LampungSumatera

Jalan Menuju Penyebrangan Perahu di Pekon Banjar Sari Tanggamus Ditutup Pondasi Beton

BeritaNasional.Id, Tanggamus – Lampung, Berdalih penyebrangan perahu tidak berfungsi dan jalan diakui sebagai tanah miliknya. Jalan penyebrangan menuju perahu ditutup oleh seorang warga dan dipergunakan membangun pondasi beton yang akan di gunakan sebagai bak penampungan tambang pasir milik pribadi.

Pembangunan bak beton di tengah jalan menuju tepian sungai semaka yang di klaim milik pribadi tersebut, menjadi buah bibir di kalangan masyarakat luas, pasalnya jalan tersebut sudah ada sebelum mereka lahir sehingga masyrakat berharap agar pemerintah segera menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pasalnya, penyebrangan perahu yang sudah ada sejak era tahun 1950an menjadi tempat penyebrangan yang strategis dan sangat ramai dilalui pejalan kaki maupun kendaraan bahkan dari luar daerah seperti lampung barat saat itu. Sehingga dampak dari terputusnya penyebrangan sangat dirasakan oleh masyarakat banjarsari maupun Sudimoro dan masyarakat luas yang menggunakan penyebrangan tersebut.

Selain itu, dibidang ekonomi masyarakat Pekon Banjarsari yang biasa melakukan perdagangan di sudimoro kini terhambat, begitu juga di bidang kesehatan masyarakat banjarsari yang biasa berobat di Puskesmas Sudimoro, serta bidang pendidikan banyak masyarakat Sudimoro yang bersekolah di SMP di Banjarsari, begitu juga sebaliknya bayak warga banjarsari yang sekolah PAUD di Sudimoro.

Kini penyebrangan yang menjadi kebanggaan dan icon Pekon Banjarsari lumpuh total akibat pendangkalan sungai. Karena pendangkalan sungai perahu yang biasa digunakan untuk penyebrangan kini sudah di rongsok tidak berfungsi.

Ditambah lagi jalan menuju sandaran perahu kini di dirikan bangunan beton sebagai bak penampungan pasir. Masyarakat pun berharap agar penyebrangan tersebut di bangun jembatan oleh pemerintah.

Warga yang menyebut jalan tersebut milik pribadi adalah Aris, warga Pekon Banjarsari Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus yang mengaku bahwa jalan selebar 4 meter tersebut merupakan milik keluarganya dan jalan umum selama ini hanya menumpang di  tanah miliknya.

“Karena penyebrangan sudah tidak berfungsi dan perahunya juga tidak ada, jadi saya bangun bak penampungan sedotan pasir untuk usaha. Jalan itu masih tanah kami karena menurut orang tua kami batasnya Siring sebelah jalan,” kata Aris ditemui kediamannya, Selasa (21/12/21).

Namun pernyataan tersebut, berbanding tebalik seperti dikatakan oleh H. Muhammad Basrowi (80) warga PekonSudimoro Bangun sebagai tetua juga pelaku sejarah yang membuka kawasan tersebut sebelum menjadi perkampungan.

H. Muhammad Basrowi menjelaskan bahwa sejak pertama kali dibukanya kawasan tersebut pada tahun 1949, jalan penyebrangan dari Pekon Banjar Sari ke Pekon Sudimoro Bangun sudah ada sejak jaman itu dengan lebar 4 meter.

“Jalan penyebrangan dari banjarsari ke sudimoro bangun, sudah ada sejak kawasan baru di buka, sekitar tahun 1949. Jalan itu dulu lebarnya 4 meter, jadi kalau sekarang ada yang ngaku milik pribadi itu salah, karena saya dulu ikut membuat jalan itu,” kata H. Muhammad Basrowi.

Atas informasi yang beredar di masyarakat, Kepala Pekon Banjar Sari, Gunarti datang ke lokasi guna meninjau langsung bangunan tersebut dan diapun menjelaskan bahwa jalan tersebut bukan milik pribadi melainkan jalan umum untuk penyebrangan dari kecamatan Wonosobo ke Semaka.

Hal itu juga dibuktikan dari keterangan tetua kampung yang tahu sejarah dan juga dari denah yang tertera di sertifikat tanah milik warga yang berbatasan dengan jalan tersebut.

“Berdasarkan keterangan tetua kampung pelaku sejarah pekon ini dan di tambah dengan denah lokasi yang tergambar dalam sartifikat tanah milik warga yang berbatasan dengan jalan itu, sudah jelas kalau itu adalah jalan umum untuk pengembangan,” tegas Gunarti.

Menurut Chairul Anak warga Pekon Sudimoro, atas terputusnya akses jalan penyebrangan menuju perahu, banyak bidang perekonomian warga Banjarsari yang berjualan di pasar Sudimoro, kesehatan banyak warga banjarsari yang berobat di Puskesmas Sudimoro dan bidang pendidikan banyak anak-anak Sudimoro yang sekolah SMP di banjarsari dan juga sebaliknya banyak anak-anak banjarsari yang sekolah di PAUD Sudimoro.

“Sekarang mereka harus memutar, lewat jembatan Pekon Banjar Negara yang jauhnya sekitar 7 km,” kata Chairul Anam. (Hardi Suprapto).

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button