
BeritaNasional.ID, BONDOWOSO JATIM – Badan Urusan Logistik (Bulog) dibentuk oleh Pemerintah untuk menampung atau membeli gabah petani. Namun yang terjadi di Bondowoso sebaliknya, Bulog enggan membeli gabah petani.
Hal itu diungkapkan Surahmad, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Desa Tegal Pasir Kecamatan Jambesari Darussholah. “Kami kecewa karena Bulog menolak membeli gabah petani,” kata Ketua KTNA Kecamatan Jambesari Darussholah.
Rahmad mengeluhkan sikap Bulog yang dinilai pilah-pilih membeli gabah petani. “Sebetulnya Bulog ini membeli gabah milik petani yang mana. Kalau menolak membeli gabah petani, bubarkan saja Bulog,” kesalnya.
Walaupun untuk menjual gabah ke Bulog, lanjutnya, melalui mitranya, tidak ada jaminan juga dibelinya. Pernah anggota kami mau menjual pada mitra Bulog. Setelah dua hari tidak ada kepastian, lalu ditanyakan.
Jawabannya mengecewakan, yang bersangkutan mengatakan, stok gabah di Bulog overload. Terpaksa, gabah tersebut dijual pada tengkulak walaupun dihargai Rp 5.800,00/kg. Sedang Bulog membeli dengan harga Rp 6.500,00/kg.
Manajemen Bulog sangat ruwet. Tidak semua petani bisa menjual hasil panennya ke Bulog. BUMN yang bertanggung jawab atas ketersediaan Sembako ini sudah punya mitra. Jadi petani tidak bisa langsung menjual ke Bulog.
“Menurut Babinsa, jadwal pembelian gabah petani oleh Bulog untuk Kecamatan Jambesaridarussholah belum ada. Oleh karena itu saya langsung menghubungi Faiq, petugas Bulog,” jelasnya.
Namun, lanjutnya, whattapp saya tidak di balas oleh Faiq. Informasinya untuk dua kecamatan, Bulog siap membeli 35 ton. Tapi Bulog tidak terbuka, yang 35 ton beli pada siapa. Kasus ini akan saya sampaikan jika ada orang Pusat turun ke Bondowoso.
Baik itu anggota DPR RI ketika reses atau ketika Kementian turun ke Bondowoso. Padahal instruksi Presiden, Bulog diperintahkan semaksimal mungkin harus menyerap gabah petani. Tapi faktanya dilapangan, Bulog mempersulit akses petani. (Syamsul Arifin/Bernas)