Daerah

NU Jadi Penentu Arah Politik PKB Bondowoso

PKB Sebagai Anak Kandung NU, Kami Juga Berjuang Untuk NU

Beritanasional.ID,
BONDOWOSO – Meski belum ada pengumuman resmi dari KPUD Bondowoso terkait perolehan kursi DPRD dalam pemilu legislatif yang digelar bersama Pilpres 17 April 2019 kemarin, namun ketua DPC PKB Bondowoso, H. Ahmad Dhafir memastikan bahwa partainya akan menjadi pemenang dengan perolehan kursi antara 14-15 kursi.

Untuk itu, Dhafir mengajak sejumlah caleg dan pengurus DPC PKB Bondowoso bersilaturahmi dengan pengurus PCNU Bondowoso, Rabu (1/5/19) sore. Di hadapan pengurus PCNU, Dhafir mengungkapkan rasa syukur atas perolehan kursi PKB yang lebih banyak daripada perolehan kursi pada pemilu 2014 lalu.

Dhafir mengaku menyerahkan sepenuhnya arah politik PKB kepada PCNU Bondowoso. Kata dia, PKB Bondowoso siap menjalankan apapun keputusan politik yang disarankan oleh NU.

“Karena PKB itu sebagai anak kandung NU, dan kami juga berjuang untuk NU. Maka tentu sebagai anak kami akan patuh dan taat kepada apapun keputusan politik yang diperintahkan oleh NU,” ujarnya.

Atas inisiasi PKB itu, Ketua PCNU Bondowoso, KH. Abd. Qadir Syam menyambut baik sekali. Langkah PKB yang memang dilahirkan oleh rahim NU menyerahkan keputusan politik pasca pileg kepada PCNU sebagai etika yang sangat baik.

“Kami apresiasi itu sebagai etika politik. Tetapi kami tidak bisa memberikan keputusan politik apapun karena PKB lebih tahu apa yang harus mereka lakukan. Kami hanya memberikan kriteria saja agar selama itu untuk kemaslahatan umat, maka harus didukung dan boleh berkoalisi dengan partai yang memiliki ideologi mirip serta sejalan,” ungkapnya.

Sementara itu, dosen politik UIN Surabaya, M. Saiful Bahar ketika dikonfirmasi soal tersebut mengaku bahwa NU merupakan salah satu pilar demokrasi yang sangat penting.

“Salah satu pilar yang paling penting adalah NU. Konteks Bondowoso, NU sangat menentukan. Meskipun bukan penentu satu-satunya. Masih banyak variabel lain yang ikut menentukan. Relasi NU dan kekuasaan (eksekutif, red) dan kekuatan politik (partai politik dan DPRD, red) akan sangat memberi warna bagi akselerasi pembangunan di Bondowoso,” katanya.

Dicontohkan Bahar, pasca Pilleg, ada konflik kepentingan di antara partai-partai politik, NU bisa hadir menjadi penjaga konflik. Hadir sebagai pemadam kebakaran. Agar konflik tidak merembet hingga ke grassroot.

“Bukan hal yang baru, setelah Pilleg, “rebutan” kursi akan terjadi. Relasi antara eksekutif akan terbentuk baru, sehingga akan besar potensi gesekan. Semua masih mencari bentuk, konfrontasi atau kompromi. Ibarat orang duduk dalam bus bumel, gesekan antar pantat tak bisa dihindarkan hingga masing-masing pantat mendapatkan tempatnya dengan nyaman,” kelakarnya.

Hal itu juga ketika terjadi relasi antar partai di DPRD, relasi antara pendopo dan rumah rakyat DPRD sangat ditentukan pasca dilantiknya anggota dan pimpinan DPRD yang baru. “Kita lihat bersama, apakah NU bisa berperan dengan baik sebagai pilar demokrasi atau NU hanya menjadi penonton saja,” tukasnya.

Kata Bahar, NU harus berpihak, yaitu berpihak pada kepentingan rakyat. NU harus bisa tegas, harus bisa lantang “memarahi” para kadernya yg sedang memimpin Bondowoso. Tapi di sisi lain, NU juga harus siap memberi support pada pemerintah jika menilai pemerintah telah benar menentukan kebijakan. (Muhlis)

Caption foto : DPC PKB bersilaturahmi dengan PCNU Bondowoso

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button