Nusa Tenggara Timur

Oinlasi Jadi Role Model Pengentasan Stunting, Undana Hadirkan Inovasi Teknologi dan Pemberdayaan

BeritaNasional.ID, SO’E — Desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), kini menorehkan sejarah baru sebagai pusat inovasi pengentasan stunting. Hal ini terwujud melalui kunjungan Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana), Prof. Maxs U. E. Sanam, bersama Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), Dr. Herry Zadrak Kotta, pada Kamis (21/8/2025).

Kehadiran rombongan Undana disambut meriah oleh pemerintah desa dan masyarakat setempat melalui prosesi adat natoni, sebuah ritual penghormatan penuh makna yang menandai kebanggaan dan harapan besar terhadap program yang dibawa perguruan tinggi terbesar di NTT ini.

Dalam kunjungan ini, Undana tidak sekadar datang untuk melihat mahasiswa KKN Tematik yang sedang bertugas, tetapi juga menghadirkan rangkaian program inovatif yang dirancang untuk menekan angka stunting sekaligus memberdayakan masyarakat desa.

Rektor menjelaskan bahwa Oinlasi dipilih sebagai salah satu desa percontohan karena memiliki tantangan serius terkait gizi dan kemiskinan, dua isu yang saling berkaitan dan harus dipecahkan secara komprehensif.

Program pertama yang dihadirkan adalah pembentukan kebun gizi, sebuah lahan produktif yang berfungsi sebagai sumber pangan sehat bagi keluarga. Kebun ini didesain untuk menyediakan sayuran bergizi yang mudah diakses oleh masyarakat setempat. Kehadiran kebun gizi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan harian, tetapi juga sebagai sarana edukasi agar masyarakat terbiasa mengonsumsi makanan sehat yang ditanam sendiri.

Selain itu, Undana mendirikan polindes komunikasi dan edukasi stunting sebagai pusat informasi dan konsultasi bagi ibu hamil, ibu menyusui, serta keluarga yang memiliki balita. Polindes ini dilengkapi sarana edukasi berbasis teknologi agar pesan mengenai pentingnya gizi seimbang, pola asuh, dan sanitasi dapat tersampaikan secara tepat dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Tidak berhenti di situ, Undana juga memperkenalkan model sekolah mandiri pangan komunitas, sebuah konsep pendidikan berbasis praktik yang mengajarkan anak-anak dan remaja untuk mengenal pertanian berkelanjutan, pengolahan pangan, dan pola hidup sehat.

Konsep ini diharapkan menanamkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya kemandirian pangan, sehingga masalah gizi buruk dapat dicegah dalam jangka panjang.

Sebagai wujud dukungan konkret, Undana menyalurkan bantuan 100 ekor ayam KUB (Kampung Unggul Balitbangtan) lengkap dengan pakan, vitamin, vaksin, dan instalasi listrik. Bantuan ini bukan hanya hibah, tetapi menjadi bagian integral dari program KKN Tematik.

Mahasiswa dilibatkan untuk memastikan sistem pemeliharaan ayam berjalan baik dan memberi dampak ekonomi bagi keluarga penerima. Dengan ketersediaan ayam KUB, masyarakat memiliki akses protein hewani melalui telur dan daging, yang sangat penting dalam mencegah stunting.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Maxs U. E. Sanam menegaskan bahwa program ini merupakan bentuk tanggung jawab Undana sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya berperan dalam dunia akademik, tetapi juga hadir memberikan solusi nyata bagi persoalan sosial-ekonomi di NTT.

Ia menyoroti bahwa stunting tidak sekadar persoalan kesehatan, melainkan juga berkaitan erat dengan kemiskinan. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan harus meliputi pemenuhan gizi dan penguatan ekonomi keluarga.

“Kita tidak boleh melihat stunting hanya dari aspek kesehatan. Ini juga persoalan kemiskinan dan kemandirian. Karena itu, program yang kami bawa ke Oinlasi tidak hanya berbicara tentang gizi, tetapi juga bagaimana masyarakat bisa mandiri secara ekonomi,” ungkap Prof. Maxs.

Beliau mengatakan bahwa dua hari sebelumnya, Undana telah berdiskusi dengan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Prof. Fauzan, yang menyampaikan dukungan penuh terhadap langkah-langkah percepatan penurunan stunting melalui sinergi perguruan tinggi.

“Kami ikut bertanggung jawab untuk beberapa kabupaten di NTT, dan ini merupakan bagian dari komitmen Undana. Selain Oinlasi, ayam KUB juga telah kami distribusikan ke beberapa wilayah lain di TTS,” ujarnya.

Apresiasi datang dari Kepala Desa Oinlasi, Margarita Mella, yang menyebut kunjungan ini sebagai kehormatan besar bagi warganya. Ia menilai, kehadiran Undana bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga menghadirkan harapan baru bagi pembangunan desa mereka.

“Kami sangat berterima kasih kepada Undana. Ini bukan sekadar seremoni, tetapi langkah nyata untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat kami,” ujarnya.

Selain program yang sudah berjalan, Undana juga memperkenalkan Rumah Komunikasi Stunting (Rukom Stunting) yang digagas oleh Prof. Injte Picauly. Rukom ini akan menjadi pusat koordinasi lintas sektor yang tidak hanya mengedepankan aspek kesehatan, tetapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Salah satu inovasi andalannya adalah KOKO KEPO, sebuah konsep integrasi yang menggabungkan Kolam Lele dan Sayur, Komunikasi Elektronik, Kebun Sayur dan Kandang Ayam, serta Pojok Literasi. Konsep ini dirancang untuk menciptakan ketahanan pangan berbasis keluarga, mempermudah komunikasi antar pihak terkait, dan meningkatkan literasi masyarakat tentang gizi.

Prof. Injte menjelaskan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi pentahelix, yakni kerja sama pemerintah pusat dan daerah, akademisi, sektor swasta, masyarakat, media, dan aparat keamanan.

“Stunting dan kemiskinan hanya bisa diatasi jika semua pihak bergerak bersama dalam satu fokus,” tegasnya.

Prof. Maxs menutup kunjungan dengan optimisme bahwa langkah ini akan menciptakan desa yang sehat, mandiri, dan menjadi inspirasi bagi daerah lain.

“Ini bukan sekadar soal kesehatan, tetapi juga tentang menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat,” tandasnya.*

(Alberto)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button