Sulawesi

Cegah COVID-19, GAPKI Sulawesi Ketatkan Pengawasan Operasional Transportasi

Makassar.Sulsel.Beritanasional.id –Demi mencegah dampak pandemi COVID-19 di industri kelapa sawit, GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) cabang Sulawesi juga menerapkan protokol secara ketat. Selain jaga jarak, penyediaan fasilitas cuci tangan, maupun penggunaan masker, apel pagi yang biasa dilakukan juga disesuaikan.

“Kita sudah lakukan sosialisasi baik untuk internal maupun eksternal,” kata Ketua GAPKI Sulawesi, Dony Yoga saat konferensi pers secara online, Senin, 18 Mei 2020. Pada saat itu, ia juga menyampaikan bahwa GAPKI Sulawesi sudah mendistribusikan bantuan total senilai Rp 150 juta berupa APD dan sembako, baik melalui pemerintah daerah maupun secara mandiri ke desa-desa sekitar.

Diakui Dony bahwa COVID-19 di Sulawesi memang tidak segempar di Jakarta. Kendati demikian sesuai dengan arahan GAPKI Pusat, pihaknya telah menghimbau kepada seluruh anggota GAPKI Sulawesi untuk melakukan antisipasi pencegahan COVID-19 di dalam kebun.

Lebih lanjut Dony menambahkan sampai saat ini tidak ada kendala terkait industri sawit di Sulawesi baik perihal tenaga kerja maupun operasional kebun dan pabrik. Hanya saja terjadi pembatasan jam operasional pabrik mulai dari pukul 07:00 -17:00 WITA. “Waktunya diatur lebih efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan tersebut,” lanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris GAPKI Sulawesi, Novrianto juga menyampaikan bahwa pihaknya juga terus melakukan pemantauan untuk angkutan Tandan Buah Segar (TBS) Swadaya yang masuk ke pabrik khususnya pabrik di daerah Sulawesi Barat.

“Di beberapa kabupaten yang menjadi jalur lintas angkutan Crude Palm Oil (CPO) sudah menerapkan jam malam mulai dari pukul 06:00-18:00 WITA sesuai kebijakan pemerintah, sehingga operasional pengiriman CPO juga kami ikuti jam tersebut,” tambahnya.

*Ketahanan Pangan*

Pergerakan ekonomi masyarakat di Sulawesi sendiri sampai saat ini tetap berjalan normal dengan tetap mengikuti anjuran pemerintah mengenai social distancing.

“Dampaknya tetap ada, tapi tidak terlalu signifikan,” ungkap Dony.

Untuk mengantisipasi dampak ekonomi, Dony mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat, agar melakukan efisiensi dan mengalakkan budidaya kebun hortikultura guna membantu ketahanan pangan di Sulawesi.

Ia juga mengungkapkan bahwa untuk mengantisipasi kurangnya tenaga kerja diakibatkan oleh COVID-19 di Sulawesi, pihaknya juga memprioritaskan tenaga kerja lokal. Hal ini sekaligus dalam rangka membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran di Sulawesi. (*)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button