Kenapa Undana Beralih dari SIAKAD ke Siadiknona? Ini Alasannya

BeritaNasional.ID, KUPANG – Universitas Nusa Cendana (Undana) terus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi informasi. Salah satu langkah terbaru adalah penerapan Sistem Informasi Akademik dan Non Akademik (Siadiknona), sebuah sistem informasi terintegrasi yang menggabungkan layanan akademik dan non-akademik. Inovasi ini dirancang untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat, transparan, dan mudah diakses oleh seluruh sivitas akademika.
Kepada Bernas Netwok, Rabu 27 Agustus 2025, Wakil Rektor IV Undana, Prof. Jefri Bale, menjelaskan bahwa penerapan sistem ini bukanlah kebijakan mendadak, melainkan bagian dari pedoman akademik Undana yang sudah berlaku sejak lama. “Universitas Nusa Cendana itu sudah dipastikan, sesuai pedoman akademik kita, wajib melakukan pelayanan akademik berbasis sistem informasi yang terintegrasi. Sudah ada aturannya dan kewenangan akademiknya,” tegas Prof. Jefri.
Sebelumnya, Undana menggunakan SIAKAD atau Sistem Informasi Akademik yang hanya mengurus layanan akademik. Namun, seiring perkembangan teknologi dan kebutuhan akan integrasi yang lebih luas, Undana mengembangkan Siadiknona.
Jika SIAKAD hanya terbatas pada urusan akademik, Siadiknona justru hadir sebagai platform terpadu yang menghubungkan berbagai layanan, baik akademik maupun non-akademik.
Prof. Jefri menuturkan bahwa Siadiknona tidak hanya melayani kebutuhan perkuliahan, tetapi juga terhubung dengan sistem akreditasi, pengelolaan data kepegawaian, tracer alumni, hingga platform pembelajaran daring Edlink yang memudahkan mahasiswa dan dosen melaksanakan kuliah secara online maupun di luar kelas. Dengan adanya integrasi ini, semua proses yang sebelumnya dilakukan secara terpisah kini dapat diakses melalui satu sistem.
Ia juga menegaskan bahwa perubahan ke Siadiknona bukan keputusan sepihak. “Kita beralih ke Siadiknona itu bukan murni keputusannya seorang dengan jabatan seperti Wakil Rektor IV. Saya memanggil semua unsur agar keputusan ini benar-benar sesuai kebutuhan,” jelasnya.
Menurut Prof. Jefri, langkah ini merupakan bagian dari komitmen Undana untuk mewujudkan kampus digital yang sejalan dengan tuntutan era modern. Kebijakan ini juga bukan hal baru, karena Undana sejak lama telah memiliki dasar hukum untuk menyelenggarakan layanan akademik berbasis sistem informasi. Yang dilakukan saat ini adalah pembaruan agar layanan menjadi lebih modern, terintegrasi, dan mampu menjawab tantangan zaman.
Sub Koordinator UPT Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Undana, Yosua Albert Sir, menegaskan bahwa penggunaan sistem informasi akademik sudah menjadi keharusan agar pelayanan pendidikan lebih efektif.
Namun, Siakad dinilai sudah tidak mampu mengikuti dinamika perubahan yang begitu cepat di tingkat kementerian. “Kita pakai Siakad karena memang harus pakai sistem, tidak bisa manual lagi. Tapi kenapa diganti? Karena Siakad sudah tidak bisa meng-cover masalah di kementerian. Selama ini, kementerian sudah berubah 12 kali, sedangkan Siakad tidak pernah menyesuaikan karena kita kekurangan SDM,” ungkap Yosua.
Ia menggambarkan pergantian ini seperti mengganti palu yang rusak dengan palu baru. “Kalau palu saya rusak, otomatis saya ganti dengan yang baru. Jadi, saya anggap ini hal yang wajar,” tambahnya.
Berbeda dengan Siakad yang hanya memiliki satu fitur utama, yaitu sistem informasi akademik, Siadiknona hadir dengan 14 modul terintegrasi. Modul-modul ini mencakup berbagai aspek layanan akademik dan administratif, sehingga mampu mendukung proses belajar mengajar dan pengelolaan data secara lebih modern.“Siakad dulu hanya punya satu fitur, sementara Siadiknona memiliki 14 modul lengkap. Jadi jauh lebih canggih dan responsif,” jelas Yosua.
Banyak yang bertanya, mengapa Undana memilih opsi sewa untuk Siadiknona, bukan membeli putus? Yosua menilai, membeli sistem justru akan menimbulkan masalah baru.“Kalau beli putus, itu lebih repot. Kita beli orang punya, bawa masuk, bongkar, pelajari, lalu kalau ada perubahan siapa yang urus? Kita kekurangan SDM untuk itu. Dengan sewa, kalau ada error, kita tinggal hubungi vendor. Mereka punya tim 24 jam yang siap membantu,” paparnya.
Dengan biaya Rp61 juta, Undana tidak hanya mendapatkan sistem yang modern, tetapi juga layanan pemeliharaan penuh dari pihak vendor. “Saya anggap beli satu dapat dua: sistem plus dukungan teknis 24 jam. Jadi ini pilihan terbaik,” tegasnya.
Pergantian dari Siakad ke Siadiknona bukan sekadar perubahan teknis, tetapi bagian dari komitmen Undana untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat, efisien, dan sesuai dengan tuntutan era digital.
Dengan Siadiknona, mahasiswa, dosen, dan seluruh civitas akademika diharapkan dapat menikmati sistem yang lebih terintegrasi dan user-friendly.“Ini bagian dari upaya kami memodernisasi layanan. Harapannya, semua pihak merasakan manfaatnya,” ujar Yosua.
Keputusan untuk menggunakan Siadiknona bukanlah langkah instan. Kepala Pusat TIK Undana, Dr. Kalvein Rantelobo, mengungkapkan bahwa penerapan sistem ini melalui proses panjang dan terencana. “Penggunaan Siadiknona ini bukan keputusan yang muncul tiba-tiba. Kami membentuk tim, melakukan survei, dan sempat beraudiensi dengan calon-calon vendor. Semua langkah ini dilakukan untuk memastikan sistem yang kita pilih benar-benar sesuai dengan kebutuhan Undana,” tegas Kalvein.
Peralihan dari SIAKAD (Sistem Informasi Akademik) ke Siadiknona bukan tanpa dasar. Menurut Hendro Soepranoto, selaku Pokja Sub Koordinator Sistem Informasi Undana, perubahan ini mengacu pada kebijakan pemerintah pusat. “Proses transisi ini merujuk pada instruksi Menteri yang sudah dituangkan dalam perjanjian antara Menteri Pendidikan dengan Rektor Undana. Targetnya jelas: Undana harus mencapai layanan akademik yang sepenuhnya terintegrasi,” ujar Hendro.
Ia mengungkapkan bahwa siadiknona dirancang untuk mempermudah proses administrasi akademik mulai dari pengisian KRS, KHS, pengelolaan data mahasiswa, hingga integrasi dengan berbagai layanan lain. Dengan sistem ini, dia berharap mampu menghadirkan pelayanan yang lebih cepat, transparan, dan dapat diakses kapan saja oleh seluruh civitas akademika.
Langkah ini juga menjadi bagian dari komitmen Undana dalam mewujudkan smart campus, selaras dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan dunia pendidikan yang semakin digital. “Kami optimistis Siadiknona akan memberikan dampak besar bagi kualitas layanan akademik Undana,” tutup Hendro.*
(Alberto)