ACEHMetroRagamReligi

Berharap Covid-19 Segera Berlalu, Adrian Mengaku Omset Ambruk

Pandangan Mubalig terhadap Covid-19: Jangan Panik dan Jangan Abaikan Anjuran Pemerintah

BeritaNasional.Id, Banda Aceh – Efek buruk dari kondisi pandemi Covid-19 bukan saja mengancam kesehatan bagi manusia tetapi, ekonomi pun tidak sedikit yang menjadi ambruk. Andrian salah seorang pedagang “Mie Arang” ( Mie Aceh dimasak menggunakan bahan bakar dari bara-read)mengungkapkan betapa beratnya melalui limit waktu mulai bulan Maret hingga November tahun 2020 ini.

Pria asal Gampong (Desa-read) Lampisang Tunong, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar -Aceh ini, mengaku telah menjalankan usaha warung kopi dengan jajanan utama adalah Mie Aceh memasak ala tradisional tersebut sudah mencapai 5 tahun. Khususnya membuka usahanya secara mandiri di Simpang Jantho, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar. Sedangkan sebelumnya diakui Andrian dirinya juga sempat berdagang “Mie Aceh masak Arang”ini, termasuk di Pusat Ibu Kota Kabupaten Aceh Besar di Kota Jantho.

Menurut Adrian, sejak isu Corona atau Covid-19 mulai merambah Aceh, tidak kurang dari 50 persen pendapatannya berkurang. Mengapa tidak, posisi usaha yang dijalankan Andrian bertepatan di persimpangan yang mengandalkan pelanggan dari tamu yang datang pergi, dari dan Ke Kota Jantho.

“Pelanggan saya hanya orang pulang pergi dari dan ke Kota jantho, sementara bila orang sekitar atau pelintas jalan jalur jarak jauh jarang mampir disini, mereka sering beristirahat makan dan minum di dataran tinggi Saree,” kata Andrian, saat diwawancara media ini di tempat Usahanya di Simpang Jantho, Seulimum, Aceh Besar, Selasa malam, (10/11).

Meski demikian, lanjut andrian, dirinya tetap memcoba untuk terus berjuang dan berdagang. Bìla diingat soal beban, terkadang Adrian sesekali sempat memandang ke atas seperti lagaknya orang prustasi.

“Saat ini perbulan hanya mampu saya kumpulkan uang paling besar sekitar lima belas juta, sementara beban biaya operasional mencapai empat belas juta perbulan” sebut adrian sembari merinci kebutuhan biaya operasional tempat usahanya itu.

Dirincikan Adrian dirinya perhari wajib mengeluarkan biaya operasional minimal Rp 600 hingga Rp 700 ribu. Biaya tersebut meliputi belanja modal berbagai hal yang dibutuhkan untuk menjalankan usahanya, misalnya bahan baku Mie Arangnya, persiapan untuk operasional dapur kopi, biaya rumah tangga, kebutuhan biaya gaji dan konsumsi karyawan dan sejumlah kebutuhan lain yang dibutuhkan setiap hari untuk menjalankan usaha Mie Arangnya itu.

Kata Adrian, hal tersebut paling terasa selama pandemi ini menlanda, sebab permintaan Mie arang atau pengunjung yang datang menurun drastis. Ia berharap pandemi Covid-19 ini dapat segera belalu dan kembali ke suasana normal. Sebab kondisi seperti ini sangat merisihkan siapapun dan akan berdampak buruk bagi semua lini. Kepada para pelanggan atau masyarakat, Andian juga mengajak untuk dapat mengikuti anjuran pemerintah dalam mengahdapi kondisi ini, sehingga penyebaran Covid-19 yang masih mengancam dapat segera hilang total dan tidak ada lagi yang terinfeksi kedepan.

“Kami sangat mengharapkan kondisi ini dapat segera berakhir dan saya sepakat seperti anjuran pemerintah untuk dapat mengikuti anjuran prokes Covid-19,” demikian ujarnya.

Pandangan Mubalig terhadap Covid-19: Jangan Panik dan Jangan Abaikan Anjuran Pemerintah

Secara terpisah, Mubalig atau penceramah atau Tokoh Agama Islam, Tgk Saipul Bahri salah seorang Mubalig yang selama ini kerap mendapat undangan dari berbagai kalangan masyarakat untuk menyampaikan ceramah agama dalam rangka menyambut hari kelahiran Rasulullah SAW, mengungkapkan bahwa ancaman pandemi Covid-19 ini benar benar ada.

Wabah serupa bukanlah kali pertama di tahun 2020 menimpa dunia ini tetapi, sejak Zaman dahulupun sudah pernah ada, sembari Samsul menceritakan. Bahwa pada suatu masa dahulu, sebagaimana dituliskan dalam salah satu Kitab berbahasa Arab yang dibacanya, dituliskan, pada suatu ketika, pergilah seorang Aulia atau waliyullah (sebutan kepada orang ahli Ibadah Agama Islam-read) pernah bertemu dengan sekolompok makhluk dengan nama “Thaeun” (kaum Virus-read).

Tidak disebut nama asli Waliyullah itu oleh Samsul, namun dilanjutkan Samsul, Aulia Allah itu sempat terlibat percakapan panjang dengan kelompok “Tha’eun” itu. Dimana para Tha’eun itu hendak menuju ke suatu kampung (desa-read) untuk menyerang seribu warga di kampung yang dituju, semua itu dilakukan kelompok Tha’eun tersebut atas perintah Allah.

Aulia yang bersangkutan tidak disebutkan ada atau tidaknya berupaya untuk mencegah, namun, sekembali kelompok Tha’eun itu dari tugasnya Waliyullah ini kembali berjumpa dengan Kelompok Tha’eun itu dan mempertanyakan kerja mereka yang dinilai oleh waliyullah itu telah melanggar dari janji mereka (Tha’eun) sebelumnya mereka menyebutkan hanya 1000 orang, tapi berdasarkan informasi yang diterima oleh Waliyullah itu, sejak penyerangan Tha’eun di pemukiman dimaksud angka kematian manusia mencapai 50.000 orang.

Apakah, lantas Tha’eun yang salah ? Kelompok Tha’eun pun membantahnya, bila mereka tidak mengingkari janji dan mereka tidak menyerang selain sejumlah orang sesuai dengan perintah Allah saat mereka hendak melaksanakan misi penyerangan, papar Tgk Samsul Bahri yang notabennya adalah Alumni Dayah salafi terkenal di Kabupaten Aceh Besar yaitu Ruhul Fata, Dayah Abu Wahab Seulimum.

Lanjut Tgk Samsul, kenapa justeru 86 persen lebih besar orang meninggal dibandingkan angka yang ditargetkan oleh kalompok Tha’eun ? Semua itu lanjutnya, diakibatkan oleh kepadanikan yang berlebihan dalam menyikapi sebuah cobaan yang Allah kirimkan. Sembari Tgk Samsul menyebutkan salah satu contoh yang juga terjadi di Aceh Besar dalam masa pandemi Covid-19 mewabah. Dimana salah seorang ibu rumah tangga di Salah satu Kecamatan di Aceh Besar, terpaksa dilarikan ke rumah sakit jiwa akibat stress berat, pasca beberapa orang kerabatnya bertamu kerumahnya dalam suasana maraknya isu ancaman Corona.

Wanita tersebut, sambung Tgk Samsul, akhirnya dilarikan ke Rumah sakit jiwa setelah lari ke hutan semak belukar di belakang rumahnya, karena tidak takut bersalaman dengan kerabatnya yang bertamu, khawatir terinveksi Covid-19.

“Tidak perlu panik dalam menyikapi suatu cobaan yang Allah kirimkan, tetapi, kebersihan sebagaimana yang dianjurkan harus tetap dijalankan, sebab kebersihan itu bukan cuma anjuran pemerintah, tetapi Allah pun menyukai orang orang yang bersih,” terang Tgk Samsul.

Tgk Samsul yang saat itu hadir di Komplek Perumahan Care, Gampong Teureubeh, Kecamatan Kota Jantho, Aceh Besar dalam rangka menyampaikan dakwah islamiyah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW oleh warga setempat. Menganjurkan, agar masyarakat Aceh yang notabennya adalah Umat islam, tidak perlu menanggapi terlalu berlebihan. Allah adalah tempat memohon, meminta dan tempat mengadu, hanya Allah yang dapat menetapkan dan memutuskan sesuatu perkara.

“Bermunajah kepada Allah, hanya IA yang dapat memberikan dan menghilangkan seauatu dari hambaNYA, Tiada daya dan Upaya selain atas Kehendaknya, namun, mematuhi anjuran pemerintah itu juga Anjuran Allah, untuk mematuhi pemimpin, sejauh hal itu tidak bertentangan dengan Anjuran Allah,” demikian pesannya.

Sementara berdasarkan laporan Gugus tugas Covid-19 Provinsi Aceh, hingga Rabu, 11 Oktober 2020, jumlah angka terdeteksi inveksi Covid-1q tercatat 7.770 orang, kasus positif sembuh 6.246 orang atau (80,4%), dan kasus meninggal dunia 291 orang (3,7%). Perlaporan Rabu 11 Oktober 2020 terdapat penambahan kasus positif sebanyak 9 orang.

“Jumlah kasus aktif Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Aceh saat ini sebanyak 1.233 orang atau 15,9% dari seluruh kasus akumulatif yang mencapai 7.770 orang, kasus positif sembuh 6.246 (80,4%), dan kasus meninggal dunia 291 orang (3,7%).,” demikian tulis Jubir Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani, melalui pesan elektronik (email) yang diterima media ini, Rabu sore (11/11). (Alan)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button