Nasional

Mental Hoegeng

Thoha Muntaha

Salah satu profesi yang paling berat serta tugas dan tanggung jawab nya amat besar adalah polisi.

Pemilik uang tentu akan mengiming imingi hadiah jika berurusan dengan polisi untuk diringankan atau bahkan dibebaskan dari segala tuntutan.

Oleh sebab itu hadirnya sosok Hoegeng dalam dunia kepolisian laksana seperti sabun pembersih yang mengkilaukan cahaya dan menumbuhkan optimisme masyarakat terhadap sentuhan keadilan.

Isu rekening gendut atau bemper kekuasaan dan serenceng stigma negatif yang di arahkan kepada polisi niscaya hilang seketika saat sistem mental Hoegeng bekerja dengan efektif.

Sistem mental Hoegeng bukan hanya menjunjung tinggi aturan tapi juga etika dan estetika kepatutan hingga ketika beliau diangkat menjadi orang nomor satu di imigrasi serta merta istrinya ibu Mery yang berjualan bunga disuruhnya tutup.

“”Kenapa” tanya sang istri kaget.

“Apa hubungannya dengan jabatan bapak ” lanjutnya.

“Bapak hanya khawatir terhadap orang orang yang berurusan dengan imigrasi menggunakan toko bunga ibu sebagai diplomasi pelicin,” demikian jawab Hoegeng.

Nampaknya tekad Hoegeng untuk membersihkan mafia imigrasi berlanjut pada keengganannya datang ke Cendana karena ia melihat sendiri tokoh mafia imigrasi dengan reputasinya sebagai raja penyelundup Roby Cahyadi terlihat olehnya berbincang akrab dengan Presiden Soeharto.

Bahkan kemudian Hoegeng dengan herois menyeret Roby Cahyadi ke pengadilan dan di vonis sepuluh tahun penjara dengan resiko Hoegeng di “pensiun” kan di usia 49 tahun.

Kata “sakti” yang bisa dikenang dari beliau tentang pemberantasan korupsi salah satunya adalah ;

“Kalau mau menghilangkan korupsi di negeri ini sebenarnya gampang, ibaratnya kita mau mandi dan membersihkan badan itu harus dimulai dari atas ke bawah. Membersihkan korupsi juga demikian. Harus membersihkan korupsi di tingkat atas atau pejabatnya lebih dulu,
lalu turun ke badan atau level pejabat eselonnya dan akhirnya ke kaki hingga telapak atau ke pegawai paling bawah”.

Sistem mental Hoegeng nampaknya juga melekat erat pada sosok Brigjen polisi Kahar yang menolak biaya haji dari fasilitas Kapolri.

Akar sistem mental Hoegeng ternyata berasal dari sabda Nabi Saw ;

“Sesungguhnya yang halal itu jelas sebagaimana yang haram pun jelas.

Diantara keduanya terdapat perkara syubhat (pantas dan tidak pantas),
yaitu perkara samar yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang.

Barang siapa yang menghindarkan diri dari syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatan nya.

Barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.

Sebagaimana ada penggembala yang menggembalakan ternaknya disekitar tanah larangan yang hampir saja menjerumuskannya.

Ketahuilah setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara perkara yang diharamkan Nya,” HR Bukhari dan Muslim.

Sekali lagi mental Hoegeng menjunjung tinggi asas kebenaran sekaligus kepatutan yang dimulai dari diri sendiri.

Semangat untuk Indonesiaku.. !

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button