Literasi

Pengangguran Terdidik di Kabupaten Bone Bolango

BeritaNasional.ID – Pengangguran merupakan salah satu masalah yang dihadapi semua negara di dunia. Pengangguran disebabkan adanya kesenjangan antara jumlah penduduk usia kerja yang masuk dalam angkatan kerja dengan ketersediaan kesempatan kerja. Diantara banyaknya pengangguran, ada kelompok pengangguran terdidik.

Pengangguran terdidik merupakan angkatan kerja yang berpendidikan menengah ke atas (SMA, Diploma, Sarjana) dan tidak bekerja.

Tingkat pengangguran terdidik (Educated Unemployment rate) merupakan rasio jumlah pencari kerja yang berpendidikan SLTA ke atas (sebagai kelompok terdidik) terhadap besarnya angkatan kerja pada kelompok tersebut.

Setiap tahun perguruan tinggi menghasilkan lulusan sarjana yang jumlahnya terus meningkat. Terlebih lagi beberapa ahli ekonomi memperkirakan pengangguran di negara-negara sedang berkembang pada umumnya didominasi oleh pengangguran usia muda dan pengangguran berpendidikan.

Tingkat pengangguran kelompok muda yang relatif tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran penduduk disebabkan oleh faktor struktural dan nonstruktural. Faktor struktural terdiri dari kurangnya keterampilan kelompok muda di banding kelompok yang lebih matang, ketimpangan atau kendala geografis dan kelangkaan informasi yang menghambat pasar tenaga kerja, dan faktor usia ketika meninggalkan sekolah, biasanya meninggalkan sekolah pada usia lebih awal mengalami tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Faktor non struktural terdiri dari kenaikan tingkat upah buruh yang mendorong majikan untuk memutuskan hubungan kerja atau tidak menerima pegawai baru, meningkatnya partisipasi perempuan termasuk mereka yang berstatus kawin ke dalam angkatan kerja, persepsi pemuda terhadap pekerjaan yang tersedia antara lain tentang tingkat upah yang rendah, serta persepsi karir maupun lingkungan kerjanya.

Kecenderungan meningkatnya angka pengangguran tenaga kerja terdidik disebabkan bahwa semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula aspirasinya untuk mendapatkan kedudukan atau kesempatan kerja yang lebih sesuai.

Pendidikan selalu menjadi tempat yang strategis dalam membina sumber daya manusia sebagai bentuk agenda pembangunan dan pembentukan masa depan suatu negara. Pendidikan yang baik akan menghasilkan tenaga kerja profesional yang dapat memenuhi keperluan tenaga kerja suatu negara.

Pengangguran sering dikaitkan dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Mutu sumber daya manusia (SDM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terdidik di Kabupaten Bone Bolango. Hal ini berarti bahwa peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) akan menambah tingkat pengangguran terdidik. Secara teori, hasil ini dapat diterima dengan melihat dari sisi permintaan tenaga kerja. Apabila mutu sumber daya manusia (SDM) mengalami peningkatan berarti rasio antara jumlah penduduk yang memiliki pendidikan tamatan SMA ke atas terhadap jumlah penduduk yang berumur 20 tahun ke atas semakin besar. Besarnya rasio ini yang tidak diikuti dengan lapangan kerja yang tersedia menyebabkan penyerapan tenaga kerja menurun sehingga berdampak pada tingkat pengangguran terdidik yang ikut meningkat. Hasil ini mendukung beberapa studi empiris yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengangguran terdidik. Artinya setiap perubahan yang terjadi pada tingkat pendidikan mengakibatkan berubahnya pengangguran terdidik. Saat tingkat pendidikan meningkat juga menyebabkan pengangguran terdidik mengalami peningkatan.

Produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terdidik di Kabupaten Bone Bolango. Apabila produktivitas tenaga kerja mengalami peningkatan maka kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan output akan meningkat sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan tenaga kerja.

Peningkatan permintaan tenaga kerja akan berdampak pada penurunan tingkat pengangguran terdidik. Sebaliknya, apabila produktivitas tenaga kerja mengalami penurunan maka kemampuan tenaga kerja akan berdampak terhadap penurunan permintaan tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran terdidik akan meningkat.

Menurut data Estimasi dan hasil Survey Sakernas Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2021 Pengangguran di Kabupaten Bone Bolango mengalami penurunan. Tahun 2020 jumlah pengangguran tercatat sebanyak 3,398 ribu jiwa. Kemudian tahun 2021 turun menjadi 2,714 ribu jiwa atau 3,45 persen dari total jumlah angkatan kerja Kabupaten Bone Bolango.

Data BPS memperlihatkan pada Agustus 2021 pengangguran sarjana hanya 29,33 persen. Dalam rilis BPS per Agustus ini mencatat jumlah pengangguran terbuka
berdasarkan riwayat pendidikan tertinggi ditempati oleh pendidikan SMA yang mencapai 59,58 persen dari 2,714 ribu orang pengangguran. Sementara untuk pengangguran lain masing-masing adalah lulusan SMP 6,00 persen, dan SD ke bawah 5,08 persen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2021 terdapat penurunan jumlah pengangguran terdidik.

Penurunan jumlah pengangguran terdidik dapat menjadi indikasi bahwa anggaran pendidikan yang digelontorkan oleh pemerintah terbilang tidak sia-sia.
Hal ini dikarenakan adanya timbal balik antara kualitas lulusan pendidikan tinggi dengan tingginya dana pendidikan yang dikeluarkan.

Lulusan jenjang pendidikan tinggi dapat dikatakan tidak terlalu sulit untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan. Namun, terdapat anggapan masyarakat yang menganggap pendidikan tinggi tidak terlalu penting. Mereka berasumsi bahwa tingkat pendidikan yang tinggi pun tidak menjamin kemudahan dalam mendapat pekerjaan.

Penurunan jumlah pengangguran terdidik menjadi fenomena tersendiri. Disatu sisi kualitas tenaga kerja meningkat karena pembangunan ekonomi yang berhasil sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat untuk membiayai sekolah formalnya hingga jenjang perguruan tinggi. Namun pada saat angkatan kerja terdidik meningkat dengan pesat,lapangan kerja yang tersedia tidak mencukupi. Kalaupun ada pertumbuhan lapangan kerja itu hanya didominasi sektor-sektor substantif yang tidak membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi.

Dalam mengatasi fenomena pengangguran terdidik tersebut, dibutuhkan upaya dan kebijakan nyata dari pemerintah untuk menurunkan angka pengangguran terdidik.

Secara umum, kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran terdidik adalah:

1. Pengembangan Informasi Pasar Kerja (Labor Market Information).

Kebijakan dalam membangun sistem informasi lapangan kerja dinilai cukup efektif untuk menanggulangi pesatnya pertumbuhan tenaga kerja terdidik. Pemerintah bekerjasama dengan pemerintah daerah membangun sistem informasi pasar kerja yang mudah diakses. Hal ini dilatarbelakangi oleh minimnya akses informasi lowongan kerja bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja tersebut hingga kini belum mendapatkan pekerjaan. Dengan adanya sistem informasi tersebut, diharapkan para pencari kerja mendapatkan akses lowongan kerja dengan cepat.

2. Reformasi Pelatihan Kerja (Training reforms)

Reformasi pelatihan kerja merupakan sebuah kebijakan yang mereformasikan sistem pelatihan kerja yang sudah ada dengan lebih baik dan lebih inovatif. Reformasi tersebut merupakan suatu bentuk pembaharuan dari metode pelatihan yang ada di Balai Latihan Kerja sebelumnya. Dengan adanya reformasi sistem, Balai Latihan Kerja diperkuat peran dan fungsinya agar dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas. Program tersebut bukan hanya mampu menciptakan tenaga kerja yang handal, tetapi juga fokus sesuai dengan kebutuhan industri. Selain diberikan pengetahuan akan skill dalam bekerja, mereka juga dibekali dengan pengetahuan manajemen pemasaran dan pengetahuan seputar perilaku organisasi serta hubungan perindustrian. Jadi, diharapkan tenaga kerja terdidik mampu memantapkan kemampuannya agar dapat bersaing di dunia kerja dan juga tersertifikasi dengan baik sehingga cepat diserap industri.Dengan adanya kebijakan tersebut, diharapkan angka pengangguran terdidik semakin menurun setiap tahunnya. Diharapkan terdapat kebijakan yang lebih efektif lagi seperti pelatihan berwirausaha sejak dini. Dengan adanya pelatihan berwirausaha, tenaga kerja terdidik semakin tergerak untuk menciptakan
lapangan kerja sehingga peningkatan jumlah lapangan kerja bisa berbanding lurus dengan peningkatan jumlah tenaga kerja. Marilah kita berusaha menjadi orang terdidik yang bermanfaat dalam peningkatan perekonomian di Kabupaten Bone Bolango.

Penulis : Susanti Gani, SE
(Statistisi Ahli Muda pada Kantor BPS Bone Bolango)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button