Artikel

Modal Sosial: Spirit Kolektif dan Altruistik

 

Setiap 17 Agustus selaku tanggal peringatan Kemerdekaan Indonesia nuansa kebangsaan dan kemasyarakan konsisten lebih guyub. Maklum karena menjadi simbol lahirnya Bangsa Indonesia, dan memperkuat kembali tali perusaudaraan sesama anak bangsa. Pada konteks kemasyarakatan setiap tanggal 17 Agustus selalu dimeriahkan oleh seni pertunjukan, pawai dan perlombaan yang sifatnya nirlaba juga kolektif.

Setiap bangsa yang berupaya menuju puncak peradabannya harus memandang spirit kolektif, sikap altruistik dan identitas kebangsaan menjadi modal sosial penting, agar mampu mengatasi tantangan global yang semakin dinamis dan kompleks. Maka peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-80 harus menjadi lembaran baru, supaya tidak sebatas seremonial, tetapi bermanfaat positif terhadap integrasi nasonal, dan pemecahan masalah sosial berbasis spirit kolektif dan praksis altruisrik, agar tidak sebatas kebijakan.

Modal sosial mencerminkan aksi bottom up, memuat civic engagement dan civic altruism, karena sifatnya sukarela dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Momentum peringatan kemerdekaan Indonesia ke-80 harus dinikmati sampai penjuru Indonesia, yang tidak sebatas euforia, tetapi juga memuat visi kesejahteraan ekonomi dan sosial, pemerataan kualitas pembangunan manusia dan infrastruktur juga keadilan.

 

Mengatasi Masalah Sosial

Masalah sosial kompleks seperti korupsi, judi online, ketimpangan ekonomi, tingkat pengangguran, dan diskriminasi harus diatasi secara bersama, selaku praksis spirit kolektif dan altrusm. Mengingat Indonesia telah membuktikan integrasi sosial adalah kekuatan dan identitas nasional, yang bisa menghantarkan Indonesia meraih kemerdekaannya. Terlebih integrasi sosial mencerminkan sikap bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena Indonesia diciptakan dengan realitas keberagamannya.

Momentum peringatan 17 Agustus sebagai hari lahir indonesia harus menjadi wahana memperkuat kembali ikatan kebangsaan dan kemanusiaan, bukan insidental, tetapi berkelanjutan. Mengingat modal sosial berupa spirit kolektif dan sikap altruistik tumbuh di masyarakat, maka pemecahan masalah sosial bisa kolaboratif, sukarela dan persisten. Terlebih modal sosial itu bukan sebatas dioptimalkan ketika perayaan saja, tetapi juga untuk kehidupan sosial yang dinamis, agar keadilan sosial terwujud di bumi Indonesia secara inklusif dan transformatif.

Persoalan sosial di atas membuat visi kesejahteraan ekonomi dan keadilan sosial di Indonesia belum terwujud secara masif dan inklusif. Maka momentum perinagatan kemerdekaan Indonesia yang ke-80 harus memberikan kesadaran penuh pada setiap warga negara akan persoalan kompleks Indonesia. Sehingga mengoptimalkan peran dan tanggung jawab sosialnya untuk kebaikan bersama.

Diskursus Modal Sosial

Modal sosial timbul dalam realitas dan interaksi sosial di masyarakat, sehingga akan sulit direkayasa, mengingat berbasis kesadaran serta tanggung jawab sosial. Modal sosial bisa direpresentasikan melalui spirit kolektif dan sikap altruistik, karena memuat persatuan nasional, mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, dan civic engagement yang sukarela. Peringatan kemerdekaan Indonesia ke-80 harus menjadi wahana dan momentum memperkuat modal sosial Indonesia, yang tidak sebatas untuk euforia, tetapi untuk kepentingan kebangsaan, literasi dan kemasyarakatan yang berkelanjutan.

Kunci penting adalah kebajikan setiap warga negara untuk berkontribusi dalam praksis spirit kolektif dan sikap altruistik, yang tida hanya dipraktikan pada peringatan kemerdekaan Indonesia saja, tetapi dalam setiap aspek kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Mengingat visi Indonesia menuju puncak peradaban yang agung, tidak akan efektif apabila sebatas direalisasikan oleh pemerintah saja, tetapi harus memuat keterlibatan lintas sektor secara pentahelix (pemerintah, akademisi, komunitas atau masyarakat, swasta dan media), sebagai praksis atas spirit kolektif yang persisten.

Sikap altrusitik mencerminkan warga negara yang mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, maka begitu relevan dengan esensi kemerdekaan Indonesia. Mengingat para pahlawan dan pendahulu kita mengorbankan segala yang dimiliknya untuk meraih kemerdekaan, tentu perlu kita teladani melalui perilaku dan kontribusi kita selaras dengan profesi dan keahlian yang dimiliki, untuk kepentingan nasional.

Peringatan kemerdekaan bukan untuk nasionalisme semu dan seremonial, tetapi harus menjadi wahana penguatan spirit kolektif dan sikap altruistik, sebagai modal sosial untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi, keadilan sosia, literasi dan bangsa yang maju. “Indonesia merdeka bukan tujuan akhir. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat” Moh. Hatta.

 

Oleh: Agil Nanggala (Dosen Universitas Pendidikan Indonesia)

 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button