HeadlineJawa TimurRagamSitubondo

Ribuan Warga Padati Festival Ojung di Situbondo, Tradisi Mistis Warga Kendit Memohon Hujan

BeritaNasional.id, SITUBONDO – Ribuan warga memadati Lapangan Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, untuk menyaksikan Festival Ojung, tradisi adu cambuk yang digelar dalam rangka Hari Jadi Situbondo (HARJAKASI) ke-207 dan HUT TNI ke-80. yang dibuka oleh Camat Kendit Faishol Afandi, S.H. Senin (29/09/2025).

Festival budaya ini bukan sekadar pertunjukan, tetapi juga ritual sakral yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak abad ke-13. Ojung atau Ojhung dalam istilah Madura adalah permainan tradisional berupa adu fisik dua pria menggunakan rotan sebagai cambuk.

Tradisi ini awalnya dilakukan oleh para pembabat desa sebagai bentuk doa kepada Tuhan agar menurunkan hujan serta menjauhkan bencana alam. Acara dibuka dengan doa bersama yang dipimpin tetua adat, diiringi alunan gamelan, kendang, dan gong. Irama musik tradisional menciptakan suasana magis di tengah antusiasme warga yang memenuhi sisi lapangan.

Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo atau yang akrab disapa Mas Rio, hadir langsung dalam festival menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi di tengah perubahan zaman.

“Festival Ojung bukan hanya tentang memohon hujan, tapi juga menjadi simbol ketangguhan dan solidaritas masyarakat Situbondo. Di tengah krisis iklim, tradisi ini mengingatkan kita untuk bersyukur dan berdoa bersama,” ujar Mas Rio di hadapan warga.

Ia juga menyatakan bahwa ke depan, Pemkab Situbondo berencana menggelar festival serupa dalam skala yang lebih besar di Alun-Alun Situbondo.

Festival Ojung tahun ini menyajikan puluhan pertandingan, masing-masing berdurasi sekitar lima menit dengan tiga hingga lima kali adu cambukan. Setiap duel diawasi wasit untuk menjaga keselamatan peserta.

Salah satu peserta asal Desa Bugeman mengaku mengikuti Ojung setiap tahun sebagai bentuk pengabdian dan harapan atas datangnya hujan.

“Setiap cambukan ini seperti doa kami. Tahun lalu, setelah Ojung, hujan deras turun. Itu bukan kebetulan. Festival ini bikin desa ramai, dan anak muda juga belajar menghormati leluhur,” ucapnya yang menang 3-1 atas lawannya asal Cerme Bondowoso.

Selain sebagai warisan budaya, Ojung juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda. Sutini (32), warga Desa Panarukan, datang bersama dua anaknya untuk menonton festival.
“Anak-anak saya jadi tahu kalau budaya itu bukan hanya cerita. Dulu orang tua kami bilang Ojung bisa datangkan hujan, dan sekarang mereka lihat sendiri,” ujar Sutini.

Festival ini juga memberi dampak ekonomi langsung bagi masyarakat. Panitia melaporkan peningkatan jumlah pengunjung hingga 30 persen dibanding tahun lalu. Pedagang makanan dan minuman tradisional ramai dikunjungi, menggerakkan perekonomian warga sekitar.

Pemkab Situbondo berencana menjadikan Festival Ojung sebagai agenda tahunan berskala nasional. Selain meningkatkan promosi wisata budaya, pemerintah juga akan mengintegrasikan teknologi digital seperti live streaming agar dapat diakses lebih luas oleh masyarakat di luar daerah.

“Kami akan alokasikan anggaran khusus untuk riset sejarah Ojung, agar generasi mendatang tidak hanya menonton, tapi juga memahami akarnya. Ini bukan sekadar hiburan, tapi jembatan dari masa lalu menuju Situbondo yang lebih hijau dan makmur,” tutup Mas Rio.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button