Sumatera

Tamparan BBM Naik, Konsumsi BBM Turun di Lubuk Sikaping, Pengusaha Anggkutan Khawatir Menurunkan Minat Masyarakat Bepergian.

BeriraNasional.ID, LUBUK SIKAPING, —-  “Penjualan BBM di SPBU, Kaluai, Lubuk Sikaping, turun drastis. Penjualan  setiap hari Minggu sebelum pengumuman kenaikan harga BBM (3/9),  rata-rata terjual pada kisaran 8 ( delapan ) ton perhari.  Faktanya, Minggu (4/9), sampai jam 12.33 hari ini, belum habis 2,5 ton. Sementara puncak penjualan pada hari Minggu, biasanya pada pagi hari sampai tengah hari. Maka, estimasi saya, hari ini, tidak akan habis lima ton. Paling tinggilah lima ton. Berarti turun sekitar 3 ton”, kata Syaiful, pengawas SPBU Kaluai, Lubuk Sikaping, kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

Dampak kenaikan harga BBM pada hari ini,  jika dilihat dari penjualan SPBU, menurut Syaiful,  adalah turunnya konsumsi BBM dari masyarakat. “Saya kira, keputusan pemerintah  menaikkan harga BBM yang diumumkan kemaren,  membuat masyarakat meninggalkan pemakaian BBM secara mubazir, masyarakat lebih hemat BBM”, ucapnya menyimpulkan penyebab turunnya penjualan BBM di SPBUnya.

Dilain sisi, pimpinan PT. Yoga Mandir Ekspress,  yang bergerak dibidang angkutan travel trayek: Lubuk Sikaping – Padang, mensiasati kenaikan harga BBM ini dengan dua pilihan. Ongkos tetap seperti biasa dan menaikkan jumlah penumpang permobil, atau jumlah penumpang tetap dengan menaikkan ongkos.

Menurut Coco, pimpinan “PT. Yoga Mandiri Exspress” tersebut,  biasanya penumpang permobil, hanya maksimal diisi 5 ( lima ) orang (2-2-1) dengan ongkos Lubuk Sikaping-Padang, sebesar Rp. 100. 000,-

Akibat kenaikan harga BBM Pertalitte dari Rp 7.650 menjadi Rp. 10.000,  maka biaya BBM naik menjadi 37 liter x Rp. 2.350, atau Rp. 86.950.

“Kenaikan harga BBM sekarang, berdasarkan pengalaman selama ini, jelas akan berdampak pada kenaikan suku cadang, ban, upah dan gaji karyawan”, kata Coco.  Maka estimasinya menurut Coco, ongkos harus naik menjadi Rp. 130.000 perpenumpang dengan isi tetap (2-2-1) atau  isi (3-3-1) dengan ongkos tetap Rp. 100.000/ penumpang.

Alternatif yang mana yang akan diterapkan, menurut Coco, akan dilakukan jajak pilihan langganan.

“Ongkos tetap tetapi mengurangi kenyamanan akibat pertambahan penumpang atau mempertahankan kenyamanan dengan menambah pembiayaan perjalanan”, terang Coco menyikapi keputusan pemerintah menaikkan harga BBM tersebut.

Ditanyakan pada perusahaan angukutan jenis travel lainnya, siasat menyikapi kenaikan harga BBM ini, sama saja: besaran ongkos tetap dengan menambah jumlah penumpang atau jumlah penumpang tetap dengan menaikkan ongkos.

Mana alternatif yang diterapkan, menurut mereka, masih harus dilakukan jajak pilihan langganan sampai satu bulan kedepan.

Ketika BeritaNasional.ID menanyakan kekhawatiran mereka atas dampak kenaikan harga BBM tersebut, sepertinya, mereka pengusaha travel di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, mempunyai pandangan yang sama. Mereka khawatir akan  menurunkan minat orang bepergian.

“Jadi, kenaikan biaya usaha dapat disiasati agar tidak merugikan pendapatan. Tetapi, yang paling dikhawatirkan adalah menurunnya minat bepergian masyarakat.

“Masyarakat lebih berhitung-hitung, lebih berhemat”, ujar Mak Jek,  yang juga sudah puluhan tahun mengelola angkutan travel.

Sementara itu, menurut pengunjung pasar Lubuk Sikaping, Minggu (4/9), belum merasakan dampak kenaikan BBM kemaren. “Biasanya, dampaknya akan terasa pada hari pasar, ya, satu minggu kedepan”, aku Buk Ros yang sedang berbelanja di pasar tradisional Lubuk Sikaping.

Sekaitan dengan masalah BBM. Komunikasi interaksi BeritaNasional.ID dengan  pengawas SPBU Lubuk Sikaping, pengusaha angkutan, dan pedagang sayur dan eceran di pasar Lubuk Sikaping, masih menganggap negerinya, Indonesia ini sebagai pengekspor minyak bumi. Umumnya belum memahami bahwa negeri kita sudah mengimpor BBM sejak tahun 2008. Indonesia sudah keluar dari keanggotaan OPEC sejak tahun 2008. ⁶—— YL——

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button