Megapolitan

Warga Jakarta Buru Penjual Petasan Dan Kembang Api Walaupun Dilarang

BeritaNasional.ID Jakarta – Menyemarakkan malam pergantian tahun, masyarakat dan berbagai instansi menyerbu pusat penjualan petasan dan kembang api di kawasan Asemka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Pedagang kembali panen tahunan, setelah bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Sejak pagi, ratusan pembeli berjubel di kolong jembatan layang untuk membeli kembang api yang diinginkan. Deretan pedagang menggelar barang dagangannya hingga menyembul ke bahu jalan, dan mengakibatkan lalu lintas semakin macet. Belum lagi PKL lainnya seperti pedagang terompet, asesoris, dan mainan anak-anak.

“Sudah tradisi, setiap malam tahun baru kami ngumpul-ngumpul di komplek sembari ngebakar ikan dan pasang kembang api. Jadi meriah deh,” ujar Thomas, warga Kebayoran Baru saat membeli sejumlah petasan di kolong FO Asemka, Senin (31/12/2018).

Thomas yang sedang cuti, menyambangi Asemka bersama teman dan tetangganya. Ia  sudah langganan membeli petasan dan kembang api di kawasan Asemka karena harganya relatif lebih murah dibanding tempat lain. Selain itu juga bisa dibeli secara eceran, sehingga sangat membantu konsumen.

Selain untuk lingkup individu maupun di lingkungan warga, pembeli petasan juga berasal dari instansi pemerintah yang tak ingin ketinggalan berpesta saat malam akhir tahun.

“Komandan memerintahkan kami untuk membeli petasan dan kembang api, meski tidak banyak tapi paling tidak bisa meramaikan suasana markas saat pergantian tahun,” ujar pria bertubuh tegap.

Pria itu membeli lima plastik kembang api, setiap kantongnya ada 4 potong yang dijual Rp70.000/unit dari harga awal Rp85.000/unit. Sesuai permintaan atasannya, ia membeli kembang api yang dapat menampilkan 10 tembakan dalam setiap potong.

Moment tutup tahun ini, mendatangkan rezeki melimpah bagi kalangan pedagang petasan dan kembang api. Meski dibanding tahun 2017, pada tahun ini omset berkurang hingga 10 persen.

 

“Berjualan kembang api dan petasan sudah saya lakoni sejak 15 tahun, dagang di sini (Asemka) karena lokasinya strategis dan ramai pembeli,” kata Jawir, satu pedagang kembang api dalam partai besar.

Jawir mengeluarkan modal hingga ratusan juta rupiah, sebagian dipinjam dari teman bisnisnya. Ia berharap dapat memperoleh untung sekitar 15 persen karena persaingan antar pedagang makin ketat dan harga modal juga sudah mahal. Seluruh petasan dan kembang api yang dijual di Asemka hasil produksi Cina.

Tanto, pedagang kembang api dan petasan di lokasi yang sama, mengaku senang karena bisnisnya bisa berjalan lancar dan tidak ada razia oleh aparat berwajib.

“Beruntung tidak ada razia, maklumlah aparatnya juga kan hendak merayakan malam tahun baru sembari membakar kembang api dan petasan,” beber pedagang asal Jawa Tengah ini.

Sedikitnya ada 100 pedagang petasan dan kembang api di kolong FO Asemka saat ini. Biasanya, masing-masing mendapat omset per hari berkisar ratusan juta rupiah saat jelang tahun baru dan saat Ramadhan.

Di tempat yang sama juga tampak pedagang terompet sibuk menawarkan barang dagangannya. Mulai terompet konvensional yang dibuat dari kertas karton, dan terompet plus gas mini. Harganya bervariasi mulai Rp15.000 hingga Rp40.000 untuk terompet gas. (dk1/bn) 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button