasa (30/8), jam 10.29, menginformasikan bahwa,  <span;>warga pengungsi sudah mencapai  2.326 jiwa.

Para pengungsi tersebar di 7 (tujuh) dusun yang berada di Desa Simalegi dan Desa Simatalu, Kecamatan Siberut Barat, Pulau Siberut, kabupaten Kepulauan Mentawai, provinsi Sumatera Barat.

Dikatakannya, jumlah pengungsi bertambah, akibat dampak psikis gempa bumi Mentawai 7,7 MW, pada 25 Oktober 2010. Kekhawatiran akan terjadi guncangan susulan yang berpotensi tsunami, menghantui masyarakat.  Pengungsi,  didominasi anak-anak, wanita dan lansia.

Mereka tinggal di tenda pengungsian, terutama pada malam hari. Saat pagi sampai sore, pada umumnya, masyarakat  kembali ke rumah masing-masing untuk beraktivitas seperti biasa.

Tenda pengungsian mandiri didirikan masyarakat,  juga tidak jauh dari rumah mereka masing-masing. “Jaraknya (tenda pengungsian) tidak jauh. Hanya kurang lebih 300 meter dari rumah,” kata Novriadi.

Press release BNPB Kabupaten Mentawai mengatakan bahwa, gempa bumi yang mengguncang wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Senin ( 29/8),  memiliki 13 kali gempa susulan dengan kekuatan mulai dari M 3.5 hingga M 6.4. Hasil asesmen dan monitoring, rangkaian gempa bumi tersebut, terjadi di segmen megathrust Mentawai, yang diketahui menyimpan potensi energi gempa hingga M 8.9 dan berpotensi memicu tsunami.

Data per Selasa (30/8/2022) pukul 07.00 WIB, dilaporkan,  satu gedung SMP N 3 Simalegi,  rusak ringan; satu unit SDN 11 Simalegi, rusak berat; satu gedung Puskesmas Betaet, rusak ringan; satu gereja, rusak ringan; satu gedung aula kantor camat Siberut Barat,  rusak ringan; dan lainnya,  masih dalam pendata.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button