DaerahEks Keresidenan Madiun

Asa Industri Pariwisata Indonesia di tengah Badai Korona

Maret 2020 merupakan waktu yang tidak akan pernah dilupakan generasi yang hidup pada saat itu. Sebuah fenomena penyakit yang tidak biasa akhirnya benar-benar masuk ke Indonesia setelah masyarakatnya hanya bisa melihat dari media cetak maupun elektronik. Korona, satu kata yang seharusnya bermakna positif karena memiliki arti cantik yaitu “mahkota” dari bahasa latin, akhirnya terdengar negatif ketika menjadi nama sebuah virus baru yang memiliki bahaya menyerang sistem pernafasan manusia.

Secara ilmiah, virus ini disebut dengan Covid-19 yang merupakan akronim dari Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Angka 19 sendiri menunjukkan tahun dimana virus ini diduga pertama kali muncul di Provinsi Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok. Virus yang berbentuk mirip mahkota ini dalam waktu singkat menyerang manusia dengan berbagai latar belakang baik politik, ekonomi, sosial, budaya hingga suku bangsa.

Hingga hari Selasa, 2 Februari 2021 berdasarkan situs covid19.go.id tercatat positif korona sejumlah 1.099.687 kasus, sembuh 896.530 kasus dan meninggal dunia sebanyak 30.581 kasus. Jumlah positif meningkat setiap harinya dengan rata-rata pertumbuhan 10.000 orang per hari dari berbagai daerah di Indonesia. DKI Jakarta masih menempati peringkat sebagai provinsi dengan jumlah positif korona terbanyak di Indonesia yaitu 277.000 kasus. Namun yang lebih mengejutkan lagi, Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 7.919 jiwa.

Sebagai suatu musuh bersama yang tidak terlihat, virus korona tak hanya menyerang kesehatan manusia, namun juga perekonomian dari berbagai sektor. Banyak usaha kolaps karena tidak bertahan dengan kondisi yang tidak jelas kapan berakhirnya. Sektor pariwisata salah satunya, sempat menjadi sektor paling parah terkena dampak penyebaran virus covid-19. Mulai dari transportasi, agen travel, rumah makan, jasa tour guide, kamar penginapan, dan tentunya tempat wisata itu sendiri perlahan kehilangan pendapatan. Sebagian besar memutuskan untuk menutup sementara bahkan permanen tempat usahanya. Minimal yang dilakukan pemilik usaha adalah mengurangi jumlah karyawan agar dapat mempertahankan keberadaan tempat usahanya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan dalam diskusinya bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di akun instagramnya pada Minggu, 3 Januari 2021 bahwa sekitar 30 juta lapangan pekerjaan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak pandemi Covid-19. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Wakil ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Hubungan Internasional pada Senin, 11 Januari 2021 dimana hingga akhir 2020 total kerugian sektor pariwisata akibat pandemi covid-19 yang dibarengi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jawa-Bali atau kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kabupaten/kota mencapai lebih dari 10 triliun rupiah. Kerugian itu tercermin dari produk domestik bruto (PDB) nasional pada kuartal kedua dan ketiga 2020 yang mengalami kontraksi.

Bercermin dari data diatas, pemerintah tidak tinggal diam. Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menyatakan pemerintah akan memberikan stimulus melalui Anggaran Penerimaan Belanja Negara (APBN). APBN ini sifatnya luar biasa karena adanya pengeluaran negara dimana penerimaan negara mengalami kontraksi disebabkan kegiatan ekonomi yang juga menurun. Salah satunya pemerintah menyiapkan anggaran sebesar 15,1 triliun rupiah di tahun 2021 yang tersebar di kementerian/lembaga, non kementerian/lembaga, dan transfer ke daerah.

Terbaru, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/kepada Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan berbagai strategi yang dilakukan untuk memulihkan sektor pariwisata Indonesia yang terdampak oleh Pandemi COVID-19 dalam forum Menteri Pariwisata dan Sekretaris Jenderal se-ASEAN. Pihak Indonesia dalam acara yang digelar daring tersebut memberikan ide program bertajuk “Indonesia Care”. Program ini diharapkan akan memulihkan sektor pariwisata dengan mengimplementasikan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) di tempat wisata yang ada di Indonesia. Selain itu, Sandiaga menyatakan akan bergabung dengan pihak-pihak yang memiliki kaitannya dalam mengembangkan pariwisata di Asia Tenggara yaitu Komite Pariwisata ASEAN (ATCM). Dalam kolaborasi ini diharapkan produk wisata akan semakin berkualitas dengan meningkatkan kualitas standar pelayanan dan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di era New Normal.

Dengan adanya kebijakan dari pemerintah dalam menghadapi pandemi kali ini khususnya sektor pariwisata, masyarakat diharapkan untuk tidak takut jika akan berpergian ke tempat wisata. Namun, dengan adanya kebiasaan baru muncul pula aturan baru yang harus dipatuhi banyak pihak. Pihak pemerintah harus siap menyediakan suntikan dana, sosilaisasi ­new normal hingga sanksi tegas bagi para pelanggar. Pemilik tempat wisata harus mematuhi aturan pemerintah dengan menyediakan alat penunjang untuk memenuhi kriteria CHSE seperti air untuk cuci tangan, sabun atau­ hand sanitizer, bilik disenfektan, hingga masker sesuai standar atau face shield. Pelancong juga diharapkan kontribusinya dalam berkolaborasi memenuhi aturan baru ini yaitu dengan melakukan tindakan 5 M sebagai langkah pencegahan penularan virus COVID-19 seperti yang disarankan epidemolog Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak menjauhi kerumanan serta membatasi mobilisasi dan interaksi.

 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button