SMPN 8 Kota Pekalongan Giatkan Program “Propos” sebagai Solusi Darurat Sampah

Beritanasional.id-Kota Pekalongan – Dalam upaya menanggulangi persoalan darurat sampah yang melanda Kota Pekalongan, SMP Negeri 8 Kota Pekalongan meluncurkan inisiatif lingkungan bertajuk Propos, singkatan dari Program Pilah dan Olah Sampah. Program ini dirancang untuk menanamkan kesadaran pengelolaan sampah secara menyeluruh kepada seluruh warga sekolah.
Kepala SMPN 8, Sumarita, menjelaskan bahwa Propos menyasar seluruh komponen sekolah—baik siswa, guru, maupun tenaga kependidikan—dengan fokus utama pada pengurangan, pemilahan, serta pengolahan sampah secara aktif dan kolaboratif. “Kami ingin membentuk kebiasaan sejak dini agar siswa terbiasa memilah dan mengolah sampahnya sendiri, tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah,” ujar Sumarita usai peluncuran Gerakan Sekolah Kelola Sampah pada Senin (5/5/2025).
Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah mendirikan Rumah Botol di beberapa titik sekolah sebagai tempat penampungan sampah anorganik yang memiliki nilai jual. Sampah tersebut kemudian diangkut oleh bank sampah secara rutin dua kali seminggu. Untuk sampah organik, pihak sekolah telah menyediakan blender pengolah yang mampu mengubah limbah dapur menjadi kompos. Terdapat dua jenis blender dengan kapasitas berbeda, masing-masing senilai Rp600 ribu dan Rp1,7 juta.
Tak hanya itu, sekolah ini juga mengoperasikan kompor residu, alat pembakar sampah minim asap yang sanggup memusnahkan hingga satu meter kubik sampah dalam waktu 15 menit. Inovasi ini disebut-sebut sebagai salah satu teknologi pengolahan sampah sederhana namun efektif, dengan biaya pembuatan sekitar Rp7 juta.
Sumarita juga menyampaikan bahwa pihaknya siap menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain dalam pengelolaan sampah yang terintegrasi. “Kami akan terus menjalin sinergi dengan Dinas Pendidikan, berbagi praktik baik, dan membuka ruang studi tiru agar program ini bisa diadopsi lebih luas,” tuturnya.
Sementara itu, Dela Warta Ramadani, siswi kelas IX yang aktif di tim Adiwiyata, turut mengapresiasi program ini. Menurutnya, kegiatan edukasi dan praktik pengelolaan sampah sangat bermanfaat. “Kami belajar memilah sampah dan mengubahnya menjadi barang yang lebih berguna. Setiap kelas juga punya tanggung jawab menjalankan agenda Adiwiyata,” ungkap Dela.
Dengan jumlah siswa mencapai 693 orang, keterlibatan aktif seluruh warga sekolah diharapkan mampu menekan volume sampah secara signifikan serta mewujudkan lingkungan belajar yang bersih dan sehat. (mflh)