Jawa TimurNasionalSitubondo

Tinjau Progres Pembangunan PSN, Anggota DPR RI Nashin Khan : Keinginan Masyarakat Agar Nama Tol Probowangi Menjadi Prosiwangi

BeritaNasional.id, SITUBONDO — Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan Jalan Tol Probolinggo–Banyuwangi (Probowangi) terus menunjukkan progres signifikan. Saat ini, pengerjaan telah mencapai Seksi 3 yang melintasi wilayah Situbondo Barat, tepatnya di Besuki. Diharapkan konstruksi tol ini rampung tahun ini dan dapat dioperasikan secara penuh pada tahun 2026.

Namun, di tengah kemajuan pembangunan infrastruktur ini, muncul aspirasi kuat dari masyarakat Situbondo untuk mengubah nama tol tersebut yang sebelumnya PROBOWANGI menjadi PROSIWANGI (Probolinggo–Situbondo–Banyuwangi). Aspirasi ini secara tegas disuarakan oleh Anggota DPR RI dari Fraksi PKB, H. Nasim Khan, yang menyebut bahwa nama “Probowangi” seolah mengabaikan eksistensi Situbondo sebagai daerah yang turut dilintasi oleh jalan tol tersebut.

“Tol ini melewati tiga kabupaten besar: Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi. Tapi kenapa hanya dua yang disebutkan dalam nama? Ini bukan hanya soal nama, ini soal identitas, soal keadilan, dan soal kebanggaan daerah,” tegas Nasim Khan dalam pernyataannya saat meninjau langsung progres pembangunan di Besuki, Situbondo Barat. Minggu (25/05).

Ia menambahkan bahwa perubahan nama menjadi Prosiwangi bukan hanya aspirasi pribadi, tetapi hasil serapan dari berbagai elemen masyarakat, tokoh daerah, dan lembaga lokal yang ingin melihat Situbondo lebih diakui secara nasional dalam peta pembangunan strategis.

Nasim Khan mengungkapkan bahwa proses administratif untuk mengubah nama tol telah berjalan secara resmi dan berjenjang. Mulai dari dukungan Pemerintah Kabupaten Situbondo, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, hingga pengajuan resmi ke Kementerian PUPR, Kementerian BUMN, dan Kementerian Perhubungan.

“Semua sudah kami tempuh. Bahkan dalam kunjungan Komisi VI DPR RI di Pandaan, Pasuruan, usulan nama Prosiwangi telah disepakati bersama. Tinggal realisasi teknis dan administrasi dari pihak terkait, terutama Jasa Marga dan Kementerian PUPR,” jelasnya.

Perubahan nama ini dinilai tidak hanya bersifat simbolik, tetapi memiliki nilai strategis jangka panjang, baik dari sisi identitas wilayah maupun dampak ekonomi.

“Nama adalah doa, nama adalah branding. Jika Situbondo masuk dalam nama tol nasional, itu bisa menjadi daya tarik wisata baru, peluang investasi, dan kebanggaan masyarakat,” ujar Nasim.

Ia menyebut bahwa selama ini, Situbondo kerap hanya menjadi “wilayah lintasan” tanpa sorotan khusus. Padahal, Situbondo memiliki kekayaan alam, budaya, dan potensi wisata bahari yang sangat besar.

Jika perubahan nama disetujui, maka akan dilakukan penyesuaian administratif seperti:

1.Revisi dokumen proyek nasional.

2.Penggantian peta dan rambu-rambu jalan tol.

3.Sosialisasi kepada masyarakat dan pengguna tol untuk menghindari kebingungan.

Nasim menegaskan bahwa proses ini tidak menghambat proyek karena perubahan nama bisa berjalan paralel dengan progres fisik jalan tol.

“Kami tidak ingin Situbondo hanya jadi penonton di tengah gemuruh pembangunan nasional. Dengan nama Prosiwangi, Situbondo akan memiliki posisi strategis dalam jaringan transportasi dan ekonomi Pulau Jawa bagian timur,” tegas politisi kelahiran Situbondo itu.

Ia pun mengajak pemerintah pusat dan daerah untuk mendengar suara rakyat, dan menjadikan perubahan nama ini sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi dan posisi Situbondo dalam peta infrastruktur nasional.

Proyek Tol Probowangi adalah simbol kemajuan. Namun di balik beton dan aspal, ada aspirasi yang ingin diakui: bahwa Situbondo adalah bagian penting dari jalur emas ini. Melalui perjuangan politisi seperti Nasim Khan, nama PROSIWANGI diharapkan akan menjadi representasi baru dari semangat inklusivitas pembangunan nasional.

Sebab, sebagaimana jalan tol yang menghubungkan wilayah, identitas juga harus menghubungkan rakyat dengan rasa bangga akan tanah kelahirannya.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button