BondowosoDaerahJawa TimurPendidikan

Workshop GSM Untuk Mewujudkan Ekosistem Positif Sekolah Di Bondowoso

Berita Nasional.ID, BONDOWOSO JATIM – SMPN 1 Pujer bersama Universitas Jember (UNEJ) menggelar workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) di aula SMPN 1 Pujer, Sabtu (23/09/2023).Dengan menghadirkan team leader DAP project, Honest Dody Molasy, S.Sos., M.A., CIQaR., CIQnR., CRP., (Dosen UNEJ), penggerak GSM, Anik Sidiartini, M.Pd., (KS SMKN 3 Bondowoso), teacher from springside secondary school, Australia, Laode Muhammad Deny Razman, M.Ec., TESCOL., dan pegiat GSM Bondowoso, Dewi Yulianti, S.Tp., M. Sc., dan Sucik Indrwawati, S.Pd.I.

Workshop dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik), Dr. Drs. H. Sugiono Eksantoso, M.M. Dalam sambutannya, Kadisdik mengatakan bahwa pihaknya mensupport kegiatan GSM, agar nanti betul-betul bisa dilaksanakan.

“Apalagi ini mungkin workshop satu-satunya di Bondowoso bekerjasama dengan UNEJ. Yang manfaatnya akan sangat dirasakan oleh anak didik kita,” ungkap Kadisdik.

Menurutnya, anak-anak sekarang sangat berbeda dengan anak-anak zaman dulu. Ketika bangun pagi rasanya sulit dibangunkan untuk segera mandi, berpakaian dan bersekolah.

“Artinya, ketika disuruh ke sekolah sepertinya ada momok dan rasa takut bertemu dengan gurunya tanpa ada rasa rindu dan senang,” ujarnya.

Pihaknya berharap , kegiatan yang dilaksanakan hari ini dipraktekkan di sekolah masing-masing. “Biasanya hari Sabtu saya gunakan untuk menyidak sekolah. Tapi demi workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan ini, saya relakan hadir ke sini. Jangan sampai malah GSM ini berubah menjadi Gerakan Sekolah Membosankan,” tegas pak Gik.

Pak Gik menambahkan, agar efektivitas mengajar di Bondowoso semakin meningkat, pihaknya akan mengusung konsep mendekatkan rumah guru dengan sekolah.

“Dalam pemetaan kami, di Bondowoso akan mendekatkan tempat tinggal guru dengan sekolah, karena biasanya kalau tempat ngajarnya dekat dengan sekolah, guru itu akan lebih sungkan untuk tidak masuk,” urainya.

Sementara itu, dalam laporannya, Kepala Sekolah (KS) SMPN 1 Pujer, Rida Syamsiah, M.Pd., mengatakan, kegiatan ini adalah bentuk kerjasama sekolah dengan UNEJ dan disponsori oleh pemerintah Australia.

“Juga kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari pelatihan anak-anak dari sahabat karib yaitu kader remaja bahagia dimana selama tiga minggu anak-anak dilatih untuk menjadi kader-kader yang akan menyebarkan ilmu yang telah mereka peroleh kepada teman-temannya yang lain,” jelas Rida, sapaannya.

Anak-anak tersebut, lanjutnya, dilatih tentang pencegahan napza, sex bebas, pendidikan reproduksi, pencegahan stunting, pengenalan diri, kesehatan mental dan materi-materi lainnya.

“Mereka dididik langsung oleh dosen UNEJ dan kita juga menghadirkan pelajar dari Australia untuk bisa belajar langsung dengan anak-anak,” imbuhnya. Dalam kesempatan tersebut, anak-anak juga memiliki kesempatan untuk belajar praktek, baik dengan para pelajar dari Amerika maupun Australia. “Anak-anak sangat antusias. Hari ini gantian gurunya yang minta agar ada kegiatan serupa,” tukasnya.

Ditempat yang sama, team leader DAP project, Honest Dody Molasy, S.Sos., M.A., CIQaR., CIQnR., CRP., menjelaskan beberapa perbedaan sistem pembelajaran di Australia dengan di Indonesia. “Sebenarnya banyak perbedaannya. Kalau di Australia, hal yang paling penting untuk dikembangkan adalah karkater. Berbeda dengan Indonesia bahwa yang ditekankan oleh sekolah adalah bisa membaca. Jadi di SD, banyak anak-anak yang tidak diterima karena tidak bisa membaca sehingga kita tidak tau bagaimana karakternya,” jelas Honest.

Menurutnya, sistem yang diterapkan tersebut kurang tepat untuk siswa, karena masa anak-anak adalah masa untuk mengembangkan karakter. Dosen UNEJ itu menegaskan, bahwa Indonesia sangat bisa untuk menerapkan sistem pembelajaran Australia.

“Perubahan yang perlu dilakukan adalah perubahan mindset terutama untuk guru dan pengelola sekolah. Bagaimana guru dan pengelola sekolah bisa memahami karakteristik anak dan mengembangkan pola pendidikan yang ramah anak,” urainya.

Menurut hasil data dari penelitian yang di lakukan di Bondowoso oleh bapak Honest, angka partisipasi sekolah banyak yang masih rendah. “Ketika masa Covid misalkan, banyak yang dibawah 50%. Namun sekarang sudah naik di angka 70-80%. Namun masih banyak anak-anak yang tidak mau sekolah atau bolos sekolah,” ucap Honest.

Sedangkan fakta yang terjadi di lapangan, banyak dari siswa di Indonesia yang mengatakan bahwa hal yang paling menyenangkan dari sekolah adalah ketika bisa bolos bersama dan Jam kosong (Jamkos) di sekolah.

“Masalahnya, pola pendidikan kita tidak bisa mengembangkan kreativitas anak. Contohnya anak yang dianggap pinter adalah anak yang bisa Matematika, sedangkan anak-anak yang kotek’an dianggap sebagai perilaku yang tidak baik. Padahal, kotek’an itu merupaka suatu kreativitas yang mengarah kepada kesenian,” katanya.

Pihaknya menyarankan agar pendidikan di Indonesia, menyiapkan sarana agar anak-anak bisa menyalurkan aktifitas positif yang digemari.

Workshop GSM diikuti oleh 70 peserta dari KS dan guru se-Kecamatan Pujer dan dilaksanakan selama 7 jam 30 menit yang dimulai sejak pukul 08:30-15:00 WIB. Dengan menggunnakan sistem diskusi. (Zainul Muhaimin)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button