Undana Ubah Sampah Plastik Jadi Eco-Paving, Inovasi Hijau yang Beri Harapan Baru

BeritaNasional.ID, KUPANG – Universitas Nusa Cendana (Undana) kembali menegaskan komitmennya sebagai kampus yang berdampak bagi masyarakat dan lingkungan.
Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat bertema “Pengolahan Sampah Plastik sebagai Bahan Baku Eco-Paving pada Bank Sampah Dharma Wanita Persatuan Universitas Nusa Cendana”, Undana menunjukkan bahwa inovasi akademik dapat menjadi solusi nyata atas persoalan sampah plastik di Kota Kupang.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis (9/10/2025) ini dipimpin oleh Erich Umbu K. Maliwemu dan melibatkan jejaring luas Bank Sampah di Kota Kupang.
Hadir dan ikut berpartisipasi di antaranya: Bank Sampah Dharma Wanita Persatuan (DWP) Undana, Bank Sampah Mutiara Timur, Bank Sampah Mapoli, Bank Sampah Muara Abu, Bank Sampah Asmaraloka, Bank Sampah Peduli, Bank Sampah Go Green, Bank Sampah Oebufu (RW 02), Bank Sampah Maulafa, serta Bank Sampah Gereja Gunung Sinai Naikolan.
Kegiatan tersebut menjadi ruang kolaboratif antara akademisi, komunitas lingkungan, dan penggerak Bank Sampah untuk menciptakan nilai tambah dari limbah plastik yang selama ini menjadi ancaman bagi lingkungan.
Sampah-sampah plastik yang terkumpul diolah menjadi eco-paving—batu paving ramah lingkungan—yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan infrastruktur taman, jalan kecil, atau kawasan publik lainnya.
Dekan Fakultas Sains dan Teknik (FST) Undana, Prof. Philiphi de Rozari, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi kepada tim pelaksana dan semua pihak yang terlibat.
Ia menegaskan bahwa isu sampah plastik merupakan salah satu tantangan serius di Indonesia dan memerlukan kolaborasi lintas sektor untuk mengatasinya.
“Kita tahu, setiap tahun Indonesia menghasilkan sekitar 68,9 juta ton sampah. Dari jumlah itu, 12,5 juta ton adalah sampah plastik. Ironisnya, yang baru terkelola dengan baik baru sekitar 7 persen,” ujar Prof. Philiphi kepada Bernas.
“Karena itu, kegiatan ini luar biasa. Ini bukan sekadar proyek kampus, tapi wujud nyata Undana dalam mewujudkan semangat ‘Undana Berdampak’ — kampus yang tidak hanya menjadi menara gading, tetapi hadir dan memberi solusi bagi masyarakat,” sambungnya.
Menurut Dekan, persoalan sampah plastik sudah menyentuh ranah krisis ekologis dan kesehatan publik. Plastik yang tidak terurai dapat berubah menjadi mikroplastik yang mencemari air, tanah, bahkan masuk ke rantai makanan manusia.
“Ini bukan hanya tentang kebersihan lingkungan, tapi juga soal keberlangsungan hidup. Jika kita tidak mengelolanya dengan bijak, maka sampah plastik bisa menjadi ancaman jangka panjang bagi kesehatan,” tegasnya.
Kegiatan pengabdian ini tidak hanya berfokus pada pengolahan sampah, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar memahami nilai ekonomi dan ekologis dari daur ulang.
Melalui kerja sama dengan berbagai Bank Sampah, Undana ingin membangun jaringan kolaboratif yang kuat antara kampus dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Prof. Philiphi berharap kolaborasi ini dapat terus diperluas, tidak hanya di lingkungan kampus tetapi juga di seluruh wilayah Kota Kupang dan Nusa Tenggara Timur.
“Kita perlu memperkuat sinergi antara kampus, pemerintah, dan komunitas Bank Sampah. Jika kolaborasi ini berjalan konsisten, maka bukan tidak mungkin Kupang bisa menjadi model kota hijau di kawasan timur Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, ia menilai inovasi eco-paving ini bisa menjadi solusi teknologi tepat guna yang dapat diterapkan di berbagai daerah.
Ia mengungkapkan bahwa hasil penelitian dan pengabdian ini dapat direplikasi oleh pemerintah daerah sebagai program pengelolaan sampah yang efisien, ramah lingkungan, dan bernilai ekonomi.
“Teknologi yang dikembangkan oleh tim ini bukan hanya membantu mengurangi tumpukan plastik, tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Kita berpikir global, tapi bertindak lokal,” paparnya.
Kegiatan pengabdian ini merupakan bagian dari komitmen Undana dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai sosial untuk menjawab kebutuhan nyata masyarakat.
Melalui dukungan Dharma Wanita Persatuan dan berbagai komunitas lingkungan, Undana terus memperkuat perannya sebagai universitas yang berorientasi pada keberlanjutan.
“Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini. Harapan kami, teknologi ini bisa diterapkan di banyak tempat dan menjadi gerakan bersama dalam menjaga bumi. Undana ingin menjadi bagian dari solusi, bukan penonton,” tutur Prof. Philiphi.
Ketua DWP Undana, Ny. Hembang Murni Pancasilawati Sanam, dalam sambutannya menegaskan bahwa pengelolaan sampah plastik bukan lagi sekadar kegiatan tambahan, tetapi bagian dari tanggung jawab moral civitas akademika terhadap masa depan bumi.
“Kegiatan ini bukan hanya sekadar pengelolaan limbah, tetapi juga aksi kecil yang membawa dampak besar bagi lingkungan dan kebudayaan masyarakat kampus,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa ide pengolahan sampah plastik menjadi eco-paving lahir dari keinginan untuk menghadirkan solusi nyata yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bernilai ekonomi.
Melalui pendampingan teknis dari dosen dan mahasiswa FST Undana, DWP Undana belajar memanfaatkan sampah plastik menjadi bahan bangunan alternatif yang kuat, tahan lama, dan berdaya guna.
“Kami belajar bahwa dari sesuatu yang dianggap tidak berguna, seperti plastik bekas, ternyata bisa diolah menjadi produk bermanfaat bahkan bernilai jual. Ini adalah bentuk nyata kepedulian civitas akademika Undana terhadap keberlanjutan lingkungan,” bebernya.
Lebih lanjut, Ny. Hembang menyampaikan bahwa Bank Sampah Dharma Wanita Persatuan Undana merupakan hasil dari kebersamaan dan rasa tanggung jawab seluruh anggota DWP terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan kampus.
Bank sampah ini menjadi wadah bagi warga Undana untuk belajar memilah, mengumpulkan, dan memanfaatkan kembali sampah plastik.
“Kami dari DWP Undana bangga, karena bank sampah di Undana lahir dari semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap kampus. Harapan kami, ilmu, inovasi, dan semangat ini terus hidup agar melahirkan solusi konkret dalam mengatasi persoalan sampah plastik di sekitar kita,” ujarnya.
Ia juga memberikan apresiasi kepada Fakultas Sains dan Teknik Undana atas dukungan dan kerja sama yang telah terjalin dalam kegiatan ini.
Melalui sinergi tersebut, kegiatan pengabdian ini diharapkan menjadi langkah awal dari kolaborasi yang lebih luas di masa mendatang.
“Kami mengucapkan limpah terima kasih kepada FST Undana atas kerja sama dan bimbingannya. Dari upaya kecil ini, kami yakin akan lahir perubahan besar bagi kehidupan dan bagi bumi yang lebih bersih,” pungkasnya.
Sementara itu, Erich Umbu K. Maliwemu, selaku Ketua Tim Pengabdian, menjelaskan bahwa program ini merupakan bentuk kontribusi Undana dalam mencari solusi terhadap persoalan sampah plastik yang kini menjadi tantangan serius, bahkan di lingkungan kampus sendiri.
“Kita jangan hanya melihat ke luar. Permasalahan sampah ada di sekitar kita, termasuk di Undana. Melalui kegiatan ini, kami ingin menghadirkan solusi yang bisa langsung diterapkan di lingkungan kita sendiri,” ujar Erich.
Dalam pelaksanaannya, tim dari FST Undana menggandeng DWP melalui unit Bank Sampah DWP Undana sebagai mitra utama.
Menurut Erich, kolaborasi ini dilandasi oleh semangat untuk memperkuat peran aktif komunitas perempuan yang selama ini konsisten dalam kegiatan pengumpulan dan pengelolaan sampah plastik.
“Selama ini, ibu-ibu Dharma Wanita sudah aktif mengelola Bank Sampah Undana. Mereka mengumpulkan, memilah, dan menjual sampah plastik. Namun nilai ekonomisnya masih terbatas. Karena itu, kami hadir dengan ide untuk meningkatkan nilai tambah sampah plastik menjadi produk bernilai jual tinggi, seperti paving block ramah lingkungan atau eco-paving,” jelasnya.
Kegiatan pengabdian ini tidak sekadar melatih peserta membuat paving block dari limbah plastik, tetapi juga memberikan pelatihan tentang teknologi pengolahan limbah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, seperti papan furnitur dan bahan bakar alternatif.
Erich menuturkan, pihaknya turut menghadirkan narasumber dari dunia teknik, termasuk kepala bengkel yang aktif berinovasi dalam pengolahan sampah.
Materi yang diberikan meliputi proses pembuatan papan furnitur dari plastik bekas, pengolahan styrofoam menjadi bahan bakar alternatif, hingga pemanfaatan residu plastik seperti label botol dan aluminium foil menjadi bahan baku eco-paving.
“Selama ini, banyak residu yang tidak bisa dijual, seperti label air mineral atau plastik jenis tertentu. Melalui inovasi ini, limbah tersebut bisa diolah kembali menjadi paving block atau papan furnitur yang kuat dan tahan lama,” terang Erich.
Ia menambahkan, kegiatan ini diharapkan menjadi model kolaborasi komunitas kampus dan masyarakat dalam mendukung upaya Pemerintah Kota Kupang mengatasi permasalahan sampah plastik yang semakin meningkat.
“Melalui kegiatan sederhana ini, kami ingin menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari komunitas kecil. Kami berupaya mentransfer teknologi, memberikan pemahaman baru, dan membantu meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pengelolaan sampah yang kreatif,” imbuhnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap keberlanjutan program, tim pengabdian Undana juga memberikan dua alat inovatif kepada Bank Sampah DWP Undana, yakni alat cetak paving block listrik dan kompor berbahan bakar oli bekas.
Kedua alat ini dirancang agar tetap dapat beroperasi meski tanpa ketergantungan penuh pada listrik, sehingga mendukung efisiensi dan keberlanjutan produksi.
“Kami ingin semua bahan dan energi yang digunakan tetap berorientasi pada pemanfaatan limbah. Bahkan alat pemanas kami menggunakan oli bekas sebagai bahan bakar,” jelas Erich.
Kegiatan pengabdian ini dipimpin oleh Erich Umbu K. Maliwemu, bersama tiga anggota yakni, Wenseslaus Bunganaen, Jack C. A. Pak, Gusnawati, dan Chatarina G. K. H. Behar.*
Alberto