Cegah Korban Jiwa Bertambah, Perhutani Bondowoso Tutup Jalur Pendakian Gunung Saeng, Piramid dan Gulgulan

BeritaNasional.id, BONDOWOSO JATIM – Keindahan alam di kawasan pegunungan Bondowoso kembali menyedot perhatian publik, namun kali ini bukan karena pesonanya, melainkan karena tragedi yang menyesakkan hati. Seorang pelajar asal Jember, Fahrul Hidayatullah alias Baim (18), dinyatakan meninggal dunia usai melakukan pendakian di Gunung Saeng, salah satu dari tiga puncak eksotis di lereng Gunung Argopuro.
Tragedi ini mendorong Perum Perhutani KPH Bondowoso mengambil langkah tegas. Melalui pengumuman resmi yang disampaikan langsung oleh Misbakhul Munir, Administratur Perhutani Bondowoso, pihaknya menyatakan terhitung sejak Kamis 8 Mei 2025 jalur pendakian ke Gunung Saeng, Gunung Piramid, dan Gunung Gulgulan resmi ditutup sementara waktu hingga batas yang belum ditentukan.
“Ketiga gunung ini memiliki medan yang sangat terjal, dengan jalur setapak yang sempit dan tebing padas curam di sisi kanan-kiri. Kami belum pernah membuka kawasan ini sebagai wisata resmi minat khusus pendakian, sehingga tidak ada infrastruktur pengamanan maupun pengawasan di jalur tersebut. Keselamatan masyarakat adalah prioritas utama kami,” ujar Misbakhul Munir dalam wawancara di ruang kerjanya,Jumat (9/05).
Gunung Saeng, Piramid, dan Gulgulan memang menyimpan panorama yang luar biasa indah. Ketiganya berdiri anggun di bagian selatan Kabupaten Bondowoso, dan bisa dilihat dengan jelas dari pusat kota saat cuaca cerah. Tak jarang, foto-foto puncaknya viral di media sosial, memancing minat para pendaki, terutama dari kalangan muda, untuk mencoba menaklukkan puncak-puncak eksotis ini.
Namun, di balik pesona itu, tersimpan bahaya nyata. Jalur menuju puncak belum memiliki standar keselamatan sebagaimana jalur pendakian resmi. Minimnya rambu, ketiadaan pemandu, serta kondisi geografis yang ekstrem menjadikan setiap langkah di jalur tersebut sebagai pertaruhan nyawa.
“Jalur menuju puncak Gunung Saeng sangat sempit, hanya berupa jalan setapak di antara tebing curam. Sekali terpeleset, bisa langsung jatuh ke jurang. Apalagi saat kabut turun, jarak pandang sangat terbatas. Ini sangat berbahaya,” tambah Misbakhul.
Pasca insiden meninggalnya Fahrul Hidayatullah, Pemerintah Kecamatan Binakal langsung melakukan koordinasi intensif bersama Perhutani dan aparat terkait. Camat Binakal, Ifan Arifandi, menjelaskan bahwa rapat koordinasi tingkat kecamatan digelar segera setelah kabar duka itu diterima.
“Kami semua sepakat bahwa keselamatan adalah yang utama. Maka dari itu, jalur pendakian resmi ditutup. Kami juga akan memasang papan peringatan dan memperketat patroli di sekitar jalur masuk,” terang Ifan saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Penutupan ini berlaku untuk seluruh masyarakat, tanpa pengecualian. Jika ditemukan pelanggaran atau upaya pendakian secara ilegal, maka aparat berwenang tidak akan segan-segan untuk mengambil tindakan tegas
Perhutani dan Pemerintah Kecamatan Binakal mengimbau kepada masyarakat, khususnya komunitas pendaki, pelajar, dan pengunjung luar daerah, untuk tidak menjadikan ketiga gunung tersebut sebagai tujuan wisata hingga ada pengumuman resmi pembukaan kembali.
“Kami memahami keindahan alam adalah daya tarik besar. Tapi hidup dan keselamatan jauh lebih penting. Kami akan mengevaluasi kemungkinan pengelolaan wisata resmi di masa depan, dengan tetap mengedepankan aspek keamanan dan konservasi,” tutup Misbakhul.
Tragedi di Gunung Saeng menjadi peringatan keras bahwa keindahan alam tak selalu ramah bagi manusia. Bondowoso, sebagai daerah yang kaya potensi wisata alam, terus berupaya meningkatkan pengelolaan wisata yang bertanggung jawab. Namun tanpa kesadaran kolektif dari masyarakat, musibah serupa bisa terulang kembali.