Literasi “Rebbhuwan” Kupas Layanan Kesehatan Situbondo: BPJS, RSUD Hingga Program Berantas

BeritaNasional.id, SITUBONDO – Pemerintah Kabupaten Situbondo terus mendorong literasi publik terkait layanan dasar, kali ini dengan mengangkat tema layanan kesehatan dalam program Literasi Rebbhuwan yang digelar di eks Pendopo Kewedanan Besuki, Selasa malam (01/07).
Acara yang diinisiasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo ini menghadirkan sejumlah narasumber kunci dalam sektor kesehatan, yakni Kepala Dinas Kesehatan Situbondo dr. Sandy Hendrayono, M.Kes, Direktur RSUD Besuki dr. H. Imam Hariyono, M.Kes, serta Kepala BPJS Kesehatan Situbondo, Ida Bagus Putu Wira Kusuma.
Dalam sesi pemaparannya, Kepala Dinas Kesehatan, dr. Sandy Hendrayono, menjelaskan secara rinci program Berantas dan Berantas Plus yang menjadi salah satu unggulan Pemkab Situbondo dalam mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat. Program ini diperuntukkan bagi masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan namun belum tercover jaminan sosial secara maksimal.
“Untuk mendapatkan manfaat dari program Berantas, masyarakat cukup datang ke Puskesmas dengan membawa Kartu Keluarga. Secara otomatis, satu keluarga bisa langsung didaftarkan. Atau bisa juga langsung mendaftar ke kantor Rumah Berantas di Dinkes Situbondo,” ujar dr. Sandy.
Sementara itu, Kepala BPJS Kesehatan Situbondo, Ida Bagus Putu Wira Kusuma, menjelaskan mekanisme dan manfaat mendaftar sebagai peserta BPJS. Ia menekankan pentingnya masyarakat memahami alur layanan dari fasilitas tingkat pertama seperti Puskesmas, hingga rujukan ke rumah sakit.
“BPJS bukan hanya tentang administrasi, tapi bagaimana masyarakat bisa mengakses layanan secara berjenjang, efisien, dan tepat sasaran, baik di faskes pemerintah maupun swasta,” ungkapnya.
Salah satu paparan yang cukup mendapat perhatian datang dari Direktur RSUD Besuki, dr. H. Imam Hariyono. Ia menyampaikan bahwa RSUD Besuki saat ini memiliki 16 dokter spesialis yang siap memberikan layanan terbaik, mulai dari spesialis jantung, kandungan, penyakit dalam, hingga spesialis gigi. Namun, ia juga mengakui bahwa pelayanan rumah sakit tidak luput dari kekurangan.
“Saya menyadari bahwa pelayanan kami belum tentu sempurna. Oleh karena itu, kami membuka diri terhadap kritik. Tapi saya harap kritik yang disampaikan berdasarkan fakta, bukan sekadar asumsi,” ujar dr. Imam.
Lebih lanjut, ia bahkan menyampaikan komitmennya untuk menindaklanjuti setiap aduan masyarakat secara langsung, khususnya terkait penyimpangan layanan administrasi seperti pemberian kwitansi tidak resmi.
“Silakan hubungi saya secara pribadi jika ada masalah pelayanan, terutama administrasi yang tidak sesuai ketentuan. Kami tidak akan menoleransi praktik-praktik seperti itu,” tegasnya.
Di akhir sesi, dr. Imam menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan yang mungkin masih dirasakan masyarakat dalam pelayanan RSUD Besuki. Ia juga mengajak publik untuk memahami bahwa tenaga medis juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
“Seringkali kerja keras kami tidak terlihat, namun satu kekurangan saja bisa membuat kami dihujat. Itu bagian dari risiko pelayanan publik, dan kami menerimanya,” tutupnya.
Program Literasi Rabuan ini menjadi ruang edukasi publik yang tak hanya memotret layanan kesehatan dari satu sisi, namun juga mengungkap tantangan dan dinamika yang dihadapi penyedia layanan. Pemerintah daerah berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi jembatan antara harapan masyarakat dan pelayanan nyata di lapangan.