Laboratorium Lapangan FKKH Undana Disulap Jadi Pusat Inovasi Peternakan Berbasis Teknologi

BeritaNasional.ID, KUPANG – Universitas Nusa Cendana (Undana) terus menegaskan komitmennya untuk menjadi kampus yang tidak hanya unggul dalam teori, tetapi juga tangguh dalam praktik.
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertajuk “Peningkatan Optimalisasi Penggunaan Laboratorium Lapangan untuk Pembelajaran Mahasiswa”, Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Undana berupaya menjadikan laboratorium lapangan sebagai pusat inovasi dan pembelajaran aplikatif di bidang peternakan.
Ketua tim pelaksana, Novalino H. G. Kallau, menjelaskan bahwa kegiatan ini berangkat dari kebutuhan mendesak untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium lapangan kandang hewan milik FKKH yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Laboratorium lapangan sejatinya adalah jantung dari pembelajaran mahasiswa kedokteran hewan dan peternakan. Di sinilah mahasiswa seharusnya belajar langsung bagaimana mengelola hewan, memelihara kesehatan ternak, hingga memahami manajemen pakan secara nyata,” ujar Novalino kepada Bernas, Sabtu 11 Oktober 2025.
Namun, lanjut Novalino, potensi besar itu selama ini terhambat oleh sejumlah kendala teknis dan nonteknis. Mulai dari keterbatasan sumber pakan berkualitas, kondisi kesehatan hewan yang belum optimal, hingga infrastruktur kandang yang masih perlu perbaikan.
Kondisi ini berimbas pada proses pembelajaran yang seharusnya berbasis praktik lapangan dengan hewan sehat dan lingkungan yang higienis.
Melihat situasi tersebut, tim pengabdian masyarakat FKKH Undana kemudian menyusun strategi berbasis teknologi tepat guna di bidang peternakan.
Fokus utama diarahkan pada penerapan inovasi pengolahan pakan, peningkatan manajemen kesehatan hewan, dan perbaikan infrastruktur kandang agar laboratorium lapangan dapat berfungsi optimal dan berkelanjutan.
Salah satu terobosan yang akan diterapkan dalam program ini adalah pengolahan pakan menggunakan teknologi silase dan amoniasi, yang memungkinkan bahan pakan lokal seperti jerami dan limbah pertanian diubah menjadi sumber nutrisi berkualitas tinggi.
“Dengan teknologi ini, kita tidak hanya menekan biaya pakan, tetapi juga mengajarkan mahasiswa bagaimana memanfaatkan potensi lokal secara inovatif dan ramah lingkungan,” jelas Novalino.
Melalui penerapan teknologi tersebut, mahasiswa akan belajar langsung mengenai manajemen pakan modern yang menjadi fondasi penting dalam peternakan berdaya saing tinggi.
Program ini juga membuka peluang bagi pengembangan riset mahasiswa di bidang nutrisi hewan dan efisiensi produksi.
Selain pengolahan pakan, perhatian besar juga diberikan pada kesehatan hewan dan kebersihan kandang.
Tim pengabdian menyiapkan pelatihan bagi pegawai kandang dan mahasiswa mengenai praktik kesehatan hewan, pencegahan penyakit menular, serta penerapan sistem sanitasi yang baik.
Novalino menegaskan, pendekatan yang digunakan bukan sekadar kuratif, melainkan juga preventif melalui sistem monitoring kesehatan hewan secara berkala.
Dengan langkah ini, diharapkan tingkat kematian hewan dapat ditekan, sementara produktivitas dan kesejahteraan hewan meningkat signifikan.
“Prinsipnya, hewan yang sehat adalah indikator dari manajemen kandang yang baik dan pembelajaran yang berkualitas,” tegasnya.
Fasilitas kandang juga menjadi prioritas perbaikan. Beberapa bagian yang rusak akan direhabilitasi menggunakan desain ramah lingkungan dengan memperhatikan ventilasi, pencahayaan alami, serta kenyamanan hewan.
Kandang juga akan dilengkapi sistem drainase yang lebih baik guna mencegah genangan dan menjaga higienitas area.
“Rekayasa fasilitas kandang bukan hanya untuk memperbaiki fisik bangunan, tetapi juga membangun sistem pembelajaran yang efisien, bersih, dan berorientasi kesejahteraan hewan,” tambahnya.
Menariknya, program ini dirancang dengan melibatkan mahasiswa secara aktif di setiap tahap kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.
Melalui pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga mitra kolaboratif yang ikut berpikir, berinovasi, dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan program.
“Mahasiswa belajar banyak hal: dari teknis peternakan, manajemen proyek, hingga kewirausahaan. Mereka tidak sekadar menerima teori, tapi benar-benar mengalaminya di lapangan,” ujar Novalino.
Keterlibatan mahasiswa ini juga menjadi bagian dari upaya Undana dalam mewujudkan Indikator Kinerja Utama (IKU) universitas, yakni memperluas pengalaman belajar mahasiswa di luar kelas dan meningkatkan kontribusi nyata perguruan tinggi bagi masyarakat.
Kegiatan ini menggunakan pendekatan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) sebagai landasan pengembangan.
Mulai dari penggunaan teknologi pakan modern, sistem monitoring berbasis data, hingga penerapan material konstruksi ramah lingkungan dalam perbaikan kandang.
Untuk menjamin keberlanjutan, evaluasi program akan dilakukan secara berkala. Tim pengabdian juga akan membentuk kelompok kerja (task force) yang terdiri dari dosen, pegawai kandang, dan mahasiswa guna memastikan pengelolaan laboratorium lapangan tetap berjalan efektif meskipun program pengabdian telah berakhir.
“Harapan kami, laboratorium lapangan FKKH Undana bukan hanya tempat praktik mahasiswa, tapi juga menjadi model pengelolaan peternakan edukatif yang produktif dan berkelanjutan. Ini bagian dari tanggung jawab moral Undana dalam membangun pertanian dan peternakan NTT yang maju berbasis ilmu dan teknologi,” tutup Novalino.
Tim pelaksana kegiatan ini terdiri atas: Novalino H. G. Kallau (Ketua Tim) dan anggota, Fhady R. Loe, Diana A. Wuri, dan Yeremia Sitompul.***
Alberto