Nusa Tenggara Timur

Lantik 20 Dokter Baru, Rektor Undana: Jadilah yang Terbaik di Tempatmu Mengabdi

BeritaNasional.ID, KUPANG – Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Universitas Nusa Cendana (Undana) secara resmi melantik dan mengambil sumpah 20 dokter baru pada Upacara Pengambilan Sumpah dan Pelantikan Dokter Periode Ke-XLVI. Acara ini digelar di Aula Lantai III Gedung Rektorat Undana, Rabu (22/10/2025).

Ke-20 lulusan ini telah berhasil menempuh pendidikan profesi dan dinyatakan kompeten setelah lulus Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) Nasional periode Agustus 2025, yang mencakup Computer Based Test (CBT) dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE).

Acara tersebut dihadiri langsung oleh Rektor Undana, Prof. Maxs U. E. Sanam, didampingi jajaran pimpinan universitas, para dosen, serta keluarga wisudawan.

Momen itu menjadi puncak kebahagiaan, ketika para dokter muda mengucapkan sumpah suci profesi, janji yang mengikat mereka untuk mengabdikan ilmu demi kemanusiaan dan integritas.

Dalam sambutannya, Rektor Undana, Prof. Maxs Sanam, menyampaikan pesan yang menggugah hati.

Ia menyebut momen tersebut sebagai hari bersejarah dan penuh makna, bukan sekadar seremoni, melainkan lahirnya semangat kemanusiaan dari rahim ilmu pengetahuan.

“Hari ini bukan sekadar seremoni. Hari ini adalah penanda tonggak sejarah — lahirnya kembali semangat kemanusiaan dari rahim ilmu pengetahuan,” tutur Prof. Maxs.

“Dua puluh dokter baru akan segera mengucapkan sumpah suci, mengikat dirinya bukan hanya pada profesi, tetapi juga pada nilai moral, nurani, dan tanggung jawab kepada sesama manusia,” sambungnya.

Rektor juga menyampaikan apresiasi dan kebanggaan mendalam kepada seluruh dokter baru dan keluarga mereka.

“Selamat kepada para dokter baru, dan selamat juga kepada para orang tua yang hari ini menyaksikan buah kerja keras, doa, dan kesabaran mereka berwujud nyata di hadapan kita,” ujarnya.

Prof. Maxs juga menyoroti berbagai tantangan serius dunia kesehatan di Nusa Tenggara Timur (NTT) — mulai dari angka stunting yang masih tinggi, keterbatasan tenaga medis di wilayah terpencil, hingga tingginya kasus penyakit menular dan gizi buruk.

“Dalam kondisi seperti ini, peran dokter-dokter Undana menjadi sangat penting dan strategis, Kehadiran Saudara semua bukan sekadar menambah jumlah tenaga medis, tetapi menambah harapan bagi masyarakat. Kalian bukan hanya penyembuh tubuh, tetapi juga penyembuh luka sosial dan kesenjangan,” imbuhnya.

Rektor menekankan bahwa dokter Undana harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan mampu memahami akar persoalan kesehatan masyarakat, yang tidak hanya bersumber dari penyakit, tetapi juga dari kemiskinan dan keterbatasan.

“Dokter Undana adalah dokter yang mampu melihat di balik gejala klinis — ada realitas sosial, kemiskinan, dan keterbatasan yang turut menjadi penyebab sakit masyarakatnya,” jelasnya.

Prof. Maxs menegaskan bahwa profesi dokter bukan hanya soal kecerdasan akademik, tetapi juga tentang ketulusan dan kepekaan nurani.

“Ilmu yang tidak diiringi pengabdian adalah kosong. Sebaliknya, pengabdian tanpa ilmu yang benar bisa menyesatkan,” tandasnya.

Ia berpesan agar para dokter baru menggunakan ilmu mereka dengan hati, karena di banyak daerah terpencil di NTT, seorang dokter sering kali menjadi tumpuan segala harapan masyarakat.

“Gunakan ilmu kalian dengan bijaksana, gunakan kata-kata kalian untuk menenangkan, dan gunakan tindakan kalian untuk menegakkan martabat kemanusiaan,” pesan Rektor.

Di tengah kemajuan teknologi dan komersialisasi dunia kesehatan, Prof. Maxs mengingatkan pentingnya integritas dan etika profesi sebagai benteng moral yang tidak boleh goyah.

“Sumpah dokter bukan hanya kontrak profesi, tetapi janji suci kepada Tuhan dan kemanusiaan. Etika adalah benteng terakhir kehormatan seorang dokter. Dokter yang kehilangan etika adalah seperti kompas tanpa arah — memiliki pengetahuan, tetapi kehilangan tujuan,” ucapnya.

Menurutnya, dokter Undana harus dikenal bukan karena gelar dan prestise, melainkan karena konsistensi dan ketulusan dalam melayani.

“NTT tidak butuh dokter yang sekadar datang, bekerja, lalu pergi. NTT butuh dokter yang hadir, menyatu dengan masyarakat, dan mendengarkan dengan hati,” ungkapnya.

Menutup sambutannya, Rektor kembali menegaskan misi besar Undana sebagai universitas yang berdaya saing dan membumi di Nusa Tenggara Timur.

“Membumi berarti berpihak kepada rakyat. Membumi berarti hadir untuk mereka yang paling membutuhkan. Setiap tindakan kalian adalah cerminan dari nilai Undana — integritas, inovasi, dan pengabdian,” tuturnya.

“Dokter yang hebat bukan yang bekerja di tempat terbaik, tetapi yang melakukan yang terbaik di tempat ia bekerja. Dokter yang dikenang bukan karena ilmunya saja, tetapi karena ketulusan hatinya,” sambungnya menutup.

Senada dengan Rektor, Dekan FKKH Undana, Christina Olly Lada, mengingatkan para dokter baru tentang tingginya tanggung jawab profesi.

“Perjuangan pendidikan di Kedokteran itu tidak mudah karena kita sedang bergelut dengan nyawa seseorang sehingga standar tinggi itu perlu kita terapkan. Etika profesional itu tidak boleh ditawar, harus kita terapkan,” tegas Dekan.*

Alberto

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button