Daerah

Longsor Di Kawasan Hulu Lereng Gunung Raung Akibat Intensitas Hujan Tinggi

BeritaNasional.ID,
BANYUWANGI – Intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan terjadinya longsor tanah di kawasan hulu dalam beberapa bulan terakhir ini dikawasan lereng Gunung Raung Banyuwangi. Begitu disampaikan Perekayasa Madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Imam Santosa dalam sosialisasi laporan hasil kajian pemeriksaan gerakan tanah/longsor di Banyuwangi, Selasa (22/5/18).

Dikatakan Imam, longsor berkali-kali yang terjadi di lereng Raung tersebut disebabkan curah hujan tinggi dan terus menerus. “Sudah kami cek langsung ke atas, ternyata hutannya masih sangat lebat. Jadi bukan karena hutan gundul seperti yang kami duga. Kesimpulannya, ini murni faktor alam yaitu curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan pergeseran tanah,” paparnya.

Akibat air hujan dengan intensitas tinggi itu, lanjut Imam, akhirnya mengikis permukaan tanah di lereng gunung sehingga menimbulkan pergesaran tanah atau yang dikenal dengan longsoran. Berdasar pantauan PVBMG, lanjutnya, areal longsor di hulu sungai Badeng tersebut cukup luas. Longsor yang terjadi di kawasan Raung ini mencapai ketinggian 390 meter dengan lebar 40-50 meter.

“Sekali lagi kami tegaskan, ini bukan akibat kontaminasi manusia. Karena lokasi longsor ini di hutan yang sangat tinggi, yang sangat susah dijangkau. Sehingga mustahil bagi orang melakukan aktivitas di lokasi semacam ini, seperti menebang pohon, alih lahan dan lainnya. Kemarin saja, untuk cek lokasi longsornya, saya dan tim butuh lima jam perjalanan menuju lokasinya,” lontarnya.

Menurut Imam, saat longsor beberapa waktu lalu, reruntuhan material dari tebing mencapai 1-2 juta meter kubik, yang berupa tanah, pasir, lumpur, dan pepohonan tumbang akibat pergeseran tanah. Material tersebut kemudian menimbun sungai Badeng yang menyebabkan peningkatan sedimentasi di sungai tersebut. “Reruntuhan material inilah yang meningkatkan potensi banjir bandang,” jelasnya.

Untuk itu, Imam meminta pemkab agar bisa mengajak warga sekitar aliran Badeng lebih waspada terhadap ancaman banjir bandang sewaktu-waktu. “Ada 14 desa dan empat kecamatan yang berpotensi terdampak bencana ini,” ujarnya.

Imam lalu merekomendasikan beberapa tindakan mitigasi yang perlu dilakukan pemkab bersama warga sekitar. Mulai dari membentuk forum warga untuk memudahkan berkomunikasi, hingga pemasangan CCTV di kawasan hulu.

“Bisa juga membuat sabo dam/tanggul penahan luapan banjir untuk mewaspadai air di hilir jika tiba-tiba berhenti dan memang terjadi sumbatan di hulu, maka warga harus segera melakukan pembobolan secara perlahan untuk mengurangi volume air yang tertampung di sana,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi Fajar Suasana menyatakan akan menindaklanjuti rekomendasi dari PVBMG tersebut. Pihaknya memastikan akan segera membentuk tim khusus pemantau kondisi di hulu.

“Akan ditindaklanjuti. Kami akan melibatkan warga pencari burung atau madu dengan cara meningkatkan pengetahuan mereka tentang tanda-tanda potensi banjir. Jadi saat mereka ke hutan dan melihat tanda-tanda itu, mereka bisa segera melaporkan kepada kepala desa setempat,” kata Fajar.

Ditambahkan Fajar, Banyuwangi sendiri sudah melakukan berbagai upaya mitigasi banjir bandang. Mulai dari normalisasi aliran sungai, pembersihan sendimentasi, hingga pelatihan penanggulangan bencana dan membentuk relawan tanggap bencana di desa-desa yang berpotensi terdampak bencana. “Dalam waktu dekat, kami juga akan segera lakukan pembenahan dam-dam air. Ini kami lakukan dengan kolaborasi bersama SKPD terkait,” tandasnya. (red/hms).

Caption : Imam Santoso, Perekayasa Madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), saat sosialisasi laporan hasil kajian pemeriksaan gerakan tanah/longsor di Banyuwangi

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button