AcehDaerahRagam

Prospek dan Strategi Pengembangan Kawasan Perkebunan Terpadu di Aceh Timur

Oleh: Rusydi, SH.I, Peladang & Peternak Aceh Timur.

BeritaNasional.ID, ACEH TIMUR — Sebuah upaya dalam meningkatkan nilai ekonomis lahan bagi pelaku usahatani dan ternak, khusunya di Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Pentingnya peranan ternak di dalam sistem usahatani harus mulai di lirik dan mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah Kabupaten Aceh Timur.

Berbagai jenis ternak sebenarnya sudah lama digunakan dalam kegiatan usahatani di pedesaan, antara lain untuk membajak lahan pertanian, transportasi hasil pertanian, penyedia pupuk kandang, bahkan dapat dijadikan sebagai “uang tabungan” yang sewaktu-waktu dapat dijual, karena kebutuhan yang mendesak.

Selain itu ternak juga dapat berfungsi sebagai penyediaan “sumber protein hewani”. Oleh Karena itu ternak memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan petani di perdesaan.

Namun kenyataanya hingga saat ini peran ternak dalam suatu sistem usahatani belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para petani. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan lemahnya manajemen pengelolaan usaha pertanian terintegrasi para petani kita, karena kurangnya pendidikan dan pelatihan teknis di bidang pertanian dan peternakan serta pengaruh faktor sosial.

Konsep pertanian terpadu yang melibatkan tanaman dan ternak dalam satu kawasan telah diterapkan oleh petani di Indonesia sejak mereka mengenal pertanian.

Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) telah melakukan kajian dan menyusun konsep pertanian terpadu antara tanaman dan ternak yang disebut dengan nama ” Sistem Tanaman – Ternak ” yang merupakan terjemahan dari Crop-Livestock System (CLS).

Teknologi usahatani Crop-Livestock System (CLS), merupakan alternatif yang tepat dan sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan. Teknologi ini mengutamakan hubungan saling komplementer antar sub sistem usahatani. Pada sistem ini dikenal prinsip the law return, kembali kehukum alam.

Usahatani integrasi antara tanaman dengan ternak disamping dapat meningkatkan pendapatan hasil usahatani juga merupakan salah satu mata rantai di dalam siklus perjalanan unsur hara dalam proses produksi usaha pertanian.

Pada sistem usahatani integrasi tanaman – ternak dikenal konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture), yaitu suatu sistem pertanian yang berkelanjutan dan mampu menekan sekecil mungkin biaya produksi serta pengaruh dari luar. Dengan pendekatan LEISA sistim usahatani ternak secara empiris telah membuktikan kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja baru, yang bersumber pada usaha dengan memanfaatkan sumberdaya manusia lokal secara lebih efisien.

Keterkaitan tanaman-ternak dalam sistem usahatani dapat dilihat secara langsung maupun tidak langsung melalui produk antaranya, yaitu:

1). akan menghasilkan pupuk kandang yang berfungsi untuk memperbaiki unsur hara tanah yang dibutuhkan oleh tanaman.

2). Ternak menghasilkan daging, telur, dan susu serta kulit.

3). Tanaman yang menggunakan pupuk kandang menghasilkan biomasa dalam bentuk produk primer maupun sekunder yang semuanya dapat digunakan sebagai pakan, mulsa dan kompos.

4). Produk tanaman yang diberi perlakuan mikro organisme dapat memperbaiki kandungan nilai gizi maupun dalam peningkatan kuatitas lingkungan.

5). Kotoran ternak dapat diproses menjadi biogas yang dapat digunakan untuk penerangan dan bahan bakar memasak, hal ini telah dilakukan pada pondok pesantren di Bogor, dengan 5 ekor sapi dapat mensuplai kebutuhan energi bagi 10 rumah tangga per harinya.

Sehubungan dengan hal ini, sebagai upaya untuk mewujudkan sistem usahatani terintegrasi antara tanaman keras dengan ternak (lembu pedaging atau kambing yang dikandangkan) yang ramah lingkungan, berkelanjutan dan menguntungkan, diperlukan teknologi dan pembinaan melalui kelembagaan sebagai komponen yang sangat penting.

Perhatian pemerintah Daerah Aceh Timur untuk membuat kebijakan sangat diperlukan mengingat potensi sumber daya alam (SDA) Kabupaten Aceh Timur berupa luas lahan pengembalaan yang ada, sumber air yg melimpah terutama pada kebun-kebun sawit rakyat yang tidak dimanfaatkan secara maksimal, juga semakin berkurangnnya populasi ternak akibat konflik horizontal yang terjadi dalam masyarakat.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button