BeritaNasional.ID — Manajemen laba merupakan sebuah bentuk intervensi yang dilakukan manajemen dalam proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal dengan tujuan memperoleh keuntungan tertentu (Schipper, 1989). Tujuan tersebut diantaranya untuk memaksimalkan kompensasi, menghindari pelanggaran kontrak hutang dan meminimalkan pelaporan penghasilan untuk mengurangi perhatian pemerintah (Wolk, Dodd dan Rozycky, 2013). Manajemen laba dapat dipandang melalui dua perspektif (scott, 2023), yaitu manajemen laba sebagi perilaku oportunistik untuk maksimalisasi utilitasnya terhadap kontrakkompensasi, kontrak hutang dan biaya politik. Perspektif kedua memandang manajemen laba sudut kontrak efisien, dimana manajer memiliki fleksibilitas untuk melindungi diri dan perusahaan kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak yang terlibat kontrak.
Beberapa cara untuk mengelola laba seperti memilih di antara metode penyusutan alternatif atau pendekatan penilaian persediaan. Atau, laba dapat dimanipulasi dengan mengatur waktu pengakuan pendapatan dan beban (Bartov, 1993) dan memutuskan apakah akan mengkapitalisasi biaya tertentu (Muller, 1999). Salah satu alasan mengapa perusahaan mengelola laba mereka adalah untuk meningkatkan aksesibilitas ke sumber dana eksternal (DuCharme et al., 2004; Rangan, 1998)
Pendanaan ekternal merupakan sumber pendanaan yang berasal dari luar perusahaan, yaitu sumber pendanaan dari hutang dan saham. Myers & Majluf (1984) menjelaskan pemilihan sumber pendanaan perusahaan berdasarkan risikonya. Teori yang dikenal dengan Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan lebih memilih penggunaan dana internal untuk membiayai investasi dan dipandang memiliki peluang pertumbuhan perusahaan. Pecking order theory menjelaskan bahwa manajer lebih menyukai pendanaan dari dalam perusahaan (internal) daripada pendanaan dari luar perusahaan (eksternal). Jika perusahaan membutuhkan pendanaan dari luar, manajer cenderung untuk memilih surat berharga yang paling aman, seperti hutang. Hutang dipilih karena biaya hutang lebih murah dari biaya menerbitkan saham baru, serta jika menerbitkan saham baru dapat dianggap sebagai signal buruk dipasar. Teori ini menyiratkan bahwa ketidaksempurnaan pasar (asimetri informasi) membebankan biaya modal yang lebih tinggi kepada perusahaan yang mengandalkan pendanaan eksternalnya, namun perusahaan harus melihat ke pasar modal eksternal ketika mereka tidak bisa tumbuh dengan hanya melalui pendanaan internal.
Hasil Penelitian Pengaruh Pendanaan Eksternal dan Manajemen Laba
Manajemen laba telah menjadi topik yang menarik perhatian praktisi dan peneliti. Investor membutuhkan informasi akuntansi sesungguhnya dari suatu perusahaan, terutama informasi tentang laba, yang dapat digunakan untuk memprediksi arus kas masa depan dan menilai risikonya. Akan tetapi, laba bersih dapat terdistorsi sebagai akibat dari intervensi diskrit manajer dalam proses pelaporan keuangan untuk mendapatkan beberapa keuntungan pribadi. Oleh karena itu, informasi akuntansi mungkin tidak mencerminkan kinerja ekonomi perusahaan yang sebenarnya (Bui, dkk., 2022).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perusahaan yang tergantung pada pendanaan eksternal cenderung melakukan manajemen laba accrual dan riil (Zhang et al.,2020; Wang et al, 2018). Sony dan baduri (2021) menyatakan bahwa pada negara-negara yang mengalami masalah asimetri informasi yang tinggi cenderung menngunakan pendanaan dari utang. Pendanaan dari hutang akan meningkatkan manajemen laba. Di negara-negara yang lemah pasar modalnya, cenderung menggunakan pendanaan dari utang, sehingga untuk menghindari default, perusahaan cenderung mengelola labanya. Perusahaan dengan tingkat utang yang lebih tinggi, ada trade-off antara keuntungan dari pelaporan keuangan yang berkualiats yang lebih tinggi dengan keinginan untuk menghindari pelanggaran kontrak (Alzoubi, 2018).
Menurut Kusumawardani & Dewi (2017) besarnya tingkat hutang perusahaan dapat meningkatkan manajemen laba, tingkat leverage dipengaruhi oleh pihak manajemen dalam mengelola tingkat hutang perusahaan. Pihak manajemen harus bisa mengelola tingkat hutang tersebut dengan cermat sesuai dengan perjanjian kontrak yang sudah diatur agar perusahaan tidak mengalami default. Perusahaan akan berusaha menghindari hal tersebut dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Sesuai dengan hipotesis yang melandasi manajemen laba itu sendiri yaitu debt covenant hypothesis dimana perusahaan yang memiliki kontrak hutang dan melanggar kontrak tersebut maka kecenderungan pihak manajemen dalam memilih prosedur akuntansi dengan memindahkan laba periode yang akan datang ke periode sekarang.
Penelitian yang dilakukan pada negara dengan pasar modal yang masih berkembang menyebutkan bahwa laba dimanipulasi ketika perusahaan melakukan peningkatan modal dengan menerbitkan ekuitas atau hutang. Namun, dibandingkan dengan pendanaan utang, pendapatan dikelola lebih agresif ketika perusahaan terlibat dalam aktivitas pendanaan ekuitas. (Bui et al, 2022).
Penelitian lain yang menguji hubungan antara tata kelola perusahaan, pembiayaan eksternal, dan manajemen laba di pasar berkembang. Penelitian Hong dkk. (2023) menggunakan sampel perusahaan-perusahaan Vietnam yang terdaftar pada periode 2010–2020, hasilnya menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan, merupakan mekanisme yang berguna untuk mengendalikan manajemen laba. Namun, ketika perusahaan terlibat dalam aktivitas pembiayaan eksternal, tata kelola perusahaan tidak secara signifikan terkait dengan manajemen laba berbasis akrual ataupun riil. Selain itu, tata kelola perusahaan memoderasi dampak manajemen laba terhadap nilai perusahaan, didorong oleh kebutuhan pembiayaan eksternal. Tata kelola perusahaan yang baik mengurangi pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan, kebutuhan pembiayaan eksternal hanya mendorong manipulasi laba dan tidak berdampak pada nilai perusahaan, secara langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, temuan penelitian dapat memberikan implikasi bagi manajer dan regulator untuk meningkatkan praktik tata kelola guna mengurangi devaluasi perusahaan yang disebabkan oleh praktik manajemen laba.
(permataillahi/Bernas)