DaerahHeadlineSosialSumateraSUMUT

Yayasan Peduli Sepuluh Ribu Dhuafa, Temukan Anak Lumpuh Layu di Langkat

BeritaNasional.ID, Langkat – Di Desa Pulau Banyak, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumut, disinalah alamat ditemukannya bocah (anak) yang diduga terserang penyakit lumpuh layu dan kaku di pergelangan kaki dan tangan. Diperkirakan 10 tahun lamanya, bocah ini menahan sakit dan hidup tidak nomal.

Bocah tersebut bernama Syahrini (11) seorang wanita, anak dari pasangan Syaifullah (48) dan Sunarti (45). Mereka tinggal di gubuk (rumah) yang tidak layak huni, dengan ukuran 3 M x 4 M, di Lorong Sekolah, Desa Pulau Banyak, Kecamatan Tanjung Pura, Langkat.

Informasi dirangkum Wartawan, dicelah rangkaian kegiatan pemberian bantuan sprimbet berkaki, pampers anak, dan susu bubuk oleh Yayasan Peduli Sepuluh Ribu Dhuafa, yang di ketua Junaidi, Sunarti (ibu anak ini) menuturkan, sejauh ini belum ada bentuk perhatian Pemerintah Langkat terhadap kondisi penyakit yang diderita anaknya.

“Belum ada Pak kami dibantu,” sebutnya. Kemuadian Sunarti pun menceritakan, awalnya anak mereka sakit. Sejak usia 5 bulanan itu, Syahrini mengalami sakit demam panas yang tinggi, selanjutnya kejang-kejang (step) hingga saat ini, juga mau step, tutur Sunarti, seraya menuturkan kondisi anaknya yang melemah.

Sementara itu Junaidi selaku ketua Yayasan Peduli Sepuluh Ribu Dhuafa, menuturkan, pihak yayasan merasa iba/kasian dengan kondisi anak ini. Awalnya kami mendapat informasi dari warga setempat, yang menyebutkan, ada anak mengidap penyakit dengan kondisi tubuh yang tidak bisa digerakkan dan hanya berbaring saja di dihunian tidak layak huni.

“Kami lihat anak yang sakit itu berbaring tidur diatas terpal plastik yang hanya menutupi tanah lantai didalam rumahnya. Kasihan kita melihat, dan selanjutnya kami bantu sprimbet berkaki, pampers anak, dan susu bubuk, mungkin ini yang dapat kami berikan, sebagai bentuk simpati kami” ungkap Junaidi, yang akrap dipanggil Bang Odoh.

Bersama rekan-rekan didalam yayasan, pihaknya pun akan memberikan bantuan pampers dalam setiap bulannya kepada Syahrini, dan akan juga memperhatikan keluarga ini.

Selanjutnya Junaidi juga berharap, kepada pihak pemerintah dapat membantu keluarga ini, karena mereka hidup di dalam hunian rumah yang tidak layak huni, yakni dengan kondisi rumah berdinding tepas, berlantai tanah dan beratapkan daun rumbia.

Diketahui sebelumnya, ayah dari anak ini merantau ke Aceh bekerja, sementara sang ibu mencari nafkah mengambil upahan sebagai penyemat atap (membuat atap).

Selanjutnya, kedatangan rombongan pihak Yayasan Peduli Sepuluh Ribu Dhuafa, pada Rabu 1 Desember 2021 sempat membuat warga setempat kaget/terkejut. Sebab pihak yayasan datang secara mendadak dikediaman Sunarti.

Namun setelah bersilaturahmi dan berdialog antara pihak yayasan dan Sunarti, tetas air mata dan kata sedih sang ibu pun tak terbendungi saat itu, sehingga swasana terhentak hening sementara, di dalam gubuk hunian yang tidak layak huni terdebut.

Sang ibu pun menangis dan meneteskan air mata, serta menuturkan, kok bisa tau sedetil ini ini keadaan kami?

“Kami memeng belum bisa beli tempat tidur, sering terkendala membeli pampers dan susu bubuk,” tutur Sunarti, seraya berulang kali terlihat mencium sang anak dan mengatakan, adek!-adek! ini ada rezeki. Rezeki adek datang?, sebut Sunarti.

Sekali-kali Sunartipun berkata, mamak akan rawat adek sampai kapan pun, sampai akhir ayat adek, ungkapnya, dengan mata yang kembali bekaca-kaca.(Reza)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button