AdvedtorialDPRD Prov Sulbar

Wakil Ketua II DPRD Sulbar Jemput Aspirasi Penetapan Hari Jadi Kec Wonomulyo

BeritaNasional.id.Polman.Sulbar-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Provinsi Sulawesi Barat menyelenggarakan seminar yang membahas eksistensi diaspora kolonisasi Mapilli dalam rangka menentukan Hari Jadi Wonomulyo. Seminar yang digelar di Pendopo Kecamatan Wonomulyo

Dihadiri  Dinas Kominfo Persandian dan Statistik Provinsi Sulawesi Barat, Wakil Ketua II DPRD Provinsi Sulawesi Barat,H.Abdul.Halim , Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Polman ,  DPRD Polman, Camat Wonomulyo, Pemuda dan Perempuan, Budayawan, perwakilan 13 desa/kelurahan di Kecamatan Wonomulyo, UMKM, jurnalis, LSM, dan unit kerja terkait. Kamis 16/03/2023.

Bupati Polewali Mandar H. Andi Ibrahim Masdar dalam sambutannya sekaligus membuka acara mengatakan bahwa Wonomulyo merupakan pusat perdagangan, sehingga masyarakat harus siap memajukan perekonomian seiring banyaknya investor yang masuk ke daerah.

“Terkait IKN di Kalimantan, di Wonomulyo ini pelaku usaha harus lebih siap untuk memajukan perekonomian karena seiring saat ini pihak investor akan masuk ke daerah ini. Dengan banyaknya tokoh yang cerdas di Wonomulyo ini dan sejarahnya, mulai dari kesenian, pertanian, bisnis dan ditunjang SDM maju dan Aparat Desa yang memiliki sumber daya baik, penting bagi Kepala Desa, tidak hanya berharap dari dana desa, tapi mengajari peluang bisnis masyarakat desa,” kata AIM.

Selain itu, Abdul Halim, Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Barat menyambut baik aspirasi masyarakat dalam menentukan Hari Jadi Wonomulyo yang telah ditetapkan pada 1 September.

“Dari dua kegiatan yang telah dilaksanakan pihak panitia yang pertama FGD dan hari ini adalah seminar. Kenapa penting diadakan seminar, tentunya kami sebagai perwakilan masyarakat di DPRD Provinsi Sulawesi Barat menyambut aspirasi masyarakat bahwa mereka ingin memperingati Hari Jadi Wonomulyo karena ini adalah bagian sejarah, di mana kolonisasi pertama tahun 1937 pada saat itu Sulawesi Selatan, sehingga teman-teman panitia dan masyarakat Wonomulyo berkeinginan menentukan tanggal lahir Wonomulya dan Alhamdulillah dari beberapa opsi yang telah ditawarkan teman-teman, mereka sudah memilih satu tanggal yaitu yaitu 1 September 1937 dan Alhamdulillah ke depan kita sudah mulai memperingati Hari Jadi Wonomulyo di tanggal tersebut di tahun 2024 yakni 1 September 2024,” sebut Abdul Halim.

Camat Wonomulyo Sulaiman Mekka mengungkapkan bahwa pemerintah kecamatan sangat mengapresiasi kegiatan tersebut, karena masyarakat Wonomulyo telah lama mengharapkan adanya penetapan Hari Jadi. Setelah penetapan tersebut, momen tersebut mesti ditandai dengan kegiatan seperti pekan budaya.

“Saya selaku Pemerintah Kecamatan sangat mengapresiasi dan bersyukur karena ini kegiatan sudah hampir selama sebenarnya sudah sudah lama diidam-idamkan oleh seluruh masyarakat Wonomulyo. Kenapa, karena Wonomulyo adalah penuh dengan sejarah, begitu adanya muncul semua para generasi muda kita ini para sejarawan yang masuk di Wonomulyo menginginkan Wonomulyo harus punya ciri khas, punya sejarah harus ada Hari Jadi Kecamatan Wonomulyo. Momen-momen peringatan Hari Jadi Kecamatan Wonomulyo kita persiapkan untuk membuat suatu seperti pekan budaya jadi hari. Jadi ini tidak diperingati begitu saja, namun harus, namun dilaksanakan pekan budaya atau seluruh masyarakat kita ada pertunjukan-pertunjukan yang ingin kita laksanakan, termasuk pembuatan tumpeng besar menandai bahwa itu yang akan dipotong, setelah dipotong ini tandai  Hari Jadi Kecamatan Wonomulyo,” Ungkap Sulaiman Mekka.

Ichsan Sahibuddin selaku Ketua Panitia Kegiatan mengatakan, Wonomulyo merupakan suatu simbol asimilasi kultural dari heterogenitas, baik suku Jawa maupun suku Mandar serta suku lainnya yang hidup secara damai dan toleransi. Kedatangan transmigrasi Jawa merupakan cikal bakal terjadinya pertanian modern dengan sistem irigasi di tanah Mandar.

“Sebenarnya sederhana Wonomulyo ini, dia merupakan suatu simbol asimilasi kultural dari heterogenitas, baik orang Jawa maupun orang Mandar dan lain-lain itu hidup damai di sini. Jadi kedatangan orang Jawa menjadi cikal bakal terjadinya pertanian modern di tanah Mandar atau di Sulbar, seperti sistem irigasi. Seandainya orang Jawa tidak datang, orang Mandar tidak mengenal yang namanya sistem irigasi. Jadi akselerasi yang ada dan hidup yang damai dan suasana kondusif ini menciptakan Wonomulyo yang dinamis. Terbukti dinamika ekonomi di Wonomulyo itu tertinggi di Sulawesi Barat secara PAD dan sebagainya inilah menjadi berkah yang kita harus peringati dan kita berharap contoh kedamaian ini bisa menjadi contoh bagi Kecamatan atau kabupaten-kabupaten yang lain,” jelasnya.

Wonomulyo sendiri merupakan kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar yang terbentuk sejak tahun 1937. Saat itu, Wonomulyo masih bernama District Colonie dan dibuka oleh transmigrasi Jawa yang didatangkan oleh Belanda pada tahun 1934. Nama Wonomulyo sendiri berasal dari kata “hutan mulia”.

Adapun narasumber pada kegiatan ini, Dr. Abdul Rahman Hamid Dosen Sejarah UIN Raden Intan Lampung; Peneliti Sejarah Mandar, kemudian Ritha Mikawaty S, S.Hut., MM selaku Analisis Kebijakan Ahli Madya pada Direktorat Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Ditjen Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, dan Adi Arwan Alimin selaku Moderator dan juga Penulis Buku: Kampung Jawa di Tanah Mandar

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button