Mendagri: Keberagaman Adalah Keniscayaan Untuk Bangsa Indonesia
BeritaNasional.ID, Jakarta – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menilai perlu upaya moderasi narasi dalam gerakan keagamaan melalui praktik Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, sebagai salah satu cara kontra narasi terhadap doktrin takfiri. Hal itu disampaikannya dalam Acara Webinar Launching Buku dengan tema “Pemeliharaan Politik dan Keamanan di Negara yang Majemuk Dalam Konteks Kerukunan Antar Umat Beragama” di Kantor Kemendagri pada Senin, (17/08/2020) yang diselenggarakan oleh Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL).
Menurut Mendagri, dengan narasi-narasi yang kuat, terutama yang didasarkan kepada Al- Quran dan Hadist yang dikumpulkan oleh alumni “Lirboyo” dan dituangkan ke dalam buku dapat menjadi pedoman bagi masyarakat umum. “Ini menjadi salah satu pegangan bagi kita dan juga menjadi pencerahan bagi semua pihak bahwa keberagaman itu adalah keniscayaan untuk bangsa Indonesia ini. Kita harus duduk bersama baik muslim maupun non-muslim,” ujar Mendagri dalam webinar yang juga dihadiri oleh Menko Polhukam Mahfud MD tersebut.
Melalui buku itu, Mendagri berharap masyarakat dapat diberikan pemahaman dan pencerahan dari perspektif yang benar dan proporsional. Untuk itu, Mendagri menyarankan agar hard copy dan soft copy buku itu dapat dibagikan kepada publik secara luas. “Sehingga mereka juga ada pemahaman atau ada penyeimbang,” kata Mendagri.
Kemudian, dalam konteks pandemi Covid-19, Mendagri mengajak agar moderasi pemahaman jihad untuk saat ini bukan hanya dalam rangka menetralisir aksi-aksi kekerasan dan terorisme. “Tapi juga dalam konteks bagaimana kita menghadapi perang menghadapi Covid-19 ini, misalnya penggunaan protokol, penerapan protokol penggunaan masker,” ujar Mendagri.
Lebih lanjut, Mendagri menerangkan, Covid-19 ini berdampak terhadap seluruh sendi kehidupan, termasuk aspek sosial-ekonomi. Karena itu Mendagri menekankan, perlu kebersamaan semua unsur untuk turut terlibat dalam penanganan Covid-19, termasuk tokoh agama atau ulama. Apalagi, budaya di masyarakat menempatkan ulama sebagai tokoh panutan. “Yang menjadi Bapaknya yang patut diikuti. Peran daripada para tokoh ulama ini sangat sangat penting. Untuk itulah mungkin kita perlu juga melakukan jihad, bahkan mungkin Fardhu A’in, yaitu dalam konteks penerapan protokol Covid-19,” kata Mendagri.
Dengan bantuan ulama, diharapkan, setiap warga masyarakat dapat mematuhi protokol kesehatan, di antaranya menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun ataupun hand sanitizer dan juga menjaga jarak. “3 poin itu saja sudah bisa diterapkan sebetulnya kita bisa mengalahkan musuh kita Covid-19 ini, virus ini itu relatif akan melandai sebelum ketemu vaksinnya,” papar Mendagri. (Rls/Br)