“Tanaman Lokal: Solusi Alami untuk Konservasi dan Pengurangan Risiko Bencana”
Oleh: Rahmi Awalina, S.TP.,MP. *)
Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, menawarkan keindahan yang bervariasi melalui ragam flora, fauna, ribuan kepulauan, serta luasnya hutan hujan tropis . Namun, kekayaan ini juga disertai dengan tantangan berupa potensi bencana alam. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504 pulau dan terletak di Ring of Fire, Indonesia memiliki puluhan patahan aktif dan sekitar 65% wilayahnya adalah pesisir . Kondisi geologi ini, ditambah dengan pertemuan lempeng tektonik, membuat Indonesia rawan terhadap gempa bumi, letusan gunung berapi, badai, angin puting beliung, dan fenomena lainnya .
Bencana bisa terjadi secara mendadak maupun bertahap, mencakup berbagai kategori:
- Alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan angin kencang .
- Biologi, seperti wabah penyakit, flu burung, dan pandemi seperti COVID-19 .
- Sosial, seperti kerusuhan, konflik, dan terorisme .
- Ekonomi, seperti hiperinflasi, krisis keuangan, dan pengangguran .
- Politik, seperti kegagalan politik atau kudeta .
- Kesalahan manusia, seperti kegagalan teknologi, kecelakaan transportasi, dan kebakaran .
- Lingkungan, seperti polusi udara dan air .
Faktor-faktor penyebab bencana, seperti tanah longsor, sering kali terkait dengan intensitas hujan tinggi, kemiringan tanah yang kurang hijau, erosi, penebangan liar, dan pertanian yang tidak memperhatikan kestabilan tanah . Banjir sering terjadi akibat buruknya sistem resapan dan saluran air .
Untuk meminimalkan dampak bencana, langkah-langkah mitigasi harus dilakukan sejak dini. Pendekatan yang bisa diambil termasuk penanaman pohon dan konservasi alam sebagai tindakan preventif . Tahapan awal mitigasi meliputi penyediaan peta kawasan rawan bencana, peningkatan kesadaran masyarakat, dan penataan kembali kawasan . Melibatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam pengelolaan risiko, serta memanfaatkan kearifan lokal, adalah strategi penting dalam menghadapi dan mengantisipasi bencana . Dengan memanfaatkan sumber daya alam dan kearifan lokal, kita tidak hanya menjaga keindahan dan kekayaan alam Indonesia, tetapi juga memperkuat ketahanan dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi .
Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana: Menggali Potensi Tanaman Lokal
Menurut pandangan kearifan budaya lokal, fenomena alam, termasuk perilaku flora dan fauna, kerap digunakan oleh masyarakat sebagai petunjuk akan datangnya bencana. Kearifan lokal, atau local wisdom, adalah gagasan-gagasan penuh kebijaksanaan yang diintegrasikan dalam kehidupan masyarakat di suatu wilayah, memainkan peran penting dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam .
Kearifan lokal bukan sekadar bagian dari kebudayaan, tetapi juga merupakan hasil interaksi yang erat dengan lingkungan setempat . Ini mencakup pengetahuan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk cara masyarakat tradisional mengelola risiko bencana dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang ada . Kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana merupakan aset berharga yang dapat digunakan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan .
Salah satu contohnya adalah penanaman hutan bakau untuk menahan ombak besar atau membangun rumah dengan struktur yang kuat untuk menghadapi gempa bumi. Selain itu, relokasi perumahan ke wilayah yang lebih aman dan program penghijauan juga merupakan bagian dari strategi mitigasi. Kearifan lokal juga berperan dalam pengelolaan area, kegiatan warga, dan konstruksi bangunan rumah, serta sistem terasering yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk meminimalkan dampak bencana .
Penanaman tanaman lokal tidak hanya penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. Tanaman yang menutup permukaan tanah dengan rapat dapat memperlambat limpasan dan mencegah erosi, serta memperbaiki infiltrasi air hujan .
Konservasi tanah bertujuan mencegah kerusakan oleh erosi, meningkatkan produktivitas lahan, dan memperbaiki lahan kritis . Pemberdayaan tanaman lokal dapat mendukung konservasi tanah dan air dengan menjaga sumber-sumber air alami, memperbaiki kualitas tanah, dan sebagai landasan kebijakan rehabilitasi kawasan .
Untuk mitigasi bencana, penting memilih jenis-jenis tanaman lokal yang cocok dengan kondisi lingkungan setempat. Tanaman yang tidak memerlukan banyak air, memiliki evapotranspirasi rendah, dan mampu bertahan dalam kondisi kering sangat ideal . Tanaman seperti keluwih, bambu, kelapa, aren, pinang, pisang, mangrove, dan vetiver memiliki sifat-sifat ini dan dapat berfungsi sebagai bagian dari kearifan lokal dalam konservasi .
Secara keseluruhan, pemanfaatan kearifan lokal dan tanaman asli dalam strategi mitigasi bencana tidak hanya membantu mengurangi risiko bencana tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat dan menjaga keberlanjutan ekosistem .(*)
*) Penulis adalah Dosen Teknik Pertanian dan Biosistem, Universitas Andalas