Dua Dosen Asal NTT Buktikan SDM Flobamorata Mendunia

BeritaNasional.ID, KUPANG — Dua akademisi asal Bumi Flobamorata sukses menorehkan tinta emas di panggung akademik dunia. Mereka adalah Prof. Yantus A.B. Neolaka, dosen senior Universitas Nusa Cendana (Undana), dan Grandprix Thomryes Marth Kadja, dosen muda Institut Teknologi Bandung (ITB). Prestasi keduanya bukan hanya membanggakan Nusa Tenggara Timur (NTT), tetapi juga mengangkat nama Indonesia dalam peta sains global.
Berdasarkan rangkuman Bernas Network, Sabtu 6 September 2025, Prof. Yantus, akademisi Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Undana, berhasil masuk dalam World’s Top 2% Scientist 2024 yang dirilis oleh Stanford University bekerja sama dengan Elsevier. Dalam daftar bergengsi tersebut, Yantus menempati posisi ke-51 dari 223.153 akademisi dunia.
Pencapaian ini menempatkannya di antara 150 ilmuwan Indonesia yang diakui dunia berkat pengaruh riset dan sitasi karya ilmiah mereka. Sistem peringkat ini menggunakan database Scopus yang menilai seberapa besar karya akademik menjadi rujukan global.
“Ini adalah berkat Tuhan. Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari 2 persen ilmuwan paling berpengaruh dunia. Prestasi ini adalah refleksi bahwa bidang ilmu yang saya tekuni dapat berkontribusi nyata bagi pendidikan dan masyarakat,” ujar Prof. Yantus.
Tak lama berselang, nama Prof. Yantus kembali menggema di level internasional pada Energy Security and Chemical Engineering Congress (ESChE) 2025 di Putrajaya, Malaysia, 12–14 Agustus 2025.
Bersama timnya, ia meraih penghargaan Artikel Terbaik melalui karya ilmiah berjudul “Synthesis, Characterization, and Adsorption Application of Seaweed (Eucheuma Cottonii)-Based Magnetic Biochar for Methyl Orange Dye.”
Penelitian ini menghadirkan inovasi pemanfaatan rumput laut sebagai bahan dasar magnetic biochar untuk mengatasi pencemaran zat warna berbahaya. Solusi ramah lingkungan ini tidak hanya memberi harapan bagi keberlanjutan energi dan lingkungan global, tetapi juga mengangkat potensi lokal NTT yang melimpah.
“Rumput laut dari NTT bisa menjadi jawaban atas isu global tentang keberlanjutan energi dan lingkungan. Ini langkah kecil, tetapi penting untuk dunia,” tegas Prof. Yantus.
Dalam forum internasional bertema “Towards Net-Zero: Pathways to Sustainability” itu, Prof. Yantus juga menjadi pembicara penting, sementara sejumlah akademisi Undana lainnya turut berperan aktif mempresentasikan riset unggulan di hadapan para pakar energi ASEAN.
Di sisi lain, Grandprix Thomryes Marth Kadja juga menorehkan prestasi membanggakan. Akademisi muda ITB berusia 32 tahun ini masuk dalam daftar Top 2% Scientist dunia sejak 2024.
Grandprix bukanlah nama baru di dunia akademik. Delapan tahun lalu, ia mencatat sejarah sebagai doktor termuda FMIPA ITB setelah meraih gelar doktor di usia 24 tahun dengan predikat cumlaude. Risetnya tentang zeolit sintesis dan peningkatan hierarki zeolit ZSM-5 menjadikannya sorotan sejak awal karier.
Lahir di Kupang, 31 Maret 1993, Grandprix aktif meneliti material nano untuk energi berkelanjutan. Ia juga merupakan peraih Penghargaan Achmad Bakrie ke-20 kategori Ilmuwan Muda. Jejak akademiknya dipenuhi kolaborasi internasional, mulai dari National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), Kyushu University Jepang, hingga Harvard University Amerika Serikat.
Kini, Grandprix mengabdikan diri sebagai dosen Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik ITB sekaligus anggota Pusat Rekayasa Katalisis ITB. Fokus penelitiannya adalah material nanopori dan MXene, material nano dua dimensi yang baru ditemukan pada 2011.
“Lab kami adalah yang pertama mengembangkan MXene di Indonesia sejak 2019. Tantangan fasilitas riset di dalam negeri memang besar, tapi kuncinya adalah kolaborasi. Muda bukan soal usia, tapi soal semangat yang tak pernah padam,” ujar Grandprix.
Grandprix optimistis penelitiannya di bidang katalis akan memberi dampak besar. “Lebih dari 90 persen proses industri kimia memerlukan katalis. Inovasi yang efisien dan berkelanjutan akan berpengaruh luas pada energi, lingkungan, dan industri nasional,” bebernya.
Inspirasi dari Flobamorata untuk Dunia
Dua ilmuwan asal NTT ini membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk berkiprah di panggung global. Dari Kupang hingga internasional, Prof. Yantus Neolaka dan Grandprix Kadja menjadi simbol semangat, kerja keras, dan kontribusi nyata ilmuwan Indonesia untuk dunia.
Prestasi keduanya meneguhkan keyakinan bahwa NTT bukan hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga sumber daya manusia yang mampu melahirkan inovasi kelas dunia.*
(Alberto)