Artikel/OpiniRagam

Biokonversi Limbah Agroindustri Jamur Tiram Menjadi Pupuk Kompos

Oleh : Risa Meutia Fiana, STP, MP *)

BeritaNasional.ID — Budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu bentuk usaha agroindustri yang terus berkembang di Indonesia. Proses pembudidayaan jamur tiram tidak hanya menghasilkan jamur sebagai produk utama, tetapi juga menimbulkan limbah berupa baglog bekas.

Baglog adalah media tanam yang terdiri dari campuran serbuk gergaji, bekatul, dan kapur yang telah dipakai untuk menumbuhkan jamur. Setelah beberapa siklus panen, baglog ini tidak lagi produktif dan menjadi limbah yang berpotensi mencemari lingkungan

Dampak Negatif jika Limbah Baglog Tidak Diolah

Limbah baglog yang dibiarkan menumpuk menjadi tempat berkembang biaknya spora jamur dan mikroorganisme lainnya. Spora ini dapat menyebar ke ruang inokulasi atau area budidaya jamur lainnya melalui angin atau kontak langsung, menyebabkan kontaminasi dan berpotensi mengganggu pertumbuhan jamur yang baru ditanam. Hal ini bisa mengakibatkan gagal panen dan kerugian ekonomi.

Limbah baglog yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan. Serbuk gergaji dan bahan organik lainnya dapat terurai secara anaerobik, menghasilkan bau tidak sedap dan emisi gas rumah kaca seperti metana, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Limbah organik yang tidak diolah bisa menarik hama seperti serangga dan tikus, yang bisa menyebarkan penyakit dan mengganggu area budidaya.

Limbah baglog yang dibiarkan menumpuk dalam jumlah besar dapat menyumbat saluran air dan drainase, menyebabkan genangan air dan meningkatkan risiko banjir. Hal ini juga bisa menurunkan kualitas air di sekitarnya.

Potensi Limbah Baglog Sebagai Pupuk

Baglog yang tidak diolah menjadi kompos atau produk lain yang bermanfaat merupakan pemborosan sumber daya yang berpotensi digunakan kembali. Padahal, limbah ini bisa diubah menjadi pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Limbah baglog kaya akan bahan organik yang belum sepenuhnya terdekomposisi, sehingga memiliki potensi besar untuk diolah menjadi pupuk kompos.

Serbuk gergaji dan bekatul, komponen utama baglog, mengandung unsur hara yang dapat meningkatkan kesuburan tanah jika diolah dengan benar. Pengomposan adalah metode yang efektif.

Proses Pengolahan Limbah Baglog Menjadi Kompos

Limbah baglog dikumpulkan setelah siklus produksi jamur selesai. Baglog ini kemudian dicacah atau dipotong kecil-kecil untuk mempercepat proses dekomposisi. Rasio karbon dan nitrogen (C/N ratio) yang ideal untuk pengomposan adalah sekitar 25-30:1. Oleh karena itu, bahan hijauan seperti daun-daun hijau atau sisa-sisa tanaman dapat ditambahkan ke tumpukan baglog untuk mencapai rasio ini.

Mikroorganisme pengurai seperti bakteri dan jamur dekomposer dapat ditambahkan untuk mempercepat proses pengomposan. Mikroorganisme ini membantu mempercepat dekomposisi bahan organik dalam baglog. Tumpukan bahan kompos perlu dibolak-balik secara berkala untuk memastikan suplai oksigen yang cukup, yang penting untuk aktivitas mikroorganisme pengurai. Aerasi yang baik akan mempercepat proses pengomposan dan mencegah bau tidak sedap.

Suhu tumpukan kompos dijaga agar tetap dalam kisaran 40-60°C untuk mengoptimalkan aktivitas mikroorganisme.Kelembaban juga perlu dipertahankan sekitar 50-60% untuk memastikan proses dekomposisi berjalan dengan baik. Setelah beberapa minggu, suhu tumpukan kompos akan mulai turun dan proses dekomposisi melambat.

Pada tahap ini, kompos dibiarkan matang selama beberapa minggu lagi hingga siap digunakan sebagai pupuk.

Biokonversi limbah agroindustri jamur tiram menjadi pupuk kompos adalah solusi berkelanjutan yang menawarkan manfaat lingkungan dan ekonomi. Pengolahan limbah baglog menjadi produk yang lebih bermanfaat, seperti pupuk kompos, risiko-risiko tersebut dapat diminimalkan, dan limbah yang tadinya berbahaya bisa diubah menjadi sumber daya yang berguna.

Dengan mengubah limbah menjadi sumber daya yang bernilai, industri jamur tiram dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan produksinya. Proses pengomposan yang tepat tidak hanya membantu mengatasi masalah limbah, tetapi juga menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pertanian dan lingkungan.

*) Biodata Penulis :
Nama : Risa Meutia Fiana, STP, MP
Profesi : Dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
E-mail : risameutiafiana@ae.unand.ac.id

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button