InternationalMetroNasionalRagam

Perbedaan Cara RI dan Negara Lain Tangani Corona

BeritaNasional.ID, Jakarta – Secara resmi mengonfirmasi kasus virus corona atau Covid-19 di dalam negeri. Presiden Jokowi pada Senin (2/3) mengumumkan dua orang Indonesia positif terinfeksi virus tersebut.

Kasus corona di Indonesia terbilang baru dibanding negara tetangga yang lebih dulu memiliki pasien infeksi ini, dan jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Tidak heran ada negara seperti Australia sempat meragukan laporan Indonesia bebas corona.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan klaim Indonesia terkait belum ada data soal infeksi virus corona merupakan “fungsi dari kemampuan mereka untuk menguji”.

Pengumuman kasus pertama corona di Indonesia menuai kepanikan, warga menyerbu toko-toko memborong barang kebutuhan hingga harga masker melambung tinggi.

Ada kekhawatiran pemerintah tak siap menghadapi virus mematikan di tengah korban jiwa di seluruh dunia yang menyentuh 3.000 orang.

Sejumlah negara seperti China, Korea Selatan, Singapura, dan Iran, tercatat memiliki kasus corona lebih dulu dari Indonesia. Namun, sistem penanggulangan Covid-19 di Korea Selatan dan Singapura dianggap mampu meredam penyebaran virus tersebut.

Korea Selatan bahkan menjadi negara pelopor yang menerapkan sistem pemeriksaan corona via drive-through demi mempermudah masyarakat guna memeriksakan diri.

Berikut cara negara-negara dalam menanggulangi penyebaran virus corona.

Indonesia

Segera setelah Jokowi mengumumkan dua warga Depok positif corona, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil langsung menetapkan status siaga 1 dan membentuk tim satgas.

Kementerian Kesehatan juga langsung menelusuri aktivitas dan siapa saja yang menjalin kontak dengan kedua pasien positif corona tersebut. Pemerintah akan menanggung biaya penanggulangan infeksi virus corona.

Selain anggaran dari Kemenkes, biaya penanggulangan juga dibebankan kepada pemerintah daerah dan atau sumber dana lain yang sah.

Jokowi mengatakan pemerintah telah menyiapkan 100 rumah sakit dilengkapi ruang isolasi virus corona dengan standar WHO.

Pemerintah mengklaim memiliki tim gabungan TNI/Polri dengan sipil untuk menghadapi risiko penyebaran virus corona. Indonesia dikabarkan tengah mempersiapkan crisis center penanganan infeksi mematikan tersebut.Namun, Indonesia belum memiliki aturan khusus terhadap kedatangan warga asing terutama dari negara terpapar corona. Pemerintah hanya memperketat pintu masuk bandara di daerah-daerah. Kepala Staf Presiden Moeldoko menyebut pemerintah bakal membatasi warga negara asing masuk.

Kementerian Luar Negeri sendiri menuturkan pembatasan masuk bagi warga asing harus terlebih dahulu dirundingkan dengan seluruh instansi terkait.

Selebihnya, jajaran pemerintah mengajak masyarakat lebih baik lagi menjaga kesehatan dan kebersihan. Pemerintah juga mengimbau awarga yang merasakan gejala Covid-19 untuk tidak takut memeriksakan diri ke rumah sakit.

China

Virus corona mulai merebak sejak akhir 2019 di Wuhan, China. Sebulan setelah virus itu muncul dan mulai memakan banyak korban, China memutuskan mengisolasi Kota Wuhan, Provinsi Hubei, yang menjadi sumber penyebaran Covid-19.

Ketika virus kian menyebar, China mengisolasi beberapa kota lainnya di Hubei. Pemerintah langsung membangun dua rumah sakit yang khusus menangani virus corona yakni RS Huoshenshan dan RS Leishenshan.

RS Huoshenshan bahkan dibangun hanya dalam waktu 10 hari saja. Padahal, RS tersebut dibangun di atas lahan 25 ribu meter persegi atau setengah dari luas Lapangan Banteng Jakarta.

Namun, sejumlah pihak masih menganggap China tidak terbuka sepenuhnya mengenai penanganan kasus corona terutama setelah kematian Li Wenliang, dokter di China sekaligus whistleblower yang memperingatkan publik terhadap potensi merebaknya virus corona di awal kemunculan.

Hingga kini, kasus virus corona di China mencapai 80.303 orang dengan jumlah kematian mencapai 2.946 jiwa.

Meski begitu, jumlah kasus infeksi corona di China hari ini dilaporkan semakin menurun. Bahkan pemerintah China menyatakan ratusan pasien dinyatakan sembuh.

Korea Selatan

Sementara itu, Korea Selatan berupaya menerapkan cara yang lebih inovatif dan mempermudah masyarakat agar mau memeriksakan diri ke rumah sakit demi mengantisipasi penyebaran corona.

Sejauh ini, Korsel menjadi negara dengan kasus corona terbanyak setelah China. Per hari ini, Korea Selatan memiliki 4.812 kasus dengan 28 kematian.

Beberapa kota di Korsel, seperti utara Goyang, mulai membuka stasiun pemeriksaan corona melalui layanan drive-through. Warga kota di utara Seoul itu yang tak memiliki banyak waktu bisa tetap tes corona tanpa harus turun dari kendaraan.

Pengemudi bisa menghampiri pos drive-through, di sana petugas medis berpakaian pelindung lengkap akan mengecek suhu tubuh, termasuk mengambil sampel lendir tenggorokan.

Wali Kota Goyang Lee Jae-joon, menyebut cara ini lebih aman dan cepat untuk melacak suspect corona daripada pemeriksaan di rumah sakit dan klinik.

“Dengan cara ini lebih sedikit orang-orang menjalin kontak tatap muka. Jika kita melakukan pemeriksaan di ruangan tertutup, ada kekhawatiran jika suspect corona bisa menularkan penyakit ke orang lain di ruangan tunggu,” kata Lee.

Kemenkes Korsel juga membuat aplikasi yang wajib digunakan warga terutama turis asing. Aplikasi itu mengharuskan turis mengisi semacam diari terkait aktivitas mereka setiap hari selama berada di Negeri Gingseng.

Para turis diminta mengisi sejumlah kolom seperti suhu tubuh dan apakah mengalami gejala Covid-19.

Korsel menanggung biaya pemeriksaan virus corona bagi setiap warga dan warga asing tak terkecuali imigran ilegal.

Singapura

Singapura menjadi negara dengan kasus corona terbanyak di Asia Tenggara, yakni 108 kasus. Meski banyak warga yang terpapar, sejauh ini belum ada pasien corona di Singapura dilaporkan meninggal.

Kasus kematian nihil itu dinilai banyak pihak terjadi lantaran pemerintah Singapura cepat tanggap dalam menanggulangi penyebaran virus sejak pertama kali muncul di negara tersebut.

WHO bahkan memuji cara efektif pemerintah Singapura untuk mengedukasi masyarakat demi menyetop penyebaran.

Singapura juga dinilai teliti dalam menelusuri jejak interaksi setiap pasien corona dengan warga lainnya demi meredam risiko penularan. Singapura runut melacak aktivitas pasien corona sebelum diketahui positif Covid-19, termasuk melacak riwayat perjalanan mereka.

Singapura mengonfirmasi kasus corona pertama pada 23 Januari. Dua pekan setelahnya, pemerintah Negeri Singa itu langsung menaikkan tingkat risiko corona dari kuning menjadi oranye.

Kemenkes Singapura juga rutin memperbarui perkembangan setiap kasus virus corona yang baru maupun sembuh melalui situs resmi.

Presiden Singapura Halimah Yacob bahkan secara sukarela memotong gajinya satu bulan demi memberi bonus kepada para petugas medis serta pejabat publik yang berada di garda terdepan dalam menangani corona.

Pemerintah Singapura juga menginstruksikan seluruh menteri dan anggota parlemen untuk melakukan hal serupa.

Iran

Iran menjadi negara yang memiliki kasus virus corona terbanyak di Timur Tengah yakni 1.501 kasus. Negara tersebut bahkan memiliki angka kematian akibat corona tertinggi setelah China yakni 66 jiwa.

Kasus virus corona terus meningkat di Iran, namun pemerintah tidak menerapkan karantina. Kekhawatiran merebak karena peralatan medis di negara tersebut kurang memadai.

Sedikitnya delapan pejabat Iran dilaporkan terinfeksi corona, termasuk Wakil Presiden Masoumeh Ebtekar. Anggota badan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Mohammad Mirmohammadi dinyatakan meninggal dunia setelah terinfeksi virus itu.

Sejumlah ahli kesehatan Canada bahkan memprediksi jumlah kasus corona di Iran lebih banyak dari yang diungkap pemerintahan Presiden Hassan Rouhani.

Sejauh ini, Rouhani mengatakan pemerintah belum berencana mengisolasi kota Qom yang menjadi sumber penyebaran corona di Iran.

Kepada pejabat kesehatan Iran, Rouhani menuturkan pemerintah akan melanjutkan kebijakan “isolasi individual”. (*)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button