HeadlineKalimantan Selatan

Perempuan, Pendidikan, dan Indonesia Emas 2045: Peran Strategis Mewujudkan Generasi Unggul

BeritaNasional.ID BANJARBARU KALSEL —Kualitas pendidikan Indonesia saat ini berada dalam persimpangan antara harapan besar dan tantangan nyata. Di satu sisi, jumlah guru yang melimpah, bonus demografi, serta hadirnya Kurikulum Merdeka dan transformasi digital memberi peluang emas untuk kemajuan bangsa. Namun di sisi lain, kesenjangan akses, rendahnya literasi, dan kualitas guru yang belum merata masih menjadi pekerjaan rumah yang serius.

Guru sebagai aktor utama pendidikan menghadapi beban besar: kompetensi yang beragam, distribusi yang timpang antara kota dan daerah 3T, serta kesejahteraan yang belum sepenuhnya adil terutama bagi guru honorer.

Kondisi ini berdampak langsung pada kualitas pembelajaran, sehingga hasil studi internasional seperti PISA menunjukkan capaian siswa Indonesia masih di bawah rata-rata dunia.

Kurikulum Merdeka hadir sebagai inovasi penting, dengan fokus pada pembelajaran berbasis proyek, penguatan Profil Pelajar Pancasila, dan penguasaan keterampilan abad 21.

Namun, implementasinya menghadapi tantangan karena belum semua sekolah memiliki kesiapan fasilitas dan kompetensi guru yang memadai.

Ilmu pengetahuan juga menghadapi masalah serupa. Akses pada sumber riset dan publikasi ilmiah masih terbatas, budaya riset belum mengakar, dan sinergi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah belum optimal.

Padahal, tanpa ilmu pengetahuan yang kuat, bangsa sulit bersaing di tengah arus globalisasi dan disrupsi teknologi.

Di sisi lain, perkembangan teknologi adalah kekuatan sekaligus tantangan. Digitalisasi membuka akses informasi dan pendidikan yang luas, namun juga menimbulkan kesenjangan digital, ancaman keamanan data, serta disrupsi dunia kerja. Tanpa literasi digital yang baik, teknologi justru bisa memperlebar jurang ketidakadilan sosial.

Oleh karena itu, solusi yang ideal adalah memperkuat ekosistem pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan pendekatan holistik.

Pemerintah perlu meningkatkan anggaran riset dan pendidikan, menjamin distribusi serta kesejahteraan guru, dan memperluas akses pendidikan berbasis teknologi hingga daerah 3T.

Dunia industri dan akademik harus lebih erat berkolaborasi untuk memastikan ilmu pengetahuan terhubung dengan kebutuhan nyata masyarakat.

Selain itu, literasi dasar  membaca, numerasi, digital, dan sains  perlu ditanamkan sejak dini agar generasi muda mampu menghadapi era penuh ketidakpastian.

Kebijakan pendidikan yang ideal adalah kebijakan yang berpihak pada pemerataan, penguatan riset, dan pembangunan karakter, sekaligus membuka ruang seluas-luasnya

bagi kreativitas generasi muda. Dengan demikian, pendidikan Indonesia tidak hanya menghasilkan tenaga kerja, tetapi juga mencetak manusia berdaya saing, berkarakter, dan berkontribusi bagi peradaban dunia.

HMI Hadir Untuk Indonesia

Menjawab tantangan ini, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melalui bidang Pemberdayaan Perempuan (KOHATI) meneguhkan perannya sebagai agen perubahan, khususnya dalam bidang pendidikan menilai bahwa pemberdayaan perempuan melalui pendidikan adalah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Kita melihat pendidikan bukan sekadar urusan kurikulum dan fasilitas, tetapi juga keberpihakan pada pemerataan akses dan peningkatan kualitas guru, serta pemberdayaan perempuan juga penting dilakukan Karena perempuan berpendidikan adalah kunci lahirnya generasi emas.

Berbagai bentuk aksi nyata perlu di lakukan sebagai bentuk dukungan antara lain: Kohati Mengajar, hadir di sekolah-sekolah pelosok untuk mendukung pemerataan pendidikan,

Gerakan Literasi Digital Perempuan: mengedukasi generasi muda agar bijak dan produktif menggunakan teknologi, Riset & Diskusi Pendidikan: mendorong budaya ilmiah dan pemikiran kritis kader perempuan.

Komunitas Mentoring seperti mendampingi pelajar perempuan agar siap melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Kita percaya bahwa melalui peran aktif semua stakeholder dalam pendidikan, Indonesia dapat mengatasi ketimpangan kualitas, memperkuat budaya literasi, dan menyiapkan generasi muda yang unggul.

Dengan demikian, cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan hanya wacana, tetapi visi nyata yang dapat diwujudkan bersama.

“Pendidikan adalah jalan panjang, dan HMI melalui bidang Pemberdayaan Perempuan harus siap berjalan di garis depan untuk memastikan perempuan berdaya, generasi muda cerdas, dan Indonesia melangkah mantap menuju 2045,”  .

Penulis : Wentriani
Peserta Advance Training (LK-III Tingkat Nasional) BADKO HMI Kalimantan Selatan.

 

 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button