Artikel/OpiniHeadlineRagam

Marx sebagai Pemikir yang Berbicara Pada Ranah Emansipatoris

Oleh : Indah Sari Rahmaini *)

BeritaNasional.ID — Disaat semua pendahulunya hanya berpikir pada ranah teoritis dan filosofis, Marx merupakan salah seorang yang mendahului pendahulunya. Ia menganggap bahwa ekonomi kapitalis menjadikan manusia tertindas dan teralienasi dari pekerjaannya karena kepentingan untuk akumulasi modal dan sistem pasar. Marx menyatakan bahwa perlunya revolusi untuk membongkar sistem kapitalisme yang dianggap anomali. Namun, Marx meramalkan adanya revolusi kelas secara alami ketika kelas proletar lama kelamaan akan sadar bahwa dirinya telah ditindas oleh borjuis. Paham ini dipengaruhi olehe Hegelian yang menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh kaum tertindas akan menyadari ketertindasan mereka dan berontak.

Salah satu penanda bahwa Marx berpikir secara emansipatoris adalah ketika ia menganggap bahwa teori tidak lagi merupakan faktor hakiki dalam pembebasan manusia. Pembebasan itu bukan dari hasil tuntutan moral, melainkan hasil tak terlekakkan dari perkembangan proses produksi dan pertentangan kelas. Walau demikian, Marx masih terjebak dalam pemikiran yang berbau kontemplasi belaka karena pemikirannya yang bersifat emansipatoris kemudian diselamatkan oleh Marxian Muda atau Frankfurt School. Teori kritis terinsipirasi dari Karl Marx bagaimana ia berhasil membongkar sesuatu atau learn to look behind. Walau secara keseluruhan teori Marx banyak dijadikan sebagai dogma oleh pengikut Marxian muda yang menginginkan kekerasan dibalas dengan cara kekerasan. Marxian muda kemudian mengembalikan filsafat Marx tidak sebagai doktrin, melainkan tool of analysis dari spirit emansipatoris Karl Marx.

Filsafat Mengalami Kemiskinan

Menurut Marx, filsafat yang dikemukakan oleh para pendahulunya hanyalah sekedar pemikiran semata tanpa adanya tindakan. Marx berpendapat bahwa pemahaman tentang rekonsiliasi antara kenyataan dan kesadaran pada Hegel tidak berarti apa-apa tanpa praksis. Pemahaman tetaplah pemahaman, sedangkan realitas tetap seperti keadaannya semula. Marx ingin membangun suatu filsafat praksis yang benar-benar dapat menghasilkan kesadaran untuk merubah realitas yang waktu itu sangat tidak beradab karena mengisap rakyat proletar. Untuk membangun filsafat praksis yang baru, Marx tetap memakai metode dialektis dari Hegel untuk menganalisa realitas ekonomi pada waktu itu sebagai penunjang penemuan unsur terciptanya suatu praksis yang diinginkan. Marx menyayangkan jika hanya berspekulasi secara teoritis tanpa praksis.

Marx memang merupakan seprang filsuf karena pandangan kritik terhadap ekonominya muncul dari filsafat. Menurut Marx, kemiskinan filsafat terjadi jika hanya meletakkan filsafat sebagai pemikiran semata. Filsafat tidak akan menjadi miskin ketika meletakannya kedalam konteks historis, sosiologis, dan ekonomis. Dan justru karena filsafat teori Marx  bukan sekedar analisa terhadap suatu masyarakat, teori Marx adalah analisa kritis terhadap masyarakat. Hal inilah yang diambil oleh teori kritis sebagai inspirasi melalui Karl Marx.

Horkheimer dan Adorno adalah peletak dasar dalam menjelaskan kritiknya terhadap pencerahan. Pada dasarnya, Imannuel Kant menjadi salah satu pemikir yang memakai istilah Aufklarung itu berarti mencerahkan. Salah satu wujud nyata dari pencerahan itu sendiri adalah proyek modernisasi dan perkembangan pesat dari ilmu pengetahuan. Namun, Horkheimer dan Adorno mencurigai terhadap apa yang ada dibalik projek pencerahan tersebut. Dialektika pencerahan adalah suatu hal yang ingin merobek apa yang terselubung secara menyeluruh yang membutakan kita terhadap kenyataan yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang menjadi inti dari dialektika pencerahan yang ditulis Horkheimer dan Adorno dari esainya yakni sebagai berikut.

Rasionalitas yang Berujung Irasionalitas

Semakin manusia berusaha untuk bertindak rasional, semakin ia menjadi irasional. Manusia melakukan berbagai cara untuk bisa menggunakan akal budi agar mampu untuk bertindak untuk melakukan strategi atau cara tertentu di dalam kehidupannya. Namun, ternyata manusia terjebak dalam usahanya untuk menjadi manusia yang rasional. Pencerahan sendiri dianggap telah menjadi mitos. Pembebasan, pemanusiaan alam dalam pekerjaan dengan sendirinya menciptakan hubungan kekuasaan dan perbudakan yang lebih menyeluruh. Hal ini disebabkan karena manusia dalam negasi atau penolakan pun selalu bertolak dari yang ada. Ia sudah bertolak dari yang diikat itu. Ketika manusia menolak yang lama, sebenarnya ia telah terjebak itu mereproduksi yang lama itu kembali.

Manusia rasional berusaha untuk meraih pengertian rasional tentang dirinya dengan alam lingkungannya. Manusia selalu berusaha membebaskan diri dari hal irasional demi memperoleh pengertian rasional yang sadar. Atau singkatnya, manusia selalu berusaha untuk terhindar dari mitos. Dialektika masyarakat yang berusaha mencapai pengertian rasional, justri menjadi irasional. Ia modern tapi justru alamiah kembali. Ia ingin membebaskan diri dari mitos tapi justru alamiah kembali. Ia ingin membebaskan diri dari mitos, tapi malah terjebak kedalam mitos lagi. Semuanya tidak mampu untuk dihindari oleh manusia berdasarkan hukum dialektika pencerahan dalam usaha manusia menjadi rasional itu sendiri. usahanya sellau berada dalam ketegangan dialektis terhadap mitos sehingga usaha manusia rasional takkan dapat menghilangkan mitos. Bisa dikatakan bahwa penjelasan Horkheimer mengenai dialektika pencerahan telah diambang jalan buntu ketika melihat usaha manusia rasional yang tampaknya gagal. Pesimisme selalu menghantui Horkheimer dan teori kritiknya sendiri juga terkena hukum dialektika pencerahan itu sendiri.

Pencerahan dipahami sebagai suatu proses sekaligus kesadaran untuk mencapai kedewasaan dengan cara berani menggunakan rasio sendiri. pencerahan pada tingkatan idealitasnya dapat diartikan kemajuan pemikiran untuk membeaskan diri dan mandiri dalam pengetahuan. Sayangnya, pencerahan tidak berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Adorno dan Horkheimer berargumen bahwa filsafat pencerahan telah perlahan menutup diri terhadpa realitas luar dan makna yang terkandung didalamnya. Akibatnya, pencerahan yang semula dipandang sebagai kemajuan dair cara pandang mitologis telah bertransformasi menjadi mitos itu sendiri. Kemudian mitos itu melahirkan penindasan dan penguasaan manusia yang satu terhadap yang lainnya. Ilmu pengetahuan dalam masyarakat modern dianggap sebagai obat dari segala macam penyakit. Proyek modernisasi dianggap sebagai salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh manusia untuk bisa menjadi manusia rasional, namun malah semakin manusia berusaha rasional, rasional itu semakin menjadi mitos.

Menurut Horkheimer, hal ini terjadi karena terbenamnya akal budi obyektif dan terbitnya akal budi instrumental. Seharusnya manusia menggunakan akal budi obyektif, yaitu dengan mengutamakan kegunaan. Kenyataannya, manusia terjebak dalam menggunakan akal budi instrumental. Akal budi instrumental hanya menekankan kepada cara. Akal budi obyektif mempunyai wewenang terhadap manusia karena tidak netral, sedangkan akal budi instrumentalis tak ubahnya suatu alat, ia netral dan bisa diperalat. (Ay/BERNAS)

*) Biodata Penulis :
Nama : Indah Sari Rahmaini
Profesi : Dosen Sosiologi Universitas Andalas
E-mail : indah.rahmaini96@gmail.com

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button