Ragam

Bencana Banjir Bandang NTT, Perlu Perhatian Pemerintah

BeritaNasional.ID, NTT – Banjir bandang yang terjadi di sejumlah wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu malam (4/4) sungguh sangat menyedihkan. Tidak kurang dari 68 orang dinyatakan tewas, 70 orang hilang, dan 50 buah rumah hancur, serta lima jembatan penghubung warga setempat patah, sebuah Kapal Motor Penumpang juga ikut tenggelam, dihantam ombak.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto, banjir bandang itu merupakan Siklon tropis Seroja, yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi peningkatan labilitas atmosfer dan yang dapat mendorong peningkatan kecepatan angin yang berdampak pada peningkatan ketinggian gelombang di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur.

Hasil liputan Tim BERNAS Network, menyebutkan. sekitar pukul 19.00 WITA, hujan sudah mengguyur di sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur. Pada malam harinya sekitar pukul 23.00 WITA, hujan turun semangkin deras, disertai tiupan angin cukup kencang, kemudian gemurih air bah dari wilayah perbukitan Kecamatan Adonara Timur menghantam rumah-rumah penduduk yang berada di pesisir sungai.

Sejumlah Kapal Motor Pengangkut Barang (KPB) dan Kapal Motor Pengangkut Penumpang (KMP) diantaranya KMP Jatra 1, ketika berada di Pelabuhan Bolok, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) diterjang ombak, hingga bagian lambung kapal itu pecah dan bocor, hingga tenggelam kedalam laut, kata Kabid Humas Polda NTT Kombes Rishian Krisna Budhi Aswanto. terangannya kepada wartawan, Senin (5/4/2021).

Menurut Kapusdatinkom BNPB Raditya Jati dalam jumpa pers online, Senin (5/4/2021), bencana hidrometeorologi dari Siklon tropis Seroja itu sudah memporak- porandakan pada Kota Kupang, dan 10 Kabupaten di NTT. Seperti kabupaten Flores Timur, Lembata, Timor Tengah Selatan, Malaka Tengah, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Ende dan Ngada.

Selain telah memutuskan lima jembatan penghubung antara wilayah perkampungan warga, sejumlah pepohonan yang tumbang, dan tanah longsor. BNPB juga mencatat, 17 unit rumah hanyut, 60 unit rumah terendam lumpur. 68 orang meninggal, terdiri 44 orang di Kabupaten Flores Timur, 11 orang di Kabupaten Lembata, 2 orang di Kabupaten Ende, dan 11 orang di Kabupaten Alor.

Selain itu, dilaporkan ada 70 orang hilang, yang terdiri atas 26 orang di Flores Timur, 16 orang di Kabupaten Lembata, dan 28 orang di Kabupaten Alor. BNPB mencatat ada 938keluarga atau 2.655 jiwa terdampak akibat bencana. Pendataan korban masih dilakukan. Sementara itu, 15 orang mengalami luka-luka dengan rincian 9 di Flores Timur, 1 di Kabupaten Ngada, dan 5 di Kabupaten Alor. Akibat tertipa reruntuhan bangunan rumah.

“Berdasarkan laporan Kades Nelelamadike Pius Pedang Melai, puluhan warga meninggal tertimbun bangunan dan tanah longsor itu belum bisa digali, karena tidak ada alat berat,” ujar Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Boli, ketika dihubungi wartawan.

Selain itu Agustinus juga mengatakan, Jumlah pasti korban jiwa masih belum diketahui. berdasar data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, 44 warga dilaporkan tewas dan tujuh lainnya dinyatakan hilang.

Korban yang telah ditemukan dalam kondisi meninggal, hingga Senin siang (5/4) ada 11 orang. Tujuh jenazah telah dimakamkan, sementara empat jenazah lainnya masih di identifikasi. Petugas RSUD Lewoleba ditugaskan untuk mengidentifikasi jenazah sebelum dimakamkan. Proses pengiriman bantuan masih sulit dilakukan.

Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Siprianus Meru, karena akses ke lokasi bencana terganggu hujan deras dan gelombang air laut masih tinggi. Namun demikian, evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terus dilakukan dengan cara manual.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, mengatakan Situasi keadaan di lokasi bencana hingga Senin sore (5/4), terdapat 15 titik akses jalan tertutup pohon tumbang. Listrik padam, internet mati. Kondisi Kota Kupang nyaris lumpuh, di lapangan penuh dengan lumpur dan puing-puing kayu yang roboh.

Bupati Flores Timur, Anton Hadjon mengatakan, informasi bencana banjir bandang di empat kecamatan itu baru ia dapatkan sekitar pukul 08.00 WITA karena jaringan komunikasi yang terputus. Dengan demikian, pengiriman makanan untuk 1.200 orang korban bencana banjir yang mengungsi, belum dapat dilakukan, karena putusnya jembatan penghubung dan akses jalan yang tertutup longsor. (Djohan Chaniago).

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button