Unjuk Rasa Tuntut Pembebasan Mus Frans di Mapolres Rote Ndao Berakhir Ricuh, Mahasiswa dan Aktivis Terluka

BeritaNasional.ID, ROTE NDAO — Aksi unjuk rasa yang digelar di halaman Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Rote Ndao pada Rabu (10/9/2025) berakhir ricuh.
Massa yang terdiri dari mahasiswa, aktivis, dan keluarga menuntut pembebasan tokoh pariwisata Erasmus Frans Mandato, atau yang akrab disapa Mus Frans, terlibat bentrok dengan aparat hingga menyebabkan sejumlah orang mengalami luka-luka.
Awalnya, aksi berlangsung dalam suasana tertib. Massa yang datang berorasi dari atas mobil komando hanya ingin menyampaikan aspirasi agar Kapolres Rote Ndao memberikan penjelasan terkait penahanan Mus Frans. Namun, suasana mulai memanas ketika massa terus berusaha mendesak masuk untuk bertemu langsung dengan Kapolres.
Situasi semakin tak terkendali saat satu peleton polisi yang sebelumnya berjaga di jalan raya utama tiba-tiba bergerak mengepung kerumunan. Aparat kemudian mengayunkan tongkat ke arah massa.
Benturan tak terelakkan. Mahasiswa dan aktivis yang berada di barisan depan menjadi korban pemukulan.
Sejumlah foto dan video yang beredar memperlihatkan peserta aksi dengan wajah dan kepala berlumuran darah akibat pukulan benda tumpul.
“Kami datang menyampaikan aspirasi, tapi malah dipukul,” teriak seorang mahasiswa dari atas mobil komando.
Di antara korban, tercatat Melianus Maimau, seorang aktivis yang mengalami luka setelah dihantam oknum polisi.
Sementara itu, Ike, adik kandung perempuan Mus Frans, jatuh pingsan usai diduga mendapat perlakuan keras dari aparat. Teriakan histeris pun terdengar dari sesama mahasiswa dan keluarga Mus Frans yang menyaksikan peristiwa itu.
Massa menilai tindakan aparat sebagai bentuk represif yang berlebihan. Mereka menegaskan, polisi seharusnya mengayomi dan melindungi masyarakat, bukan justru menjadi pihak yang melakukan kekerasan terhadap mahasiswa yang sedang menyampaikan pendapat.
Menurut para pengunjuk rasa, penahanan Mus Frans sarat dengan rekayasa hukum dan merupakan upaya kriminalisasi terhadap warga yang kritis terhadap kebijakan pemerintah daerah.
Mereka mendesak agar Polres Rote Ndao segera membebaskan Mus Frans serta menghentikan proses hukum yang dinilai penuh kejanggalan.
“Kami tidak akan berhenti. Setelah ini, aksi akan kami lanjutkan di Polda NTT. Kami juga akan melaporkan oknum polisi yang memukul mahasiswa ke Propam Polda NTT,” tegas salah satu orator.
Massa pun menuntut Kapolres Rote Ndao bertanggung jawab penuh atas tindakan kekerasan yang menyebabkan mahasiswa dan aktivis luka-luka.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Polres Rote Ndao belum memberikan keterangan resmi terkait insiden kericuhan maupun jatuhnya korban.*
(Alberto)