Ragam

Durian dan Ratu Wilhelmainar

BeritaNasional.ID, PASAMAN,–  Tiba-tiba 179 orang anggota parlemen Bulando ternganga mendengan ucapan Ratunya, Wilhelmainar.  “Saya akan ke Sumatera, Hinda Bulando,  sebulan yang akan datang”, kata si Mainar dalam pidatonya di hadapan seluruh anggota parlemen negeri bunga lilin tersebut.

Biasanya, jika Ratu Wilhelmainar menyebut hal yang terkait  Hinda Bulando di hadapan anggota parlemen, akan disambut dengan tepuk tangan riuh-meriah. Tetapi sekali ini,  semua anggota parlemen, seperti mengunci mulut.

Sampai Ratu Wilhelmainar meninggalkan gedung parlemen, kembali ke istananya, tidak satu orangpun yang bersuara komentar.

Sebenarnya, tidak ada anggota parlemen yang menyambut lega pernyataan Ratu tersebut. Semuanya cemas, keberatan, dan tak rela. Tetapi tidak seorangpun yang punya argumentasi untuk mengubah pendirian Ratu Wilhelmianar. Sementara, jika memberi masukan yang tidak jelas argumentasinya, jangankan ditanggapi, malah Ratu akan menyuruh keluar dari ruangannya.

Semuanya kebingungan. Untungnya,  ada tiga orang anggota parlemen Belanda yang berasal dari tentara kolonial di Hindia Belanda dan telah lebih sepuluh tahun melanglangbuana di pulau Sumatera.

Entah siapa yang mengemukakan ide dan mendahului,  orang-orang yang berjas dongker dan berdasi merah tersebut, seperti terkomando berkumpul mengerumuni si Dendelmop, Ezieescrim, dan Dewildonat. Tiga orang mantan tentera Hindia Belanda tersebut.

Dendelmop, yang sudah berkali-kali memimpin perang di Sumatera, mulai bercerita.

” Sumatera. Saya kenal betul pulau Sumatera”, katanya mulai bercerita. “Banyak yang aneh – aneh di sana”, sambungnya.

Dia ceritakan, di Sumatera, banyak harimau kepunyaan orang. Lebih banyak lagi harimau liar yang lebih menyeramkan. Sepuluh orang anak buahnya mati ditangkap harimau.

Lain pula cerita si Eizerescrim. Katanya, ada lima orang anggota pasukannya terpaksa dia tembak mati karena disersi. Diperintah mengintai geriliawan pribumi, eh, dia mengintai buah durian.

Dewildonat, punya cerita pula.

Berdasarkan cerita tentang Sumatera dari ketiga anggota parlemen bekas tentara kolonial tersebut, mereka susunlah argumentasi untuk melarang Ratu Wilhelmina berkunjung ke Sumatera.

Dengan keyakinan penuh argumemtasinya akan diterima, lima belas orang anggota parlemen Belanda dengan langkah tegap menghadap Ratu.

Setelah memberi hormat ala protokol istana Ratu Wilhelmina, Eizerescrim membuka argumentasinya. Disambunng Dendelmop. Penutup yang merupakan kesimpulan, disampaikan oleh Dewildonat.

“Untuk kepentingan seluruh rakyat Belanda terhadap nyawa Ratu, kami menyarankan agat Yang Mulia Ratu, membatalkan kunjungan ke Sumatera”, ucap Dewildonat dengan tekanan suara yang  teratur rapi.

“Baiklah”, sambut Ratu Wilhelmina. “Tapi kamu yang lima belas, harus menjeput durian ke Sumatera, bawa kesini”, sambungnya.

“Saya ingin tahu rasa durian yang membuat tentara Belabda disersi dan kamu tembak”, kata si Mina lagi, sambil menunjuk Eizerescrim.

—-  ( tulisan ini cuma fiksi) —

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button