ArtikelOpiniRagamSosial

Membentuk Karakter Tokoh dalam Pementasan Drama

Oleh : Aufa Nur Afidah *)

BeritaNasional.ID, — Karakter merupakan ciri khas atau sifat yang dimiliki oleh tiap individu, hal tersebut dibentuk berdasarkan proses pembelajaran yang terjadi dalam sepanjang hidupnya. Arti karakter sendiri lebih mengarah kepada moral dan budi pekerti seseorang dan tentunya hal tersebut identik dengan hal-hal yang bersifat positif. Karakter mengacu pada prinsip-prinsip perilaku manusia yang didasarkan pada standar agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat dan dinyatakan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan tindakan seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan tanah air seseorang. Setiap orang memiliki karakter uniknya tersendiri dan karakter tersebut yang menandakan kualitas diri dari orang tersebut.

Berbicara tentang karakter seseorang, karakter tidak hanya dibentuk untuk kehidupan nyata saja. Ada beberapa aspek yang perlu diangkat terkait seberapa penting sebuah karakter misalnya dalam memerankan tokoh dalam sebuah film, terater, maupun drama. Drama merupakan jenis karya sastra yang berbeda dengan genre sastra lainnya. Dalam memahami drama kita akan merasa jauh berbeda dengan kita memahami sebuah puisi karena drama berbentuk tindakan langsung dan berbentuk dialog-dialog. Drama tidak terhenti pada sebuah naskah karena naskah tersebut akan lebih bermakna jika diperankan melalui interpretasi, ekspresi, dan gerak yang sesuai dan mudah dipahami di atas panggung sehingga orang yang menyaksikan pertunjukan tersebut akan lebih mudah memahami ceritanya. Dalam pementasan sebuah drama, penonton pastinya tidak hanya berfokus terhadap jalannya cerita dari drama yang ditampilkan, tetapi penonton juga dapat menilai dari segi karakter setiap tokoh yang diperankan. Melalui karakter tokoh tersebut penonton bisa masuk ke dalam peran tersebut dan mengetahui peran apa yang sedang dimainkan.

Pada hakikatnya berakting dalam drama sama dengan memerankan tingkah laku orang lain atau melakukan kegiatan yang digambarkan dalam naskah drama. Melalui karakter tokoh yang berbeda atau bahkan berlawanan itulah konflik antar tokoh muncul. Ketika konflik sudah terjadi, peristiwa-peristiwa akan makin memuncak dan mencapai klimaksnya, kemudian biasanya diakhiri dengan penyelesaian. Urutan peristiwa ini menampilkan berbagai kepribadian. Ketika terjadi konfrontasi antara karakter baik dan buruk, ada karakter baik, karakter buruk, dan karakter yang berperan sebagai mediator. Kata-kata yang digunakan karakter, dialog karakter lain tentang karakter, atribut fisik karakter, pakaian yang mereka kenakan, dan tindakan karakter semuanya mengungkapkan kepribadian karakter dalam pementasan drama.

Skenario drama memuat kriteria-kriteria estetika dalam memainkan sebuah peran, antara lain kesadaran akan tokoh-tokoh dalam naskah, busana yang sesuai yang mencerminkan karakter, gerak dan sikap di atas panggung, dll. Acting (peran) berasal dari kata “to act” yang berarti “beraksi”. Akting dalam konteks ini adalah perpaduan antara atraksi fisikal (kebertubuhan), intelektual (analisis karakter dan naskah) dan spiritual (transformasi jiwa) (Hetilaniar, 2018). Mengembangkan kemampuannya untuk mengekspresikan diri, menganalisis naskah, dan mengubah dirinya menjadi karakter yang dimainkannya adalah bagian dari bisnis seorang aktor dalam berakting. (Saptaria, 2006:3) dalam (Hetilaniar, 2018) menurut gagasan penulis naskah dan sutradara, melalui mengasah keterampilan ketiga aktor tersebut, mereka akan mampu membuka dan menyerap pengalaman hidup yang kaya dari para karakter.
Menjadi pemain dalam sebuah drama tidaklah mudah, harus menjalani prosedur yang berlarut-larut untuk mendalami karakter yang akan diperankan. Dalam membentuk sebuah karakter tokoh saat pementasan drama ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, agar nantinya ekspetasi karakter yang diperankan sesuai dengan karakter yang dituliskan oleh naskah drama. Pada awalnya seseorang memainkan peran pastinya tidak mengetahui peran yang akan dimainkan, berkaitan dengan tersebut seseorang harus memulai dengan proses pengenalan tokoh yang akan dimainkan, pemain harus benar-benar memahami karakter seperti apa yang akan dimainkan, lalu kemudian dilanjutkan dengan proses pengembangan tokoh.

(Dewojati, 2012) dalam (RATNA RAISSA et al., 2019) mengungkapkan bahwa ketika bermain peran, apabila seorang aktor mendapatkan lakon yang berbeda dengan karakter pribadinya maka aktor dituntut untuk meninggalkan karakter diri dan berusaha menghadirkan karakter tokoh kedalam peran agar penonton ikut masuk kedalam cerita dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh dalam peran.

Berdasarkan teori Lickona (2012) yang diungkapkan (Hetilaniar, 2018) dalam (RATNA RAISSA et al., 2019), bahwa proses penghayatan dalam membentuk karakter membutuhkan segala aspek kecerdasan baik kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, maupun kinestetik. Pada aspek intelektual (kognitif) pemain dituntut mampu memahami naskah drama yang akan dipentaskan kemudian menginterpretasikan perwatakan dan mampu memerankan tokoh yang dipilih sesuai kehendak penulis skenario dan sutradara. Pemahaman naskah dan interpretasi perwatakan inilah yang melibatkan kemampuan intelektual pemain dalam proses internalisasi nilai-nilai karakter tokoh kedalam diri pemain.

Pada aspek emosional, kecerdasan emosional memiliki peran penting dalam proses internalisasi nilai karakter kedalam diri, karena tidak hanya pemain saja namun semua orang yang terlibat dalam naskah termasuk tim produksi, harus mampu menjaga kekompakan, kesetiaan, dan kepedulian antar sesama. Pemain harus saling menjaga ego masing-masing sehingga pembawaan karakter tokoh pas sesuai porsinya tidak saling menonjol. Pada kemampuan kinestetik atau tindakan, pemain dituntut untuk dapat memerankan perannya sesuai dengan naskah yang akan diperankan. Kemampuan kinestetik berhubungan dengan gerak tubuh, olah mimik/ ekspresi, blocking panggung yang merupakan hasil belajar dari kemampuan kognitif dan emosional sehingga terukir menjadi sebuah kebiasaan jika dilakukan secara terus-menerus. Tiga tahapan inilah terjadi proses penghayatan dalam membentuk karakter kedalam diri pemain sebuah pementasan drama, teater, maupun film.

*)Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang

 

Daftar Pustaka

Hetilaniar, H. (2018). Pementasan Drama Sebagai Pembentukan Karakter Mahasiswa. Jurnal Dosen Universitas PGRI Palembang.

RATNA RAISSA, R., Hakim, S. N., & Psi, S. (2019). Pembentukan Karakter Melalui Peran Dalam Teater. Universitas Muhammadiyah surakarta.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button